Istri Kedua Suamiku

"Kenapa wajah Lo masam sekali?" tanya Rika, menyenggol tangan Zahra.

"Gua nikah satu bulan lagi, tapi kita masih belum menemukan apa yang gua cari," ujar Zahra,

"Gua ngak mau nikah, Rik," tegas Zahra.

"Lo tenang aja, gua bakalan nyari apa yang Lo cari, gua janji," ucap Rika.

"Dalam waktu sebulan?" tanya Zahra.

"Ya, gua yakin bisa," jawab Rika.

Zahra menghela napas berat. Tetapi, meskipun begitu, dia percaya akan kinerja Rika.

"Udah ah, jangan cemberut gitu, ngak enak dilihat," ujar Rika.

Zahra tersenyum menampakan gigi putihnya.

"Gawat! Mereka kesini," kata Rika.

"Siapa Rik?" tanya Zahra kaget.

"Liat kesana," titah Rika.

Lalu, Zahra membalikan tubunnya, untuk melihat apa yang Rika katakan.

"Mereka kesini barengan, ada apa," ucap Zahra.

"Yang pasti, mereka akan buat kita kesal," balas Rika,

"Bahkan saat kita diluar pun, mereka bisa menemukan kita," kesal Rika.

"Hallo ladies," sapa Andrea dengan suara genitnya.

"Ngapain Lo kesini, ganggu waktu kami," ujar Rika kesal.

"Ketus sekali, saya kesini bukan mau berantem," kata Andrea.

"Mending kita berantem," sahut Rika.

 Andrea lebih suka menggoda Rika, karena menurut Andrea, Rika tipe wanita yang emosian, jadi dia mempunyai mainan baru.

"Ada apa kamu kesini, Xavier?" tanya Zahra.

"Ikut saya, kita akan fitting baju pengantin," ajak Xavier.

"Bukannya minggu depan, ya. Kenapa sekarang" ujar Zahra kaget.

"Keluarga kita memajukan pernikahan kita," ucap Xavier.

"Apa!" teriak Zahra kaget,

"Kita sudah membicarakan ini xavier, aku tidak mau," tolak Zahra.

"Bukan saya yang mau, tapi keluarga kita," kata Xavier.

"Kamu kan bisa menolak permintaan mereka," kesal Zahra,

"Punya mulut bukan buat makan doang," lanjut Zahra.

"Jangan berbicara kasar, saya tidak suka," ucap Xavier.

"Kalo tidak suka, kenapa memaksa aku untuk menikah denganmu!" tegas Zahra.

 "Sudahlah Xavier, jangan memaksa seorang perempuan untuk menikah, jangan karena dia mirip dengan..." sahut Andrea terpotong.

"Diamlah, suaramu tidak dibutuhkan! Ini urusan saya dengan calon istri saya!" tegas Xavier.

Andrea hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Xavier, yang semuanya harus berjalan seperti yang dia inginkan.

"Ayo ikut saya, kita bicara dimobil," ajak Xavier.

"Aku tidak mau!" jawab Zahra kesal.

 "Jangan seperti anak kecil, ayo ikut saya," ajak Xavier lagi.

"Zar, Lo ikut aja dia, gua disini sama Andrea," sahut Rika, memberikan kode.

 Zahra menghela napas berat, karena sudah disuruh sama Rika, akhirnya dia mau bicara berdua dengan Xavier.

"Oke, kita sudah didalam mobil, kamu mau bicara apa!" kata Zahra.

 "Mau tidak mau, kamu harus mengikuti keinginan keluarga kita," ucap Xavier.

"Keinginan keluarga kita atau, keinginan kamu Xavier! Aku tahu bagaimana dirimu," tegas Zahra lagi.

"Cobalah mengerti, kalo pernikahan kita harus segera dilangsungkan," ucap Xavier, wajahnya memerah menahan emosi yang dia tahan.

"Apa alasannya, toh mau menikah sekarang atau nanti juga sama aja," ujar Zahra, kesal.

"Jangan membantah!" bentak Xavier.

 "Brengsek!"

"Papahku saja ngak pernah membentak aku, kamu cuman orang asing, bisa membentak aku!" hardik Zahra, tidak mau kalah.

"Maaf, saya kelepasan. Salah kamu juga, tidak mau menurut," ucap Xavier.

"Kenapa aku harus menurut denganmu, kamu bukan siapa-siapa aku," jawab Zahra.

"Saya calon suami kamu, Zahra!" tegas Xavier.

"Suami yang ngak pernah aku inginkan!" balas Zahra.

"Ayo kita fitting baju sekarang," kata Xavier.

"Terserah kamu," jawab zahra.

Xavier membawa mobilnya, dia akan melakukan fitting baju pengantin di butik ternama disana, karena pernikahan keduanya tinggal dua minggu lagi.

Tak ada suara percakapan didalam mobil, hanya hening.

"Kalo sampai aku menikah dengan dia, aku akan sangat membenci diriku sendiri, karena aku tidak bisa mencari bukti tentang dia," batin Zahra.

Zahra membelakangi Xavier, kepalanya menyender kesisi jendela mobil.

Zahra mengingat kembali luka dimasa lalu, saat mantan suaminya tega selingkuh, saat dirinya tengah hami anak suaminya.

Saat mengingat itu, tanpa Zahra sadari air matanya membasahi wajah cantiknya. Melihat itu, Xavier langsung berhenti di pertengahan jalan.

"Kenapa kamu menangis?" tanya Xavier.

Tak ada jawaban dari Zahra, dia hanya menyusut air matanya dengan tisu.

"Saya tidak suka, melihat wanita cengeng," kata Xavier lagi.

Lagi dan lagi, Zahra tak menjawab apapun perkataan Xavier.

Xavier menarik tangan Zahra, sampai Zahra terseret ke dada bidang milik Xavier.

"Apa kamu setidak mau itu menikah dengan saya?" tanya Xavier menatap Zahra.

"Lepaskan aku, Xavier!"

"Tidak semua kesakitan aku, sumbernya dari kamu, aku mempunyai masa lalu," ucap Zahra.

 Xavier melepaskan tangan Zahra dengan kasar.

"Kamu mengingat masa lalu kamu?" kata Xavier.

"Kita akan fitting baju, nanti telat," kata Zahra, menghindari pertanyaan Xavier.

 "Jawab!" bentak Xavier.

"Aku tidak mau," jawab Zahra tegas.

"Apa kamu masih mengingat mantan suami kamu yang sudah tega menduakan kamu saat kamu hamil, hah! Apa kamu mengingat si bajingan itu!" pekik Xavier.

"Kamu.." ucap Zahra terpotong.

"Kenapa? Kamu kaget karena aku tahu tentang masa lalu kamu, itu urusan kecil."

"Seharusnya kamu tidak perlu mengingat dia lagi, mantan suami kamu sudah membuang kamu dengan Kenzo. Bahkan, dia tidak mau mengakui Kenzo anaknya," kata Xavier.

"Aku tidak mengingat dia, dan aku sudah melupakan dia dari jauh-jauh hari," jawab Zahra.

"Ingat nona Zahra, hanya saya yang menerima dan menyayangi Kenzo, bahkan ayah biologisnya tidak menganggap anakmu sebagai anak!"

 "Dan saya mencintai kamu," lanjut Xavier.

"Kenzo tidak butuh sosok ayah, karena masih ada papahku yang akan menggantikan peran ayah untuknya," jawab Zahra.

"Apa matamu buta, hah! Bagaimana bahagianya Kenzo saat bermain dengan saya, dia selalu menunggu kedatangan saya, bahkan Kenzo menginginkan kita hidup satu atap, itu berarti Kenzo butuh peran sosok ayah," ujar Xavier.

 "Apa kamu tidak pernah melihat, kedekatan kami?"

Mendengar itu, Zahra tidak bisa menjawan apa-apa.

"Ayo jalan, kita sudah telat," titah Zahra.

Xavier melajukan mobil lagi, tanpa mengatakan apapun dengan Zahra.

***

Sedangkan disis lain, Rika dibuat kesal dengan tingkah Andrea.

"Kira-kira, mereka membicarakan apa, ya?" tanya Andrea.

"Jangan kepo dengan urusan orang lain," ujar Rika.

"Kepo, apa itu kepo?" tanya Andrea.

"Pikir aja sendiri, banyak nanya!" kesal Rika.

"Jangan marah-marah terus nanti cepat tua," ejek Andrea.

"Suka-suka aku aja, kenapa kamu yang repot," ketus Rika.

 "Memangnya kamu tidak mau berteman denga saya? Pria ganteng ini," kata Andrea.

"Cih, ganteng dari mana," ejek Rika sembari tertawa.

"Wanita memang susah mengakui kegantengan seorang pria," ujar Andrea.

"Suka-suka kamu ajalah, aku pusing mau pulang. Bisa gila kalo terus-terusan disini sama kamu," ucap Rika.

Rika mengambil tasnya, dia akan meninggalkan tempat itu, namun tiba-tiba suara Andrea menghentikan langkah Rika.

"Saya tahu apa yang sedang kamu cari, tentang Xavier."

***