Sebagai seorang putra mahkota Kekaisaran Tang, sudah selayaknya Tang Xie Fu meneruskan estafet kepemimpinan dari ibunya, Ratu Tang Xie Juan.
Namun takdir tidak berpihak kepadanya. Pada hari ulang tahun dan penobatannya sebagai seorang kaisar, terjadi kudeta yang dipimpin oleh seorang jenderal istana. Keluarga besarnya tewas, ibunya dieksekusi mati, dan kultivasinya dihancurkan.
Dengan cara apa Tang Xie Fu membalaskan dendamnya?
Ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muzu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Petaka Mimpi
Deru angin yang berembus terasa lebih dingin ketika semua tetua sekte pergi meninggalkan area Gerbang Naga Utara. Kini di padang pasir yang tandus itu hanya menyisakan seorang pria bertopeng dan dua gadis cantik yang masih berdiri di atas reruntuhan pilar.
Xie Fu berdiri di hadapan kedua gadis yang terlihat begitu serius dalam perbincangan. Sang kultivator alam dewa itu terus merayu murid Sekte Api Suci untuk ikut bersamanya ke alam dewa, sementara sang murid itu sendiri masih diliputi keraguan. Sulit baginya untuk bisa mengambil keputusan yang mendesak.
Walau bagaimanapun, ia masih menjadi murid Sekte Api Suci. Tidak mungkin baginya tiba-tiba ikut pergi ke alam dewa tanpa berpamitan, apalagi ia harus melaporkan semua yang terjadi kepada para tetua sekte.
Sementara itu, Xiao Zhao berharap sang gadis mau menerima ajakannya. Berkultivasi di alam dewa menjadi daya tarik yang sulit untuk ditolak semua kultivator alam fana.
Sambil menunggu keputusan dari Ji Ruyan, ia kembali berbicara untuk meyakinkannya.
“Kau memiliki tubuh yang mampu menembus batas tertinggi kultivator alam fana. Sayang sekali jika kau melewatkannya. Ini kesempatan yang tidak akan datang dua kali dalam satu kehidupan. Aneh rasanya jika dirimu kesulitan untuk menerimanya,” tutur Xiao Zhao layaknya seorang pramuniaga yang sedang menggaet pelanggan.
Hampir semua yang dikatakan oleh Xiao Zhao benar, tetapi sebagai seorang murid yang masih terikat dengan sekte, pastinya menjadi pertimbangan yang tidak bisa diabaikannya.
“Beri aku waktu untuk memikirkannya,” ucapnya yang disambut dengan anggukan pelan.
Pandangannya kemudian tertuju ke arah pria yang berdiri memandang kekosongan. Entah apa yang sedang dipikirkan pria bertopeng itu?
Embusan angin malam terasa semakin dingin merasuk ke dalam pori-pori. Ji Ruyan terus memandangnya, berharap bisa melihat sosok di balik topeng itu. Bibirnya terasa kelu untuk bisa mengeluarkan pemikiran yang terus berkecamuk. Sambil memainkan jemari, ia beranikan diri untuk bersuara.
“Tu … Tuan, bisakah Tuan membantuku?” Ji Ruyan akhirnya bisa mengungkapkan maksud meskipun gugup menyertai. “Apa yang sebaiknya aku pilih?”
Sang pria bertopeng menoleh dengan tatapan yang dingin, membuat wajah sang gadis mengernyit hingga terdengar suara yang terasa familiar di telinganya.
“Tidak ada yang perlu kau pikirkan. Kembalilah ke sekte. Mereka menunggumu. Soal kesempatan meningkatkan kultivasi di alam dewa, kau tidak perlu khawatir. Apa yang memang menjadi takdirmu, pada akhirnya akan datang kepadamu,” ujar Xie Fu menjawabnya.
Jawaban yang cukup menenangkan hati sang gadis.
“Terima kasih, Tuan,” katanya sambil mengangguk.
Pandangannya kembali beralih ke wajah Xiao Zhao yang terlihat memendam kekecewaan. “Nona Zhao, terima kasih atas kesempatan yang Nona berikan, tapi aku tidak bisa meninggalkan sekte begitu saja. Mohon Nona bisa memahaminya!”
“Baiklah, aku tidak akan memaksamu.” Xiao Zhao menerima keputusannya. Ia kemudian melirik Xie Fu. Tatapannya terlebih dahulu berbicara sebelum akhirnya bibir tipisnya yang semerah ceri itu bersuara.
“Sebelum aku pergi, bolehkah aku melihat wajahmu?”
“Ya, tentu saja boleh.” Tanpa keraguan Xie Fu menyingkap penutup wajahnya.
Pada saat itu, ekspresi berbeda ditunjukkan oleh kedua gadis. Xiao Zhao terpana melihat ketampanan Xie Fu yang membuat pandangannya begitu sendu. Sementara kedua mata Ji Ruyan membulat. Sosok yang dilihatnya adalah pemuda yang ingin dibawanya ke sekte. Namun, ia menangkap suatu keganjilan.
“Kak Xie Fu …!” Arah pandang Ji Ruyan turun ke tangan Xie Fu yang kini terlihat jelas. “Tangan Kakak?”
“Tangan yang sebelumnya hilang, kini telah kembali,” kata Xie Fu menjelaskan.
“Jadi, namamu Xie Fu,” ucap Xiao Zhao lirih, “aku akan mengingatnya.”
Desau angin terdengar melantunkan melodi malam yang beranjak semakin larut ketika keheningan menyelinap di setiap bait kata yang terlontar. Hingga kemudian suara lembut mampu mengusiknya.
“Apa rencanamu ke depan?” Xiao Zhao kembali membuka suara dengan sebuah pertanyaan.
Sebelum Xie Fu sempat menjawabnya, Ji Ruyan memotong cepat, “Tentu saja Kak Xie Fu ikut bersamaku. Iya kan, Kak?”
Xie Fu tersenyum mengaminkannya. Senyum yang membuat Xiao Zhao merasa cukup untuk mengakhiri perbincangan. Sejenak ia menarik napas sebelum akhirnya berkata, “Semoga takdir mempertemukan kita kembali.”
***
Langit masih berselimut malam ketika Xie Fu dan Ji Ruyan melangkahkan kaki meninggalkan area Gerbang Naga Utara. Langkah yang akan membawa mereka ke Sekte Api Suci di wilayah Kekaisaran Fei.
Keduanya terus melangkah meninggalkan zona netral dari wilayah tiga kekaisaran. Kini keduanya sudah memasuki wilayah Kekaisaran Fei tepat ketika matahari beranjak naik dengan warna keemasannya.
“Kak Xie Fu, aku capek!” rengek Ji Ruyan seraya menjatuhkan pinggulnya di atas akar besar yang melintang.
“Baiklah,” kata Xie Fu setelah menghentikan langkah. Sekilas ia menoleh ke belakang dan berkata, “Istirahat dan tunggulah! Aku akan mencari sesuatu untuk kita makan.”
Bibir Ji Ruyan yang sebelumnya mengerucut ke depan, seketika menjadi garis lurus. Kedua matanya terus memandangi punggung sang pria yang dalam pandangannya begitu sempurna. Tidak pernah sekalipun ia menatap begitu lama seorang pria selain sosok yang saat ini ditatapnya hingga lenyap ditelan pepohonan.
Aku tidak pernah merasa sebahagia ini. Apakah aku sedang jatuh cinta? pikirnya.
Ji Ruyan menggigit kelopak bibir bawahnya. Sosok Xie Fu membawa pikirannya larut dalam lamunan indah. Rasa lelah yang merayapi seluruh persendian tubuhnya itu kini mengubah lamunan menjadi impian.
Ia bermimpi Xie Fu datang menghampiri dan membelai lembut kedua pipinya yang merona. Ji Ruyan tersenyum dan terus memandang wajah tampan yang kini berada dekat di hadapannya.
“Sayang,” bisiknya lembut.
Sedetik kemudian kedua matanya tertutup begitu melihat Xie Fu mencondongkan wajah. Terasa olehnya sebuah kecupan hangat mendarat di bibirnya yang ranum dan sedikit terbuka, membuat benda lembut, hangat, dan basah merayap masuk ke dalam rongga mulutnya.
Detik berikutnya, Ji Ruyan mulai merasakan sentuhan tangan sang kekasih membelai lembut betisnya yang jenjang dan terus bergerak naik, membuatnya seketika melebarkan kaki. Ia melenguh bersamaan dengan ciuman yang semakin agresif.
Hasrat kewanitaannya bangkit. Mimpi yang dialaminya terasa begitu nyata ketika sebuah telapak tangan menangkup di bukitnya yang membusung indah. Satu hal yang membuatnya mengernyit heran, telapak tangan itu langsung bersentuhan dengan kulitnya, padahal ia masih berpakaian. Lama-lama Ji Ruyan mulai membuka kelopak mata yang tertutup, tetapi ia tidak ingin merusak momen yang sedang dirasakannya.
Sampai pada saat puncak bukitnya terasa ngilu karena digigit, ia pun membuka kedua matanya. Alangkah terkejutnya ia melihat seorang pria yang sebagian wajahnya bersisik sedang asyik memainkan gundukan indah miliknya. Lebih terkejut lagi ketika mata semerah darah dari pria itu menatapnya dengan dingin.
“Kau … kultivator ib ….” Belum sempat ucapannya habis, pria itu langsung membungkam mulutnya dengan cengkeraman kuat; kuku-kuku panjangnya menekan lapisan kulit wajah sang gadis hingga membuatnya tak bisa bergerak.
Keterkejutannya masih berlanjut pada saat dirinya sadar melihat tubuhnya sudah polos tanpa tertutupi kain. Rasa sakit bercampur malu menampar batinnya dengan keras.
Tidak ingin dirinya dirudapaksa begitu saja oleh seorang iblis, ia pun memadatkan energi spiritual dan membuat suhu tubuhnya menjadi panas. Namun, iblis itu rupanya memiliki akar roh api. Suhu panas yang dirasakannya justru membuatnya makin agresif melakukan perbuatan tidak senonoh pada sang gadis.
Ji Ruyan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Meronta hanya akan membuat wajahnya yang tertancap kuku iblis menjadi rusak. Sementara kekuatannya tak mampu memberi dampak apa pun pada sang iblis. Dilema dengan kondisinya, ia hanya bisa menangis pasrah sambil berharap Xie Fu cepat kembali.
jawab gitu si Fan ini tambah ngamuk/Facepalm/