"Tolong jangan sentuh saya, Pak." Ucap seorang gadis cantik berkacamata bulat dengan tubuh bergetar hebat. Gadis itu terisak pilu ketika mahkota yang selama ini dijaga, direnggut paksa oleh seorang dosen.
Azura Saskirana seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi di ruang perpustakaan di malam hari yang sepi ditengah hujan badai. Zura hari itu memang sengaja ingin menyelesaikan skripsinya yang tinggal sedikit lagi selesai. Disaat bersamaan hujan turun dengan lebat disertai angin, membuat dia enggan beranjak. Karena tempat kostnya terletak lumayan jauh dari kampus, jadi dia memutuskan untuk menunggu hujan reda baru akan pulang itupun dia masih harus berjalan kaki.
Garvin Reviano Agler, seorang dosen yang sudah lama menduda dan berhati dingin setelah pernikahan dengan wanita yang dicintainya gagal karena wanita itu lebih memilih pergi untuk mengejar karir. Malam itu Garvin dijebak oleh dosen wanita yang terobsesi dengannya dengan minuman yang sudah dicampur obat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Merenovasi Rumah
"Sekang den Garvin lebih mirip seperti seorang remaja yang sedang bergelora. Semangatnya luar biasa, padahal sedang capek. Tapi bisa membuat neng Zura yang ganti kelelahan."
"Itu karena Garvin mantan duda karatan, bibi bayangin saja sepuluh tahun puasa. Eh sekalinya buka puasa dapatnya daun muda yang masih segar dan legit tentunya."
"Tapi menurut saya memang berbeda kok nyah, dulu pas di pernikahan pertama den Garvin tidak sesemangat sekarang. Seperti hambar begitu."
"Ya karena mantan istrinya dulu gak bisa mengimbangi kemauan Garvin. Dia cenderung mau menangnya sendiri. Padahal Garvin yang angkat derajatnya, tapi dia seorang wanita ambisius yang seperti kacang lupa kulitnya."
"Garvin pernah cerita kalau dia tidak pernah merasa puas saat berhubungan intim. Karena Mesya tidak ingin Garvin keluar di dalam. Dengan alasan tidak ingin punya anak dalam waktu dekat. Tapi juga tidak ingin menggunakan kontrasepsi, alhasil putraku itu yang menderita."
"Bersyukur sekarang Zura bisa memberikan kebahagiaan untuk Garvin." Ucap mama.
"Semoga saja kebahagiaan den Garvin dan non Zura langgeng ya nyah. Saya kok merasa takut jika non Masya tiba-tiba kembali."
"Amiinn, semoga saja. Sebenarnya ada rasa khawatir juga, tapi bukankah sudah sepuluh tahun dia menghilang? Lagi pula saat ini sudah ada ikatan kuat antara Garvin dengan Zura." Ucap mama Kalynda.
"Mas, ih aku malu tahu. Pasti mama dan bibi sedang ngomongin kita." Ucap Zura sambil mengerucutkan bibirnya membuat mantan dua karatan itu semakin gemas dibuatnya.
CUP
Tidak hanya ciuman, karena lagi lagi Garvin mengambil kesempatan dengan melumat lembut bibir istrinya. Garvin merasa candu dengan rasa manis dari benda kenyal itu.
"Hmmm.... Masshhh... Udahh..." Dengan kedua tangan kecilnya, Zura memukul-mukul dada bidang sang suami hingga akhirnya ciuman panas itu terlepas darinya.
"Mas ih, kebiasaan kalau sudah nyosor tidak tahu tempat. Kita sekarang sudah berada di dapur mas. Dan tujuan kita kemari karena aku lapar." Zura merajuk kesal dengan tingkah suami mesumnya.
"Hehehe... Maaf sayang, entahlah rasanya mas enggan jauh darimu. Pingginnya nempel terus ini." Ucap Garvin.
Garvin selalu gemas kalau dekat Zura.
"Dasar mantan duda karatan, kamu harus bisa menahan hasratmu itu Garvin. Mama gak mau jika menantu kesayangan mama ini kecapekan apalagi kelaparan karena ulah nakalmu." Tiba-tiba suara mama Kalynda sudah ada di belakang mereka berdua.
Semakin merona lah kedua pipi Zura karena perkataan mertuanya itu. Bahkan kedua matanya sudah berkaca-kaca karena terharu dengan kasih sayang dan perhatian yang dicurahkan oleh mama Kalynda terhadapnya. Kasih sayang yang bahkan tidak didapatkannya dari keluarga kandungnya sedari dia kecil.
"Jangan menangis sayang, ayo makan yang banyak." Ucap mama Kalynda.
"Mama sengaja minta tolong bik Tatik masak banyak makanan sehat untuk kamu. Karena mama ingin, kamu dan kandunganmu itu sehat hingga lahiran nanti. Ingat, kamu sedang membawa cucu pertama mama. Generasi penerus keluarga mama." Lanjutnya.
"Iya ma, terima kasih banyak." Ucap Zura tersenyum hangat. Lalu mulai mengambil nasi diatas piringnya.
"Mas Garvin mau makan dengan lauk apa?" Sebelum Zura makan, dia lebih perhatian dengan suaminya.
"Mas bisa ambil sendiri sayang, kamu makanlah dulu. Ada banyak sayur dan ikan yang bagus untuk kandunganmu." Jawab Garvin hangat.
"Betul itu Zura, makanlah saja. Biar Garvin melayani dirinya sendiri. Dia sudah terbiasa hidup mandiri."
Tersipu malu, akhirnya Zura menurut. Dia makan dengan lahap seolah sudah selama itu tidak makan. Bahkan porsinya pun dua kali lipat dari pada porsi Garvin yang seorang pria dewasa. Garvin sampai melongo menatap takjub melihat nafsu makan istri kecilnya itu.
"Tidak usah heran, karena yang makan tiga nyawa." Ucap mama.
"Hah..." Zura mendongak menatap bingung.
"Lanjutkan saja makannya sayang, suami kamu ini heran melihat cara makan kamu yang sangat banyak."
"Maaf mas, mama aku akhir-akhir inu memang nafsu makan tinggi. Mungkin karena hamil kembar, dan mereka berdua juga jago makan."
"Eh iya sayang, mas hanya takjub tadi." Ucap gagap Garvin.
Setelah sesi sarapan yang tertunda selesai, sekarang keluarga kecil itu tengah duduk santai di bale-bale depan rumah. Angin sepoi membuat siapapun merasa mengantuk. Meskipun cuaca siang ini terasa sangat terik.
Karena perut yang kekenyangan ditambah kelelahan, Zura tertidur dengan bersandar di lengan kokoh sang suami.
"Garvin, istrimu tidur." Ucap mama.
"Ya Alloh sayang, kasihan kamu pasti kelelahan." Ucap Garvin iba.
"Cepat gendong bawa ke kamar, setelah itu kembali ke sini ada hal penting yang ingin mama bicarakan." Ucap mama Kalynda.
"Baik ma." Dengan hati-hati Garvin menggendong istri tercintanya menuju kamar.
CUP
"Tidurlah sayang, mas akan ke depan dulu." Ucap Garvin.
Dan disinilah dua orang ibu dan anak itu sedang berdiskusi serius. Mama Kalynda ingin segera merenovasi rumah milik menantunya ini.
"Garvin, cepat panggil kontraktor untuk merenovasi rumah ini. Jangan diubah konsepnya, karena mama suka model rumah tua seperti ini. Dinding kayunya juga masih kuat, mungkin sedikit sentuhan saja." Ucap mama.
"Iya ma, aku sudah meminta salah seorang teman kuliah dulu yang kini mempunyai kantor jasa renovasi rumah. Besok dia datang ke sini, sekaligus aku akan membicarakan untuk membangun sekolahan dalam waktu dekat. Tapi aku belum tahu dimana ada tanah dijual." Ucap Garvin, semua rencana sudah tersusun dengan matang di pikirannya.
"Sambil jalan saja Garvin, jangan terburu-buru. Yang penting adalah rumah ini kita buat senyaman mungkin. Terkhusus, istri kamu sedang hamil. Dia pasti butuh hunian yang bisa membuat mood selalu bahagia."
"Benar juga kata mama, kita tidak perlu menambah lantai atas ya ma. Sepertinya kita perluas saja rumah ini ke belakang."
"Mama setuju, mertua kamu ini dulu pasti orang kaya juga meskipun di desa. Lihat saja, satu rumah dibangun di atas tanah seluas ini. Kalau di kota pasti sudah jadi mansion."
"Jangan lupa, buat pagar pembatas sekeliling yang tinggi. Akan lebih aman jika hanya ada satu pintu gerbang." Tambah Mama Kalynda.
"Baiklah Ma, sekarang aku mau susul istriku dulu. Rasanya kangen banget." Ucap Garvin membuat Mama Kalynda memutar bola mata malas.
"Dasar mantan duda karatan, sekalinya dapat istri baru seorang daun muda. Kamu wajib jaga benar-benar Zura. Jangan sampai istri speak sempurna seperti itu terlepas." Ucap mama Kalynda memberi peringatan putranya.
"Tentu Ma, aku akan jaga dengan sepenuh hati. Memang Tuhan Maha Baik mendatangkan istri seperti Zura untukku." Ucap syukur Garvin.
"Semoga pernikahan kalian langgeng hingga maut memisahkan. Mama juga bahagia kamu menikah dengan Zura. Tidak seperti mantan istrimu dulu, sudah pernah mama peringatkan tapi kamu tidak percaya." Dongkol Mama Kalynda.