Sequel Terpaksa Menikahi Tuan Posesif
IG : @nafasal8
Season 1
Damian harus merasakan kekecewaan yang mendalam, karena sang tunangan diam-diam berselingkuh darinya. Ia terpaksa harus memutuskan pertunangannya secara sepihak.
Jebakan yang direncanakan oleh Arra, ternyata menjadi pertemuan pertama untuk Damian dan Sarah. Lantas bagaimana cara Damian untuk menaklukkan hati Sarah.
Bagaimana perjuangan Damian untuk mendapatkan hati sang pujaan hati, berhasilkah atau Sarah malah berbalik arah dari Damian?
Season 2
Rencana konyol Davian untuk menjadikan Linanda sebagai kekasih settingan ternyata berujung pada keputusan Oma yang ingin menikahkan mereka dalam waktu dekat.
Bagaimana kisah Davian dan Lin dalam menghadapi rencana Oma? Apakah mereka akan bersatu dalam ikatan suci? Atau mengungkap semua dan mengaku pada keluarga besar mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafasal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23. Kamu adalah Milikku
Sebuah Roof Top di restoran ternama menjadi pilihan Damian untuk kencan pertamanya dengan Sarah kali ini, Ben sudah menyiapkan semuanya sebaik mungkin. Tak ada yang terlewatkan sedikit pun.
Di atas gedung terhampar pemandangan langit malam dengan lampu kota yang berpendar menjadi keindahan tersendiri dan menambah kesan romantis kencan ala Damian.
Sarah tak henti berdecak kagum melihat bentang alam di sekitarnya. Ini adalah pengalaman pertamanya melihat lukisan Sang Pencipta dari lantai tertinggi di salah satu gedung megah di kotanya. Jika ia boleh jujur, ia sangat senang -- Senang sekali ....
"Apakah kau suka?" Sebuah pertanyaan pertama yang muncul, setelah keheningan tercipta cukup lama.
Damian menatap lekat gadis di hadapannya, seorang gadis polos yang sedang mengagumi panorama yang terbentang di hadapannya.
"Tentu saja Tuan, aku sangat senang," jawabnya tanpa ia saring terlebih dahulu. Sarah segera menyadari ucapannya mengandung banyak arti, ekor matanya melirik Damian yang mengulas senyum di kedua sudut bibirnya.
"Ma-maksud saya, saya benar-benar suka pemandangannya Tuan. Tidak ada maksud lain," terangnya sambil tersenyum canggung.
Namun, Damian semakin mengembangkan senyumannya. Pria itu terus menatapnya, entah kenapa Sarah terasa sangat berbeda sekali. Ia tak bosan memandang gadis yang sudah mencuri hatinya itu.
Damian pun tak tahu dengan perasaannya saat ini, perasaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Bahkan kepada Arra sekalipun, perasaannya tak sekuat ini. Rasa ingin memiliki gadis ini begitu kuat tertanam dihatinya, kepolosan dan sikap penolakan-penolakan yang kerap kali di lakukan oleh Sarah. Ternyata membuatnya semakin menyukai sosok gadis itu.
Selama ini tak ada yang pernah menolak pesonanya, bahkan kebanyakan para gadis akan bertekuk lutut padanya. Mama Erina yang kerap kali dibuat pusing oleh sikap para gadis yang berebut mencari perhatian putranya yang dilancarkan melalui Nyonya Arga Hutama itu, banyak kolega yang berebut ingin menjadikan Damian menantu mereka.
Namun, hal itu sama sekali tak membuat Damian tertarik atau bahkan untuk sekedar melirik pada gadis yang sudah mencoba menarik perhatiannya. Tapi dengan Sarah, hatinya tak bisa memungkiri, ia sangat ingin memilikinya.
"Sarah ...."
"Hmm ... iya Tuan." Sarah segera mengalihkan pandangannya, ia menatap Damian yang sedari tadi menatap nya dengan sangat intens.
Seketika itu, lampu yang sedari tadi berpendar tiba-tiba meredup.
"Tuan, ada apa ini?" Sarah terlihat sangat panik. Tiba-tiba suara letusan kembang api terdengar begitu nyaring. Cahayanya terlihat sangat indah di langit yang sangat kontras dengan cahaya kembang api tersebut.
Sarah terperangah, ia segera membekap mulutnya untuk menutupi keterkejutannya. Damian bangkit dan melangkah menghampirinya, pria itu merogoh sakunya dan meraih sebuah benda berbentuk kotak kecil berwarna putih.
Lampu yang sebelumnya redup, kini kembali berpendar. Sarah kembali terkesiap, saat Tuan Muda yang sudah ia klaim menyebalkan itu berlutut di hadapan nya -- membuka kotak kecil yang berisi sebuah cincin berlian yang sangat indah sekali.
"Tuan, apa yang sedang Anda lakukan?" Sarah terlihat tidak nyaman dengan sikap Damian, tapi pria itu sama sekali tak menggubris nya. Ia tetap dengan posisinya.
"Menikahlah denganku, Sarah?" Raut wajahnya menunjukkan keseriusan, tatapannya yang lembut namun mampu membuat Sarah terpaku.
Gadis itu bergeming, darahnya berdesir mendengar kalimat yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia tak tahu harus bagaimana, perasaannya benar-benar tak karuan.
Damian segera meraih jemari Sarah, saat pria itu hendak melingkarkan cincin di jari manisnya. Sarah reflek menarik jarinya. Damian tampak tak senang, selama ini ia tak pernah mengalami penolakan seumur hidupnya.
"Sarah ...." suara tegasnya mampu membuat Sarah semakin salah tingkah.
"Tu-tuan, saya tidak tahu apa maksud anda dengan mengajak saya menikah secara tiba-tiba seperti ini. Tapi sa-saya ...." ucapnya dengan terbata.
Sorot mata Damian tak terima, apapun alasannya ia tak ingin gadis ini menolak lamarannya.
"Kenapa memangnya?" tegas Damian.
"Apa kau sudah punya pacar dan menolak menikah denganku?" suaranya kini bahkan mampu mengintimidasi Sarah.
"Bukan seperti itu Tuan," sela Sarah.
"Lalu apa?"
Sarah terlihat bingung, ia mencoba memilih kata yang tepat untuk pria yang baru saja melamarnya.
"Tu-tuan, Anda belum mengenal saya. Bagaimana bisa, tiba-tiba Anda mengajak saya menikah. Dan lagipula, menikah adalah suatu perkara yang sakral yang akan berlangsung sekali seumur hidup."
"Lalu?" sorot mata Damian menunggu kelanjutan kalimatnya.
"Sedangkan kita? Bagaimana bisa Anda mengajak saya menikah sedangkan kita tidak saling mengenal satu sama lain dan tentu saja tidak ada cinta." Sarah sedikit ragu mengutarakan kalimat terakhirnya, tapi ia tak ingin terjebak dalam pernikahan tanpa rasa cinta di dalam nya.
Guratan kemarahan yang tampak di raut wajah Damian, perlahan memudar. Terganti dengan seulas senyum yang tersemat di kedua sudut bibirnya.
"Siapa bilang tidak ada cinta diantara kita?" ungkap Damian.
Mata Sarah membulat, ia tak mengerti maksud pria itu. Jelas-jelas selama ini diantara mereka hanya ada perdebatan, dan rasanya sangat mustahil untuk Tuan Muda sepertinya memiliki rasa kepada gadis biasa seperti dirinya.
"Mulai saat ini, aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku. Dan itu pasti akan segera terjadi," terangnya dengan rasa penuh percaya diri.
Jantung Sarah seolah ingin lompat, ia benar-benar tak menyangka. Bahkan di mimpinya sekalipun ia tak pernah berani bermimpi untuk menikah dengan seorang Tuan Muda seperti nya.
Bukankah ini sebuah keberuntungan untuknya? Tapi tidak berlaku untuk gadis seperti nya. Sarah bukan lah gadis yang hanya memandang semua dengan materi. Tapi sebuah ketulusan, itulah yang selalu ia harapkan untuk pendamping hidupnya kelak.
"Kau tak boleh menolak ku." Damian segera meraih kembali jemari Sarah.
"Jadi, mulai detik ini. Kamu adalah calon istri Damian Perdana Hutama dan sebentar lagi akan menjadi istri seorang Tuan Muda dari keluarga Hutama," ucapnya sambil melingkarkan cincin di jari kiri manisnya.
Sarah terpaku, tubuhnya tak bisa digerakkan. Ketegangan akibat perlakuan tak biasa dari seorang pria yang belum pernah ia rasakan sebelumnya membuatnya hanya bisa pasrah. Ia tak tahu harus bahagia atau sebaliknya, saat menerima lamaran tersebut. Yang jelas hatinya masih samar dengan perasaan asing yang memaksa masuk secara tiba-tiba.
"Mulai saat ini, kamu adalah milikku. Dan selamanya akan menjadi milikku." Suaranya yang tegas mampu membuat bulu kuduk gadis itu meremang.
"Tu-tuan, aku masih butuh waktu. Dan Ibuku--,"
"Aku sudah meminta ijin kepada ibumu tadi, dan beliau menyerahkan keputusan ini di tanganmu." Damian tersenyum menyeringai, seolah kemenangan telak sudah ia peroleh. Dia bahkan tak memberi cela untuk alasan yang akan terlontar dari mulut gadis itu.
Sarah menghela napas berat, kali ini ia benar-benar kehilangan cara untuk berkilah dari Damian.
Bersambung ....
.
.
.
.
Mampir ke karya kakak online author ya😍👍🏻