Bagaimana rasanya tinggal seatap dengan mantan istri, tapi dengan status yang berbeda?
Sisa trauma pengkhianatan sang Istri membawa Bara bertemu Rea, gadis yang menurutnya sangat manis dalam hal apapun. Namun, Bara harus kembali menelan kekesalan saat mamanya bersikeras kembali menjodohkannya?
SEASON 2
Pengkhianatan Galen di malam sebelum pernikahan membuat Alesya Damara Alnav trauma. Video 19 detik membuat geger dan menghantam habis cintanya, hingga seorang duda menawarkan diri menjadi pengantin pengganti Galen untuk Alesya.
Akankah pernikahan mereka bahagia? Bagaimana cara Abberico Reivander mengobati luka hati seorang Alesya? sedang sifat sama-sama dingin membuat keduanya tersekat jarak meski raga berdampingan.
Happy Reading💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Perihal pasangan, mungkin kamu pernah diduakan, diabaikan dan begitu disia-siakan oleh seseorang.
Padahal kamu meniadakan rasa lelah, karena tau kuatmu adalah dengannya.
Meski pada akhir, kamu tetaplah kamu yang bukan menjadi tujuannya.
Kamu hanya sebagai jalan, bukan tempatnya pulang.
Rea~
***
"Kemana kita, Ra?" tanya Tama yang duduk di kursi kemudi.
"Ke rumah Rea, iya kan sayang?"
Rea membola, "sekarang Mas?" tanya Rea tak percaya.
"Iya sekarang, kamu bilang aku harus mengenal keluargamu."
"Tapi nggak sekarang juga kan?" tanya Rea, ia masih tak percaya Bara akan secepat ini memutuskan untuk mengenal keluarganya.
Bara sedikit kecewa karena jawaban Rea yang terkesan penolakan. Meski begitu, ia tetap menunjukkan sikap baik-baik saja.
"Kalau begitu, kita ke Perumahan Cendana Jl. Wijaya daerah Mall Baru Bandung, Mas. Rumahku daerah sana."
"Benarkah? kebetulan." Bara menyunggingkan senyum, ternyata rumah Rea sangat dekat dari Mall Baru milik Papanya dan itu semakin mempermudah jalannya bersama Rea.
Meski begitu, Bara tak ingin keluarga Rea menerimanya karena materi, Bara ingin mengenal seperti apa orang tua dari gadis hebat di sampingnya saat ini.
"Dasar bucin." Batin Tama seraya menggeleng-gelengkan kepala.
"Tam, ngomong-ngomong sedari tadi kau terus diam?" tanya Bara yang tersadar sedari tadi mengabaikan teman sekaligus asistennya.
"Ck! bukankah sedari tadi kalian menganggapku patung." desis Tama kesal.
Rea dan Bara kompak terbahak.
"Mas, kamu ajak ngobrol Tama juga dong!" bisik Rea tak dapat menyembunyikan tawanya.
"Sudahlah, dunia ini milik kalian. Aku cuma ngontrak cukup sadar diri," ucap Tama tanpa melirik ke belakang, ia memilih fokus pada jalan yang ramai di hadapannya.
"Hahahaaha, kau tau Rea? dia jomblo sejati. Jika kau punya teman wanita yang jomblo, boleh kita jodohkan dengannya."
"Kalau gitu, sama aku aja Mas. Kebetulan, kemarin habis putus dari pacarku." canda Rea yang langsung mendapat tatapan tajam Bara.
"Hahaha, boleh-boleh Rea, tapi siap-siap aja akan ada singa yang mengamuk. Bisa-bisa dia gantung diri di pohon toge," ucap Tama dengan gelak tawa.
Bara mendekus, lalu memalingkan wajahnya ke jendela mobil menatap jalanan.
"Cie ngambek," goda Rea.
Bara masih diam, tangan yang tadinya menggenggam jemari Rea terlepas dan mengubah posisi menjadi bersedekap dada.
"Duh Rea, beneran ngambek itu om duda. Bujuk lah, disayang dulu biar leleh." goda Tama.
"Mas, jangan ngambek dong! Masa udah tua ngambekan, aku kan cuma bercanda." bujuk Rea.
Bara masih murung, terlebih saat Rea menyebutkan kata 'udah tua', bukankah itu menyebalkan?
"Alamat ini, bisa turun di jalan." gumam Tama.
Bara masih enggan, akan tetapi tanpa terasa mobil sudah sampai di gang masuk rumah Rea.
"Yang mana rumahmu, Rea?" tanya Tama.
"Yang paling ujung, Mas. Cat warna hijau."
"Oke-oke," jawab Tama dengan semangat. Bara sontak langsung menatap depan, ia tak mungkin berdiam terus menerus.
"Rea..." panggil Tama.
"Iya Mas Tam?"
"Om Duren gak jadi ngambek kayaknya," canda Tama.
"Berisik." desis Bara kesal.
"Mas, gak boleh gitu. Mas Tama kan cuma bercanda." Rea mengusap lembut bahu Bara hingga berhasil membuat laki-laki itu luluh.
"Sudah sampai, kalau kau masih ngambek aku yang maju sebagai kekasihnya Rea." goda Tama lagi, suka sekali ia melihat Bara kesal. Dulu, ia tak semenyebalkan ini saat menjadi suami Najira dan makin kesini Tama semakin yakin kalau sebenarnya Bara sudah benar-benar bucin pada Rea.
Mobil mereka berhenti tepat di depan gerbang rumah orang tua Rea. Dengan segera gadis itu turun tanpa menunggu Bara dan langsung berlari membuka gerbang mempersilahkan Bara dan Tama masuk.
"Bentar, tunggu bentar Mas. Harusnya sih Ayah sama Ibu di rumah." Rea meraih handle pintu yang tertutup, dan benar saja tidak terkunci yang artinya kedua orang tuanya berada di rumah.
"Ayah? Ibu, Rea pulang." panggil Rea, tak ada sahutan Rea pun memilih mempersilahkan Bara dan Tama untuk duduk lebih dulu di sofa tamu.
"Duduk, Mas. Maaf rumahnya kecil."
"Makasih, Rea." jawab Tama.
"Rea, boleh numpang ke toilet?" tanya Bara.
Rea mengangguk, "toilet yang di kamarku aja ya, Mas?"
"Boleh."
Rea pun mengantarkan Bara sampai ke depan pintu kamarnya.
Ceklek, bunyi pintu terbuka.
"Masuk aja, Mas. Aku buatin Mas Tama minum dulu," ucap Rea yang diangguki kepala oleh Bara.
Rea berjalan menuju dapur untuk membuatkan minum, sementara Bara terpaku mematung dengan isi dari kamar Rea.
"Dia sedekat itu dengan kakaknya," gumam Bara yang melihat foto-foto Rea dan Revan menempel di dinding kamar Rea.
Meski Revan adalah kakak dari Rea, itu cukup berhasil membuat hatinya kembali panas.
"Stop Bara, dia kakaknya! Apa pantas kamu kesal." batin Bara berkecamuk.
Ia melangkah ke dalam toilet untuk melakukan tujuannya, setelah selesai ia keluar dan kembali tertegun saat melihat album kecil yang tenggorok di atas nakas.
Penasaran, meski dalam hati Bara berusaha membujuk bahwa ia tak punya hak menyentuh barang Rea akan tetapi rasa penasaran mengalahkan semuanya.
"Si brengs*k itu," gumam Bara saat melihat lembaran pertama. Belum apa-apa ia sudah mengepalkan tangannya kesal. Dengan cepat ia menelusuri lembar demi lembar hingga matanya tertuju pada lembar terakhir yang bertuliskan 'first love', cinta pertama Rea?
"Jadi sebelum dengan laki-laki itu, Rea punya cinta pertama?" Bara menatap tak berkedip melihat foto Rea dengan seragam putih abu-abu yang tampak imut dengan seorang pria berkacamata di samping yang merangkulnya mesra.
Siapa laki-laki itu? cinta pertama Rea sewaktu SMA?
Bara menutup kasar, kemudian melangkah mundur dan keluar dari kamar Rea.
"Udah, Mas?" tanya Rea seraya membawa nampan berisikan minuman.
"Udah," ucap Bara dingin.
"Kenapa lagi? perasaan tadi udah leleh." batin Rea.
"Diminum, Mas Bara, Mas Tama."
"Makasih Rea." jawab mereka hampir serempak.
Rea menuju kamar ibunya dan mengetuk.
Ceklek, Neya membuka pintu kamarnya dan membulat melihat putrinya Rea sudah berada di rumah.
"Rea sayang, kenapa nggak telepon ibu dulu kalau mau pulang?" tanya Neya seraya menciumi wajah Rea kemudian memeluknya.
"Siapa, Ne?" tanya Alex yang menyusul istrinya membuka pintu.
"Astaga ayah? gak pakai baju." Rea mencebik melihat ayahnya siang bolong hanya mengenakan celana kolor.
Alex dan Neya hanya cengengesan tak jelas melihat kekesalan putrinya.
"Ayah hanya tidur siang, Rea." alibi Alex yang langsung memeluk putrinya tanpa permisi.
"Pakai baju, Yah. Ada temen-temen Rea di ruang tamu. Ma, ayo keluar." ajak Rea.
Neya dan Alex sontak saling pandang.
"Kau tidak pulang dengan kakakmu, Rea?" tanya Neya.
Rea menggeleng, meninggalkan mereka yang terkejut di ambang pintu kamar.
"Siang Tante, Om." sapa Bara dan Tama, bergantian menyalami Alex dan Neya.
"Kalian ini teman Rea?"
"Iya, Om. Tante." jawab Tama, akan tetapi tidak dengan Bara. Laki-laki itu terdiam beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk kaku.
Pke alesan krn di sayang ibunya bara, trs pa korelasinya? Dasar laki2 lemah yah gini..
Yah lampiasin lah ke binik kamu atau selingkuh an nya kok mlh ke orang lain..