NovelToon NovelToon
Kembalinya Sang Pendekar

Kembalinya Sang Pendekar

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Pusaka Ajaib
Popularitas:118.7k
Nilai: 4.7
Nama Author: biru merah

Seorang pendekar tua membawa salah satu dari Lima Harta Suci sebuah benda yang kekuatannya bisa mengubah langit dan bumi.

Dikejar oleh puluhan pendekar dari sekte-sekte sesat yang mengincar harta itu, ia memilih bertarung demi mencegah benda suci itu jatuh ke tangan yang salah.

Pertarungan berlangsung tiga hari tiga malam. Darah tumpah, nyawa melayang, dan pada akhirnya sang pendekar pun gugur.

Namun saat dunia mengira kisahnya telah berakhir, seberkas cahaya emas, menembus tubuhnya yang tak bernyawa dan membawanya kembali ke masa lalu ke tubuhnya yang masih muda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon biru merah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 24. Makam Dewa (2)

Dengan hati-hati dan memperhatikan sekeliling, Lin Yan perlahan mengeluarkan peta keberadaan harta Kitab Raja Obat dari dalam kantong penyimpanannya. Tangannya tidak gemetar, tetapi sorot matanya tajam penuh kewaspadaan. Udara di sekitar terasa sedikit berat, seolah menyadari bahwa apa yang dibawanya bukan sekadar peta biasa.

Ia menggabungkan dua sobekan peta yang sebelumnya didapatkan dari pelelangan. Ketika kedua bagian itu bersatu, garis-garis rumit di peta membentuk jalur menuju lokasi kitab suci tersebut.

"Hmm... Ada tiga rute utama," gumam Lin Yan pelan, matanya menyusuri garis-garis pada peta itu. "Dan masing-masing dijaga oleh makhluk yang tidak bisa diremehkan."

Rute pertama dijaga oleh sekelompok Kera Emas Tingkat Langit Menengah. Meskipun tingkat kekuatannya hanya setara Pendekar Langit Menengah, dalam kelompok besar, kekuatan mereka mampu menandingi Pendekar Suci Awal.

Rute ketiga lebih menakutkan lagi—dijaga oleh seekor Beruang Penghancur, makhluk buas dengan kekuatan dan pertahanan selevel Pendekar Suci Awal. Lin Yan tahu betul bahwa berurusan dengan makhluk seperti itu bukan hanya soal kekuatan, tapi juga ketahanan dan keberuntungan.

"Kalau harus memilih... Rute kedua." Ujung jarinya mengetuk bagian tengah peta. "Kelompok Harimau Muda Es Abadi. Mereka kuat, tapi setidaknya bukan berkelompok."

Meskipun masih muda, harimau-harimau itu tak lebih lemah dari Pendekar Langit Akhir, bahkan kekuatannya sedikit di bawah Pendekar Suci Awal. Tapi dibanding dua jalur lainnya, inilah yang paling mungkin untuk dilewati dengan risiko yang lebih kecil.

Tanpa menunggu lebih lama, Lin Yan mulai berjalan ke arah rute kedua. Sepanjang perjalanan, ia beberapa kali bertarung melawan binatang iblis yang mencoba menghalangi jalannya. Untungnya, semua itu masih bisa ditangani dengan kekuatannya sekarang.

Di tengah perjalanan, ia juga bertemu dengan beberapa pendekar lain yang tampaknya tertarik pada benda yang dibawanya.

"Serahkan barangmu, bocah!" seru seorang pendekar berambut acak-acakan, mata merah menatap rakus.

Namun Lin Yan hanya menoleh sekilas. Tanpa menjawab sepatah kata pun, tubuhnya bergerak seperti angin, menghilang dari tempat itu dalam sekejap. Ia tidak punya waktu untuk meladeni orang-orang seperti mereka.

"Aku tak boleh membuang waktu... Kitab Raja Obat harus kudapatkan sebelum orang lain menemukannya," pikir Lin Yan dalam hati. Ia ingat dengan jelas—dalam kehidupannya yang lalu, kitab itu menghilang secara misterius, dan tak seorang pun tahu ke mana perginya.

Sementara itu, di sisi lain...

Guru Bai baru saja tiba di makam Dewa. Tidak terlihat seorang pun di sekitar. Suasana sunyi membuat bulu kuduk berdiri. Tanpa banyak bicara, Guru Bai melangkah masuk.

Tiba-tiba—

WUSSH!

Dua jarum kecil melesat dari arah kiri dan kanan. Meski hanya sepersekian detik, refleks Guru Bai masih terlalu cepat. Ia bergerak ke samping dan menghindarinya dengan mudah.

Dua jarum hitam menancap di tanah. Ia menunduk dan mengamati ujung jarum itu dengan mata tajam.

"Jarum beracun... Sepertinya musuhku kali ini lebih suka bermain kotor," gumamnya dalam hati.

Serangan berikutnya datang, kali ini tiga jarum sekaligus. Dengan cepat ia mencabut pedangnya dan menepis ketiga jarum itu.

Kling! Kling! Kling!

"Tak bisa terus begini. Tempat ini terlalu sempit, aku harus keluar ke tempat yang lebih terbuka," pikir Guru Bai.

Sambil terus menghindari serangan, ia berlari menuju tempat yang lebih luas. Jarum-jarum terus berdatangan dari berbagai arah, namun tidak satu pun mengenai tubuhnya. Akhirnya ia tiba di sebuah tanah lapang yang cukup luas. Begitu ia berdiri tegak di tengah lapang, serangan berhenti mendadak.

Guru Bai memicingkan mata. "Hentinya terlalu tiba-tiba. Mereka sedang menyiapkan sesuatu..."

Benar saja. Sebuah pisau beracun tiba-tiba meluncur dari kejauhan. Tapi kali ini, karena berada di tempat yang lebih luas, Guru Bai dengan mudah menghindarinya.

Di balik rerumputan lebat, terdengar bisikan.

"Ini percuma. Kita harus menghadapinya langsung," ujar salah satu dari mereka.

"Dia di tingkat Pendekar Suci Menengah, mana mungkin kita menang jika bertarung langsung!" balas rekannya dengan suara gemetar.

"Jika dia terkena satu saja dari racun ini, tubuhnya akan melemah. Saat itu, kita bisa menekannya bersama-sama," ucap si pemimpin dengan yakin. "Kita harus bekerjasama."

Guru Bai sudah menduga langkah selanjutnya. Ia mengencangkan pegangan pedangnya.

Dan benar saja—tiga orang muncul dari berbagai arah dan menyerang secara bersamaan. Serangan mereka cepat, dan masing-masing pedang mereka mengandung racun.

TING!

TING!

CLANG!

Dalam pertukaran serangan itu, Guru Bai dengan cepat menyadari bahwa pedang mereka tidak hanya tajam, tapi juga dilapisi racun tak berwarna.

"Licik," ucapnya lirih, tetapi tangannya tetap mantap.

Pertarungan berlangsung cukup lama. Meskipun mereka bertiga menyerang dari berbagai sudut, Guru Bai masih mampu bertahan tanpa terkena satu serangan pun.

Namun...

Tiba-tiba, ketiga penyerang itu mulai terhuyung. Wajah mereka pucat, mata berputar, dan tubuh mereka mulai memanas.

"Kenapa tubuhku terasa panas... Pusing...?" gumam salah satu dari mereka.

"Ini racunku sendiri... Tapi bagaimana bisa—?"

Salah satu dari mereka mendadak menyadari sesuatu. "Karena kita terus bertarung dengan pedang yang diracuni, saat pedang kita bersentuhan dengan pedangnya... racunnya terpindah ke kita sendiri!"

"Sial! Pedang itu menyerap racun kita dan mengembalikannya!" ucap mereka bersamaan dalam hati.

Ketiganya jatuh satu per satu ke tanah. Guru Bai berjalan perlahan mendekat.

"Racun adalah pedang bermata dua. Bila tak hati-hati, bisa melukai pemiliknya sendiri," ucapnya tenang.

"Tuan... Tuan, tolong! Jangan bunuh kami! Aku... aku akan memberikan semua hartaku!" ujar salah satu dari mereka dengan suara putus asa.

Namun Guru Bai menggeleng perlahan. "Orang seperti kalian... tak pantas diberi ampun."

Dengan satu gerakan cepat, ia mengakhiri hidup mereka. Menatap langit biru yang cerah, ia menghela napas.

"Yan Er... Kau di mana sekarang, Nak..."

 

Sementara itu, Lin Yan sudah tiba di depan sebuah lorong panjang. Ia menatapnya dengan curiga.

"Menurut peta, di dalam lorong ini ada jebakan..."

Baru saja ia bicara, terdengar suara gemuruh dari belakang. Ia menoleh dan melihat sebuah batu raksasa mulai meluncur dengan cepat ke arahnya.

"Jadi ini maksud gambar batu di peta!" serunya panik, lalu langsung berlari ke depan.

Ia mencabut pedangnya dan mencoba menebas batu tersebut.

CLANG!

Tak satu goresan pun tertinggal. Lin Yan mengerutkan kening.

"Tak mempan!"

Ia kembali berlari secepat mungkin. Lorong itu sedikit gelap, membuat pandangannya terbatas.

Di kejauhan, ia melihat sebuah lubang besar penuh duri yang terlihat beracun. Lin Yan segera melihat ke kiri dan kanan, mencari jalan alternatif, namun tak ada apa pun.

"Buntu! Ke mana lagi aku bisa pergi?"

Suara batu semakin dekat. Tak punya pilihan lain, ia mendongak dan melihat sebuah lubang kecil di atas lorong.

"Di atas!"

Dengan satu dorongan tenaga dalam, tubuhnya melesat ke atas.

DUARRR!

Batu raksasa itu jatuh ke dalam lubang berduri dan menghancurkan sebagian lantai lorong. Getaran terasa hingga ke tempat Lin Yan berdiri.

Ia menghela napas lega. "Hampir saja..."

Saat menoleh, ia melihat jalan bercabang dua.

"Sepertinya... ada dua jalan di sini," ucapnya sambil memandang ke bawah, ke tempat batu besar itu menghilang. "Semoga jalanku benar."

1
Kismin Akut
MC kejam tapi masih lemah,bukannya meningkatkan kekuatan malah berpetualang mengejar harta Karun,yang belum tentu di dapat🤔
Nanik S
Emang Neraka yang ganas
Nanik S
Lanjutkan Tor 💪💪💪
Kismin Akut
sudah ada di pendekar bumi ko tingkatan tenaga dalamnya sedikit🤔
Nanik S
Gaaaas Pooool
Nanik S
Apakah Lin Yang bisa keluar dari dalam jurang
Nanik S
Air Panas... siapa tau bisa menyembuhkan luka
Nanik S
Apa Lin Yang akan selamat
Nanik S
Apakah Mata Naga
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Kabut dimanapun berbahaya
Nanik S
Lanjut terus Tor
Nanik S
Mantap sekali Tor
Nanik S
Bantai saja wanita Iblis rambut perak
Nanik S
Tidak adalah penolong untuk sekte Es
Nanik S
Alurnya bagus Tor
Nanik S
Cepat sampai tujuan... sekte Naga Hitam sudah mengincsr
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Harusnya pulihkan dulu Lin Yan
Nanik S
Lanjutkan Tor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!