Tidak pernah terbayang jika malam yang dia habiskan bersama pria asing yang memberinya uang 1M akan menumbuhkan janin didalam rahimnya.
Salsabila, gadis cantik berusia 26 tahun itu memutuskan merawat calon anaknya seorang diri. Selain tidak mengenal ayah dari calon anaknya. Rupanya pria itu sudah memiliki tunangan dan akan segera menikah.
Mampukah Salsabila menghadapi kerasnya hidup saat dia hamil tanpa suami?. Apalagi dia hamil diluar nikah!.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AfkaRista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendonorkan Darah
"Kalau sampai terjadi sesuatu pada anakku. Aku akan memburumu sampai ke neraka sekalipun!."
Azka segera membawa Salsa keluar, diikuti Dirga juga Gita. Mereka langsung masuk kedalam mobil yang Alvin siapkan.
"Pa, lebih cepat!," pinta Azka. Perasaannya begitu kacau, apalagi darah tak henti keluar dari tubuh istrinya. Dirga menambah kecepatan mobilnya, sesekali dia melirik Salsa yang nampak kesakitan.
"Bertahanlah, Nak. Bunda yakin kamu kuat!," Gita hanya mampu menguatkan sekaligus mendoakan sang menantu juga cucunya. Perasaannya campur aduk, dia kembali mengingat momen puluhan tahun lalu dimana dia pernah berada diposisi yang sama dengan Salsa. Perempuan itu meringkuk dalam pelukan Azka, mencoba menahan sakit yang mendera tubuhnya.
Setibanya dirumah sakit, Azka langsung berteriak minta tolong. Suster dengan sigap membawa brankar lalu membawa pasien ke ruang gawat darurat.
"Anda dilarang masuk, Pak. Tunggulah diluar!," cegah suster.
"Tapi saya suaminya!."
"Saya tahu, tapi ini sudah prosedur rumah sakit. Silahkan anda tunggu diluar!."
Suster menutup pintu, membuat Azka menjambak rambutnya frustasi.
"Ka, tenangkan dirimu. Banyak-banyaklah berdoa semoga istri dan anakmu baik-baik saja."
"Bagaimana bisa aku tenang, Bun. Salsa sedang berjuang didalam sana. Bagaimana kalau anak kami tidak bisa diselamatkan?."
Bibir Gita kelu, begitupun Dirga. Mereka pernah mengalami ini, tentu saja berat rasanya jika harus kehilangan seseorang yang kita cintai, terutama buah hati. Melihat banyaknya darah yang keluar dari tubuh menantunya, sepertinya kecil harapan jika cucu mereka selamat. Namun semua kembali pada yang di-Atas.
"Kamu harus kuat. Percayakan semua pada yang Kuasa. Jangan berhenti berdoa kepada-Nya!."
Azka menghela nafas panjang, "Dia seperti itu karena melindungiku. Jika sampai terjadi sesuatu yang buruk, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri!," ucapnya lirih
Dirga mengusap bahu sang putra, "Percayalah, semua akan baik-baik saja. Kamu harus kuat agar bisa menguatkan istrimu!."
Azka menunduk, satu hal yang ia yakini sekarang. Azka mencintai istrinya. Bahkan dia sudah mengagumi Salsa diawal perjumpaan mereka.
Ya Allah, selamatkan istri dan anak hamba. Hanya Padamu hamba memohon. Hamba tidak mau kehilangan keduanya.
"Mau apa lagi kamu kemari?," Azka begitu emosi melihat kedatangan Danar.
"Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud mencelakai istrimu!."
Azka tersenyum sinis, "Maafmu kutolak. Sebaiknya kamu pergi dari sini. Kehadiranmu tidak dibutuhkan!."
Danar menatap Azka dengan lekat, ia benar-benar tidak bermaksud melukai Salsa. "Aku sungguh minta maaf, Ka."
Azka mengepalkan tangan, jika saja ini bukan rumah sakit, tentu dia akan menghajar pria didepannya.
"Pulanglah Nar. Putraku sedang emosi dan kehadiranmu membuatnya semakin tidak bisa mengendalikan diri!."
Danar berbalik, dia hendak meninggalkan mereka,
"Pasien pendarahan dan kami butuh donor darah secepatnya!," ucap suster, "Golongan darah pasien cukup langka. Stok kami tersisa dua kantong, dan kami membutuhkan pendonor untuk pesien secepat mungkin."
"Apa golongan darahnya, sus?."
"AB-!."
Deg
Danar membeku, mungkinkah apa yang diucapkan istrinya benar.
Flash Back On
"Ayah, Bunda, Salsa pendarahan."
Semua terlihat kaget, Dirga dan Gita segera menghampiri Azka yang akan menggendong Salsa. Saking paniknya jas milik Azka jatuh begitu saja. Anya sempat melihat tanda bintang dibahu kiri Salsa. Tanda yang sama persis seperti milik putrinya yang hilang. Apalagi mata Salsa, sorot mata gadis itu mirip sekali dengan Danar dan bayinya. Walau hanya menggendongnya beberapa menit saja. Namun Anya tidak akan pernah lupa seperti apa bayinya. Ketika suster menyerahkan bayinya pertama kali, tanda lahir itu tampak menonjol.
"Sebaiknya kalian pulang, aku akan menyusul mereka kerumah sakit."
Anya dan Salwa menatap Danar, Salwa mengangguk namun tidak dengan Anya. Menyadari ada sesuatu yang istrinya pikirkan, Danar meminta putrinya masuk ke mobil lebih dulu.
"Aku minta maaf, Nya. Aku tidak bermaksud menyakiti istri Azka!."
Anya menatap kosong kedepan, perasaannya resah. Hatinya nyilu melihat Salsa menutup mata dalam gendongan Azka.
"Kamu selalu keras kepala. Apa salahnya tidak usah emosi dalam menanggapi semua hal. Lhat akibat dari perbuatanmu, kamu menyakiti Salsa. Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya atau bayinya. Kamu lihat bagaimana kemarahan Azka bukan. Dia tentu tidak main-main dengan ucapannya!."
Danar menatap sendu sang istri, " Aku hanya terbawa emosi!."
Anya menatap suaminya tajam, "Ya. Kamu memang selalu begitu. Bukankah berkali-kali aku ingatkan supaya bisa mengendalikan diri!."
Danar menunduk, hingga ia mendengar suara Anya yang tiba-tiba menangis. Hal itu tentu membuat Danar panik, "Sayang, ada apa? Kenapa kamu menangis?."
"Aku seorang ibu. Dan perasaanku tidak pernah keliru. D-dia Khanza!."
Danar menatap istrinya heran, "Apa maksudmu?."
"Salsa. Dia adalah Khanza!."
Danar terperangah, "Tidak mungkin, sayang. Bagaimana bisa kamu mengatakan hal itu. Dia orang lain, bukan putri kita!."
"Sorot matanya persis sepertimu. Bahkan dia memiliki tanda lahir mirip bintang dibahu kirinya. Persis dengan Khanzaku!," Anya tersedu, sedangkan Danar membeku. Sejak awal melihat Salsa, perasaannya memang berbeda, namun Danar tidak menyadari hal itu. Dia terlanjur marah juga emosi pada Azka.
"Aku mau kerumah sakit. Aku harus memastikan hal ini!," ucap Anya.
"Biar aku yang pergi. Salwa membutuhkanmu saat ini. Biar aku yang memastikan semuanya!"
"Kamu memang harus kesana. Selain untuk memastikan Salsa anak kita atau bukan, kamu harus bertanggung jawab atas perbuatanmu padanya. Jika dugaanku benar dan terjadi sesuatu pada Salsa. Aku tidak akan pernah memaafkanmu, Danar Adiaksa!."
Flash Back Off
"AB-!."
"Bagaimana bisa rumah sakit sebesar ini kekurangan stok darah!!," ucap Azka emosi
"Pak, stok darah AB- adalah golongan darah yang langka. Untuk golongan darah lain, kami memiliki banyak stok. Kami juga sudah menghubungi PMI dan rumah sakit lainnya untuk membantu!."
"Ka, tenangkan dirimu. Ayah akan menghubungi semua anak buah Ayah, siapa tahu darah mereka cocok! Yang Ayah tahu, golongan darah tersebut bisa menerima donor dari golongan darah A-, B-, dan O-."
"Benar yang diucapkan bapak ini. Sebaiknya kalian menghubungi keluarga atau kenalan lainnya."
"Ambil darahku, sus. Golongan darahku AB-!."
semangat thor