Pradivta Anugra putra seorang pria yang belum menikah tiba-tiba mempunyai seorang putri yang sedang mengalami sakit.
Di pertemukan dengan seorang wanita bernama Ersya putri, seorang janda yang baru saja di ceraikan oleh suaminya satu bulan yang lalu dan di tinggal bertunangan.
Karena pertemuan mereka yang tidak terduga itu, membuat mereka terjebak ke dalam hubungan yang rumit
NB :
Maaf karya ini mungkin nanti up-nya tidak bisa setiap hari ya, harap maklum dan jangan di tagih up nya ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melepas dengan Ikhlas (Ersya)
Ersya pun segera berjalan mendekati mereka dengan sisa-sisa tenaganya yang tiba-tiba
terkuras begitu saja, tenggorokannya juga tiba-tiba kering.
Ersya berdiri tepat di depan Rizal, menatap pria yang beberapa hari lagi itu akan
resmi bercerai dengannya.
“Mas Rizal!”
Hanya itu yang bias keluar dari bibirnya, bibirnya terlalu kelu untuk mengatakan hal
lainnya.
“Kamu di sini, kebetulan sekali! Sekalian aku mau ingatin sama kamu kalau lusa kita
harus datang ke pengadilan agama!” ucap Rizal,
Ia tidak tahu atau mungkin tidak mau tahu jika ucapannya akan begitu menyakitkan
bagi wanita yang telah ia cintai selama hampir sepuluh tahun itu. Hari-hari
yang telah mereka lalui selama pengenalan, berpacaran hingga menikah seakan
sirna dengan sebuah kata ‘Cerai’.
“Aku tahu mas, aku pasti akan datang! Rasanya tidak akan baik jika menunda sesuatu pekerjaan, apalagi wanita yang berada di samping mas sudah nggak sabar kan untuk mengambil bekas ku …, lagi pula aku tidak butuh sesuatu yang sudah di umbar untuk orang lain, akan lebih baik jika melepaskan demi mendapatkan yang lebih baik!”
Ersya benar-benar berusaha untuk mengatakan hal itu dengan nada yang sangat halus tapi ia tahu kata-kata itu pasti sangat menyakitkan. Terlihat sekali bagaimana ekspresi kemarahan Rizal saat itu.
“Ohhh iya mas, sekali lagi selamat ya atas hubungan kalian! Semoga nanti wanita ini akan menjadi wanita yang benar-benar srek untuk hati mas Rizal, aku masuk dulu ya!”
Ersya pun berjalan di antara Rizal dan Tisya hingga membuat kedua orang itu bergeser dari tempatnya. Ersya segera masuk ke dalam kafe dan berhenti di samping pintu masuk yang sedikit tertutup. Ia kembali menoleh ke luar dan memastikan jika mereka benar-benar pergi.
Ersya beberapa kali menata nafasnya agar tidak sampai menangis, ia tidak mungkin
menemui sahabatnya dengan berurai air mata.
“Ersya …, kamu kuat …! Semua akan baik-baik saja, dunia tidak akan hancur hanya dengan
bercerai dengan mas Rizal dia bukan pria yang baik!”
Ersya berusaha keras meyakinkan dirinya sendiri agar tidak terlalu terluka. Ia mengambil tisu dari dalam tasnya dan mulai mengusap air matanya yang sudah terlanjur mengambang di pelupuk matanya agar tidak sampai jatuh mengenai pipinya.
Setelah beberapa kali menghela nafasnya,dan memastikan jika dia sedang baik-baik saja.
Ersya pun beralih menata senyumnya. Ia terus menggerakkan bibirnya agar bisa tersenyum. Ia terus memasang senyum dan mencari keberadaan sahabatnya itu.
Ia bisa melihat sahabatnya itu sedang duduk di salah satu kursi bersama seorang
pria yang berdiri di dekatnya. Ia tahu siapa pria itu, dia buan suami sahabatnya
tapi pengawal pribadi sahabatnya.
“Hay Fe …!” sapa Ersya sambil melambaikan tangannya saat melihat Felic, Felic pun
membalas lambaikan tangannya.
Ersya mempercepat langkahnya dan mendekati sahabatnya itu. Dengan cepat Ersya memeluk
sahabatnya itu, Ersya segera melepaskan pelukannya saat melihat hal yang begitu janggal dari sahabatnya itu. Sahabatnya itu terlihat begitu berantakan.
“Fe …, lo ngapain berantakan gini? Abis perang sama siapa?” tanya Ersya sambil
mengacak-acak rambut sahabatnya yang sudah mirip seperti sarang lebah.
“Mas Rizal!” ucap Felic sambil menatap Ersya. Ersya begitu terkejut setelah mendengar
nama itu.
Jadi mereka tadi bertemu …., apa Fe juga tahu tentang wanita itu, atau perceraian kami …, bagaimana kalau Fe cerita sama mama dan papa …, aku belum sanggup …., batin Ersya. Ia hanya terdiam mendengar pertanyaan dari sahabatnya itu, ia tidak tahu harus berkata apa, hatinya sudah terlanjur beku.
“Sya …, lo sembunyiin apa dari gue?” tanya sahabatnya itu.
“Mas Rizal?” Ersya segera menjatuhkan tubuhnya ke kursi. Ia tidak tahu harus berkata apa pada sahabatnya itu. Felic mengangguk, ia ikut duduk di samping Ersya. Ia mendekatkan kursinya agar bisa mendengar dengan jelas apa yang akan di katakana
oleh sahabatnya itu.
“Kami sudah bercerai, Fe!” air mata Ersya yang sedari tadi di bendung kini tumpah juga akhirnya.
“Kenapa tidak pernah bercerita padaku?” Felic segera memeluk sahabatnya itu, pembawaan Ersya yang selalu ceria sehingga mampu menutupi semua kesedihannya.
Sebelumnya memang Felic sudah curiga karena setiap kali ia ke rumah sahabatnya itu, tidak
pernah sekalipun ia melihat Rizal di sana. Rizal juga sudah jarang menemani Ersya di acara-acara yang Ersya datangi dengan berbagai alasan yang kurang masuk akal.
“Sekarang ceritakan padaku, Sya! Jika lo masih nganggap gue sahabat lo!”
Ersya pun membetulkan duduknya, ia sebenarnya tidak mau membebani sahabatnya itu
dengan masalah yang ia hadapi tapi sekarang Felic sudah terlanjur mengetahuinya. Ia tidak mungkin menutupinya lagi.
“Kami sudah memutuskan untuk bercerai!” ucap Ersya dengan begitu pasti. Memang sudah waktunya untuk sahabatnya itu tahu, seberapapun ia mencoba untuk menyembunyikan kenyataan itu, suatu saat semua orang juga akan tahu dan dia harus bisa
menjawabnya.
Felic terdiam dan menatap sahabatnya itu, mungkin dia merasa bersalah karena tidak
tahu apa yang sedang terjadi dengan sahabatnya, “Sejak kapan?”
Ersya menerawang, ia hampir lupa sejak kapan rumah tangga mereka bermasalah hingga berujung ke pengadilan agama, “Sekitar dua bulan yang lalu, dan keputusan pengadilan akan jatuh dua hari lagi! Lusa aku sudah resmi menyandang status janda!” ucap Ersya dengan masih mencoba untuk bersikap tegar, ia terlihat biasa saja. Mungkin karena memang air matanya sudah terlanjur habis untuk menangis dan memohon agar suaminya tidak menceraikannya.
“Karena wanita itu?” tanya Felic, Ersya pun menatap sahabatnya itu dan menghela nafas begitu berat.
“Mungkin!” jawabnya terlihat tidak pasti, “Tapi alasannya menceraikan aku bukan itu Fe …!”
Felic mengerutkan keningnya, “Apa?”
“Kami tidak juga mendapatkan keturunan! Dia bilang jika mungkin aku tidak bisa menjadi ibu karena kita sudah menikah selama empat tahun dan juga belum hamil, Fe! Sakit banget rasanya Fe …, menjadi ibu itu dambaan semua wanita, bagaimana aku jika hal itu benar?!”
Kali ini Ersya tidak mampu menahan untuk tidak menangis,ia butuh bahu untuk
bersandar kali ini bukan hanya bersandar pada kaki dan senyumnya. Felic pun
segera memeluk sahabatnya itu, ia mengusap punggung Ersya, mencoba menenangkannya.
“Aku rasa bukan itu Sya alasannya!” ucap Felic membuat Ersya melepaskan pelukan
Felic dan menatap sahabatnya itu.
Spesial visual Daddy Div dan Iyya
Bersambung
...Melepas sesuatu yang memang sudah tidak bisa di pertahankan jauh lebih baik dari pada mempertahankan tapi menyimpan luka yang besar...