NovelToon NovelToon
My Sweet Love

My Sweet Love

Status: tamat
Genre:Romantis / Contest / Romansa-Tata susila / Tamat
Popularitas:15M
Nilai: 5
Nama Author: fitTri

Membaca novel ini bisa menyebabkan baper akut, kesel, geregetan, emosi tingkat tinggi, juga sedih karena mengandung banyak bawang yang juga bikin nyesek. Yang lemah hati lebih baik menyingkir. Takutnya nggak akan kuat. Tapi semua akan edan pada waktunya, eh salah, maksudnya akan manis pada waktunya. Jadi, bijaklah dalam memilih bacaan.

Ini adalah season kedua dari novel 'SUGAR'. Kini cerita beralih pada keturunan mereka, Dygta Hanindiita.

Dygta berusaha keras meredam perasaannya kepada Arfan, asisten dari ayah, sambungnya, sekaligus sahabat ibunya.

Usia mereka yang terpaut cukup jauh membuat segalanya terasa semakin sulit. Terlebih lagi, status Arfan yang sudah beristri dan memiliki satu anak balita.

Namun tugas Arfan yang diberi tanggung jawab penuh oleh Satria untuk menjaga Dygta hingga gadis itu beranjak dewasa, membuat mereka berdua semakin dekat.
Keadaan istrinya yang koma pun menambah segalanya menjadi semakin rumit.

"Jangan gila Arfan! dia sudah seperti anakmu sendiri!"

follow author di
ig @tiyanapratama
fb FitTri

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fitTri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Camping

*

*

"Sudah kamu pastikan semuanya?" Satria menyesap kopi hitam yang baru saja dituangkan Sofia. Mereka duduk di teras belakang setelah menikmati makan siang setibanya Arfan disana.

"Sudah pak. Satu orang pengawal juga sudah sampai disana tadi pagi dan memastikan semuanya aman." jawab Arfan, yang juga melakukan hal yang sama pada cangkir kopi di depannya.

"Pastikan Dygta tidak mengenalinya, atau dia akan mengomel saat pulang nanti." Satria berujar.

"Saya kirim orang baru, pak." ucap Arfan, yang menghidupkan ponsel miliknya saat terdengar bunyi notifikasi pesan masuk.

Dia mengerutkan dahi saat menerima sebuah pesan gambar.

Dygta yang tampak mengerjakan sesuatu bersama seorang remaja pria sebayanya.

Evan.

Yang kemudian diikuti beberapa pesan gambar lainnya. Gadis itu tampak memasangkan tenda bersama Evan. Dan di gambar berikutnya tampak dia yang tengah tertawa terbahak-bahak.

"Kamu mendapatkan sesuatu?" tanya Satria, membuyarkan lamunan Arfan.

"Mm, ... Dygta sedang memasangkan tenda, pak." Arfan memperlihatkan layar ponselnya kepada Satria.

"Dia bisa?" pria itu mencondongkan tubuh ke arah Arfan, melihat apa yang ada di layar ponsel asistennya itu.

"Beberapa teman membantunya." jawab Arfan.

"Hmm, ... anak laki-laki ini pacarnya?" Satria menunjuk sosok Evan yang berada dekat dengan putri sambungnya itu.

"Bukan pak." Arfan menggelengkan kepala.

"Tapi mereka dekat?" Satria mengalihkan pandangan ke arah asistennya tersebut.

"Cukup dekat."

Satria menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi.

"Awasi mereka, Arfan!" ucap Satria, dengan nada tidak senang.

"Sayang, bukannya kalian sudah mengirimkan satu orang kesana? Aku rasa itu sudah cukup." Sofia menyela percakapan saat dia merasa perintah-perintah suaminya sudah mulai berlebihan.

"Tidak cukup hanya mengirimkan satu orang saja, mungkin butuh dua orang lagi. Kamu tahu, seorang remaja laki-laki kadang bisa merepotkan banyak orang?" Satria menoleh ke arah Sofia. "Kalau perlu selidiki juga latar belakang anak itu. Apa dia akan bisa membawa pengaruh buruk untuk Dygta atau tidak." katanya.

"Kamu berlebihan!" sergah Sofia.

"Aku hanya ingin memastikan semuanya aman untuk Dygta. Kamu tahu, dekat dengan seorang anak laki-laki bisa saja membahayakan untuk dia."

"Dygta itu sudah besar. Dia tahu mana yang baik dan tidak baik." Sofia berucap lagi.

"Ya, memang. Tapi dia ceroboh dan terlalu polos. Dia juga selalu menganggap semua orang itu baik."

"Itu karena hidupnya selalu dikelilingi orang baik. Seperti kamu, dan Arfan yang selalu menjaga dia."

"Tapi dia tak tahu, kadang akan ada orang yang punya niat tidak baik."

"Tapi sayang, ..."

"Sudah, habiskan makananmu sekarang, bukankah kamu ada jadwal pilates sebentar lagi?"Satria mengingatkan.

"Oh iya, " Sofia melirik jam di pergelangan tangan suaminya. "Aku harus bersiap-siap. Instrukturku sebentar lag datang." perempuan itu segera bangkit dan meninggalkan dua pria dewasa yang sedang merencanakan pengawasan kepada anak gadisnya.

"See, ... fokusnya mudah sekali teralihkan. Bagaimana aku bisa mempercayai dia untuk pergi keluar rumah tanpa pengawasan?" Satria kembali menyesap sisa kopi didalam cangkirnya. "Begitu juga dengan Dygta, sifatnya tidak jauh berbeda dengan ibunya." lanjutnya.

Arfan tak membantah. Pria di depannya ini memang benar. Anak perempuan dan ibunya ini memang memiliki sifat yang sama. Keduanya sama-sama polos dan sama-sama ceroboh. Sering membahayakan diri mereka sendiri. Bahkan untuk hal kecil sekalipun.

Arfan teringat beberapa kejadian yang disebabkan oleh kecerobohan dua perempuan berbeda usia itu. Yang membuat dirinya geleng-geleng kepala. Namun entah mengapa saat ini malah terasa lucu baginya.

Dia terkekeh, lalu menyesap kopi miliknya.

"Lalu apa sudah kamu temukan siapa pria berjas abu-abu di ponselnya Dygta?" Satria tiba-tiba bertanya.

"Ppfftthhh!" Membuat Arfan sedikit terkejut dan hampir saja menyemburkan kopi di dalam mulutnya.

"Hey!" Satria setengah berteriak.

"Maaf pak. Ehm ... " dia mengelap mulutnya dengan tisyu yang ditemukannya diatas meja.

"Ada apa denganmu ini? kamu melamun?" Satria menggerutu.

Arfan tak menjawab. Hanya terus saja menggeser layar ponselnya seperti mencari sesuatu

"Sudah kamu temukan sesuatu? sudah kamu sadap juga ponselnya Dygta?"

"Mm ... maaf pak. Saya belum sempat." dia berbohong.

"Haihh, ... kenapa kerja mu tiba-tiba lambat?"

"Dtgta tidak melepaskan ponselnya sama sekali, pak. Saya tidak bisa mengambilnya."

Satria kembali menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi.

"Mungkin ... hanya teman sekolahnya, pak. Atau guru yang tidak sengaja dia ambil fotonya?" Arfan mencoba merubah prasangka atasannya.

"Benarkah?"

"Mungkin." Arfan berdeham. Tenggorokkannya tiba-tiba terasa teecekat.

Satria menatapnya curiga. "Kamu tidak menyembunyikan sesuatu?" tanya nya. Insting penyelidik nya tiba-tuba muncul.

"Tidak pak. Apa yang harus saya sembunyikan?" bohongnya. Entah mengapa dia melakukan hal tersebut. Seharusnya dia melaporkan apa yang sudah ditemukannya di dalam ponsel Dygta.

"Kamu tidak sedang bersekongkol dengan dia, bukan?" Satria meyakinkan.

"Tidak. Untuk apa?" Arfan menggendikkan bahu.

"Mungkin saja kamu terpengaruh anak itu, atau ibunya?"

"Tidak pak." ucap Arfan lagi.

"Hmm ..."

"Baiklah pak, ada sesuatu yang harus saya urus." Arfan bangkit.

"Jangan lupa laporanmu nanti."

"Baik pak." pria itu segera meninggalkan kediaman Satria untuk menghindar. Dan entah mengapa dirinya ingin menghindari percakapan dengan atasannya itu.

*

*

Bis yang membawa rombongan camping ini telah tiba di area perkemahan di suatu kawasan pegunungan yang berjarak tiga jam dari wilayah Jakarta. Sebuah hutan lindung yang memang di khususkan untuk kamp pendakian para pecinta alam dan penjelajah hutan amatir lainnya.

Pegunungan yang dikelilingi hutan yang cukup rapat. Dengan udara sejuk yang masih asri. Kabut bahkan selalu menutupi area tersebut hampir setiap waktu, bahkan pada siang hari seperti ini.

Anak-anak remaja ini menatap sekeliling alam bebas dengan takjub. Memang bukan yang pertama kali bagi sebagian anak yang merupakan anggota kelompok pecinta alam, namun tetap saja, keindahan alam alami seperti ini tetap membuat mereka terpukau.

Bukit yang menjulang tinggi dengan pohon-pohon besar. Tumbuhan hijau yang terhampar luas di setiap sudut hutan lindung. Sementara di sisi lainnya terdapat satu area terbuka yang cukup luas yang biasa di gunakan untuk berkemah.

Semua orang telah mendirikan tendanya masing-masing setelah beberapa instruksi diberikan oleh seorang pembina. Dan pada lewat tengah hari mereka telah menyelesaikannya.

Beberapa orang anak laki-laki bertugas mengumpulkan kayu bakar yang diambil dari pinggir hutan sekitar area kemah. Lalu menumpuknya secara melingkar untuk dijadikan api unggun petang nanti.

Sementara beberapa anak anak perempuan bertugas mengolah bahan makanan dan menyiapkannya untuk makan bersama sebentar lagi.

Dygta menyipitkan mata ketika menangkap sesuatu yang janggal. Seorang petugas perkemahan tampak mondar-mandir di sekitar mereka beberapa kali.

Seorang pria berperawakan tegap, namun tampak rapi walau mengenakan pakaian seragam pelindung hutan.

Memang terlihat terlalu rapi untuk seorang jagawana.

Mencurigakan. batinnya.

"Apaan sih?" Vivian datang menghampiri.

"Orang itu mencurigakan." Dygta menunjuk pria yang berdiri tak jauh dari tenda mereka.

"Cuma penjaga hutan?" ucap Vivian.

"Kamu nggak ngerti."

"Memangnya kenapa?"

"Itu kayak pegawainya papi aku deh."

"Nggak mungkin. Memangnya orang papi kamu nggak ada kerjaan apa, sampai ngikutin kamu kesini?" sergah Vivian.

"Hmmm ..."

"Kamu terlalu sering diawasi sampai-sampai kalau lihat orang asing ngira nya pegawai papi kamu ya?" Vivian tertawa.

"Kayaknya sih." Dygta juga ikut tertawa.

"Udah, biarin aja. Lagian, kalaupun iya, dia pasti udah periksa banyak hal. Kayak asisten papi kamu tadi pagi, tuh." Vivian mengingatkan kejadian sesaat sebelum mereka berangkat. Ketika Arfan memeriksa sampai ke tempat duduk sekadar untuk memastikan keamanannya.

"Iya juga ya." Dygta menyeringai.

*

*

"Dygta!" suara Evan terdengar berbisik di belakang. Mereka tengah ada dalam perkumpulan saat malam mulai turun.

Semua orang mengitari api unggun yang dibuat melingkar pula. Dengan seorang pembina yang sedang mengatakan banyak hal. Dilanjutka ke sesi bercerita, kemudian bernyanyi dan diakhiri dengan beberapa permainan untuk mengakrabkan masing-masing siswa yang ikut.

Gadis itu menoleh.

"Mau ikut ke suatu tempat?" ajak Evan.

"Kemana?"

"Suatu tempat." jawab Evan.

"Ngapain?"

"Kita lihat sesuatu yang bagus."

"Apa?"

"Rahasia. Pokoknya kamu nggak akan menyesal kalau udah lihat ini."

"Oh ya?"

Evan menganggukkan kepala.

Dygta berpikir.

Jangan pergi ke tempat asing sendirian!

jangan membahayakan diri sendiri!

Tetaplah berada ditempat yang aman!

Suara Arfan terngiang-ngiang ditelinga gadis itu, membuat nyalinya seketika menciut. Dia merasa Arfan tengah mengintainya saat ini.

"Nggak mau ah, udah malam." dia menggelengkan kepala.

"Ayolah... " bujuk Evan.

"Nggak."

"Ini aman kok. Aku nggak bakal ngapa-ngapain kalau itu yang kamu takutkan."

"Masa?"

"Serius."

"Beneran?"

Evan mengangguk. "Aku bakal jagain kamu."

"Kamu janji?"

"Aku janji."

Dygta berpikir sejenak.

"Vivian ikut?" dia mengedarkan pandangannya untuk mencari teman sekelasnya itu.

"Dia udah duluan." jawab Evan.

"Baiklah."Dygta bangkit.

Lalu mereka berdua pergi dari tempat itu secara mengendap-endap.

***

Dygta mengikuti langkah Evan melewati sebuah jalan setapak menuju ke dalam hutan. Lalu setelah beberapa saat keadaan jalan kecil itu mulai menanjak.

"Evan, apa masih jauh? sebenarnya kita mau kemana?" Dygta bertanya.

"Teruslah jalan, sebentar lagi." pemuda itu mendorong Dygta dari belakang.

"Kamu yakin ini aman?"

"Iya lah."

"Nggak macam-macam, kan?"

"Nggak. Kan udah aku bilang tadi."

"Aku takut soalnya. Aku ngga pernah ke tempat kayak gin sebelumnya."

"Aku tahu."

"Emang kamu pernah pergi ke tempat kayak gin? gimana kalau kita tersesat?" Dygta terus berbicara.

"Sering."

"Masa?"

"Aku sering camping disini setiap weekend."

"Serius?" Dygta berhenti berjalan, lalu memutar tubuhnya.

"Iya." kini mereka berhadapan begitu dekat.

Evan menatap wajah lugu Dygta dalam keremangan hutan. Hanya cahaya dari ponsel yang menerangi perjalanan mereka mendaki bukit malam itu.

"Jadi kamu udah terbiasa ke tempat ini?" Dygta bertanya lagi.

"Iya dong. Makannya aku tahu ada tempat yang bagus. Dan aku mau nunjukin itu sama kamu."

"Apaan?"

"Jalan terus, kita sebentar lagi sampai." Evan memerintah.

"Kalau pembina nyari kita gimana?"

"Ngga akan. Kita cuma sebentar. Abis ini balik lagi kebawah."

"Oke."

1
Bita Bita
jatuh cinta berulang ulang sama cerita ini ❤️
Bita Bita
❤️❤️❤️❤️
Inar's
bagus bgt
Ruwi Yah
ide bagus dygta
Ruwi Yah
hadir lagi mak fit sambil nunggu mas ale upl
Ruwi Yah
mau gimana lagi cinta mengalahkan segalanya ya dy
Ruwi Yah
ujian rumah tanggamu om arfan
Ruwi Yah
bikin gemes dengan kebucinan pasangan ini
Ruwi Yah
cuma baca tapi ikutan berkedut mak
Ruwi Yah
untung om arfan nggk khilaf
Ruwi Yah
meleleh aq mak walau sudah berkali2 kubaca
Ruwi Yah
meleleh mak
Ruwi Yah
beneran baper baca kisah cinta mereka
Ruwi Yah
duh bab yg paling aq suka beneran bikin baper bacanya ikut meleleh dengan sikap arfan dan dgyta
Ruwi Yah
kisah cinta dygta dan arfan yg penuh liku2 dan menguras air mata nggk ada bosannya walau sudah berulang kali kubaca
Ruwi Yah
bab yg bikin jiwa mudaku meronta2 mak fit paling pinter bikin readers mau meledak rasanya
Ruwi Yah
nggk ada bosannya baca cerita mama fia dan turunannya walau sudah dibaca berulang2
Nurhayati Nur
pdahal udah tau ceritanya, bukan yg pertma x bca.. tp ttp az nangis klo bca novel mak fit 😭😭😭
Joel
romantis x papa arfan😍
Borahe 🍉🧡
Emang gak capek tiap mlm gituan Fan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!