Gita sangat menyayangkan sifat suaminya yang tidak peduli padanya.
kakak iparnya justru yang lebih perduli padanya.
bagaimana Gita menanggapinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Las Manalu Rumaijuk Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ketahuan...
Gita terus berlari hingga mencapai ujung jalan gelap yang diperintahkan Derby.
Tiba-tiba, mobil van hitam Derby melaju di depannya, pintu sampingnya terbuka secara otomatis.
"Masuk, sekarang!" perintah Derby, suaranya mendesak melalui headset.
Gita melompat masuk, ambruk di kursi penumpang, napasnya terengah-engah. Begitu dia aman di dalam, pintu van tertutup dengan bunyi klik yang sunyi.
Derby tidak membuang waktu. Mobil van itu segera melaju, memutar balik di jalanan sepi itu, menjauh dari Jembatan Manggarai.
Gita: (Terengah-engah) "Aku berhasil, Kak. Pelacaknya ada padanya. Aku menaruhnya di saku jaketnya saat dia mencoba menarikku."
Derby: (Meskipun tegang, ada nada kepuasan) "Sangat bagus, Gita. Kau bertindak cepat. Sekarang, fokus. Ambil tabletnya. Buka aplikasi pelacak yang kusetel."
Gita dengan cepat mengeluarkan tablet. Jari-jarinya gemetar, tetapi dia menemukan aplikasi GPS yang dimaksud. Sebuah titik biru kecil (mobil van mereka) dan, beberapa detik kemudian, sebuah titik merah muncul di peta, bergerak menjauh dari Jembatan Manggarai.
Gita: "Titik merah muncul! Itu bergerak cepat ke arah Selatan... menuju tol, sepertinya."
Derby: "Tentu saja dia akan menuju tol. Dia panik dan mencoba menjauh dari kota secepat mungkin.
Masukkan alamat tujuan yang paling mungkin dia tuju. Lihat file-file tadi. Adakah tempat peristirahatan terpencil atau properti yang dia miliki di luar kota?"
Gita segera menavigasi file yang mereka salin dari flash drive. Dia mencari dokumen properti dan log komunikasi.
Gita: "Aku menemukannya! Ada referensi berkali-kali ke 'Gudang Cileungsi – Unit 4.' Itu properti sewaan atas nama perusahaan cangkang. Terakhir diakses dua hari yang lalu."
Derby: "Itu dia. Itu adalah tempat persembunyian rahasianya. Mereka pasti akan bertemu di sana. Mereka pasti tahu tentang Gudang Cileungsi. Aku akan memimpin kita ke sana. Tahan, kita akan naik tol."
Derby dengan cekatan memacu mobil van yang dimodifikasi itu, bergabung dengan arus lalu lintas malam. Mereka kini terlibat dalam pengejaran rahasia di jalan tol yang lengang.
Mobil van itu melaju kencang, berusaha menjaga jarak yang cukup agar tidak terdeteksi, tetapi cukup dekat untuk terus memantau titik merah.
Derby: "Dengarkan baik-baik. Kita punya sekitar 40 menit perjalanan ke Cileungsi. Cukup waktu untuk merencanakan langkah selanjutnya. Gita, kita harus berasumsi bahwa Darren tidak sendirian. Pria berhelm itu, dan kemungkinan mereka yang dihubungi oleh pria itu, akan berada di sana."
Gita: "Apa yang akan kita lakukan setibanya di sana? Aku tidak bisa berhadapan dengan sekelompok preman, Kak."
Derby: "Tentu saja tidak. Rencanamu adalah pengalihan. Gudang Cileungsi adalah area industri besar, banyak jalur yang bisa dilewati. Aku akan memosisikan mobil van ini sebagai pos pengamatan, jauh dari area Gudang 4, di mana aku bisa memantau semua pintu masuk. Sementara itu..."
Derby berhenti sejenak, suaranya menjadi sangat fokus.
Derby: "Di ranselku ada dua barang. Aku sudah melumpuhkan motor pria itu, jadi itu akan menunda mereka. Tapi kita perlu alat bantu."
Derby: "Di ranselku, ada drone kecil berukuran saku dengan kamera dan mikrofon. Ambil itu. Kita tidak bisa bergantung pada pelacak GPS saja; kita perlu melihat apa yang terjadi di dalam. Setelah kita sampai di Cileungsi, kamu akan mengirimkan drone itu."
Gita meraih ransel hitam Derby. Dia meraba-raba di dalamnya dan menemukan kotak kecil yang berisi drone lipat berteknologi tinggi.
Gita: "Aku menemukan drone-nya."
Derby: "Kamu akan menjadi operator drone. Aku akan memberimu instruksi penerbangan, dan kamu akan fokus pada layar tabletmu. Kita perlu merekam pertemuan itu, membuktikan keterlibatan Darren, dan yang terpenting, mengidentifikasi siapa 'mereka' yang menghancurkan 'Proyek Bali.' Itulah kunci untuk menyelamatkan nama baik keluarga."
Gita: "Bagaimana jika Darren melihat drone itu?"
Derby: "Kamu harus menerbangkannya serendah dan secepat mungkin. Area industri itu gelap, dengan banyak bayangan. Mereka akan terlalu sibuk berdebat untuk melihat benda sekecil itu. Setelah kau mendapatkan rekaman visual yang jelas, segera terbangkan drone itu kembali."
Derby menolehkan kepalanya sedikit.
Derby: "Dan satu hal terakhir. Jika keadaan menjadi buruk dan mereka mencoba melarikan diri, di bawah kursi pengemudi ada tombol darurat yang terhubung ke ponsel satelit. Itu akan mengirimkan sinyal bahaya ke beberapa kontak yang masih kupercayai di Jakarta. Jangan pernah menyentuhnya kecuali nyawa kita berdua terancam."
Gita memegang drone itu, merasakan bobot peralatannya. Dia bukan lagi perawat. Dia sekarang adalah operator intelijen Derby.
Gita: "Aku siap. Aku akan menguasai kontrol drone di jalan. Target kita Gudang Cileungsi – Unit 4."
Mobil van itu memotong malam, kedua penumpang di dalamnya mempersiapkan diri untuk konfrontasi terakhir di gudang terpencil.
Mobil van Derby tiba di kawasan industri Cileungsi. Kawasan itu gelap, dipenuhi siluet gudang-gudang besar dan sepi, jauh dari keramaian Jakarta.
Derby: (Melalui headset) "Kita di sini. Gudang 4 berada di ujung jalan itu, dekat batas hutan. Aku akan memarkir van ini di belakang Gudang 12. Kita akan memiliki pandangan yang jelas dari jalan masuk utama, tapi kita tidak akan terlihat."
Derby memarkir van dengan ahli di balik bayangan sebuah gudang besar.
Di peta tablet, titik merah (Darren) sudah berhenti di dekat Gudang 4.
Derby: "Dia sudah tiba. Sekarang, saatnya beraksi. Cepat, Gita. Keluarkan drone itu dan sambungkan ke tablet. Aku akan memasukkan koordinat peluncuran."
Gita mengeluarkan drone saku itu dan menyalakannya. Lampu kecil drone itu berkedip hijau. Dia memasang kabel data link ke tablet, dan layar tablet langsung menampilkan feed kamera drone.
Derby: "Baik. Aku sudah mengatur rute. Kita akan terbang rendah, menggunakan bayangan gudang dan atap sebagai penutup. Ingat: Rekam percakapan. Itulah tujuan utama kita."
Gita: "Siap, Kak."
Gita membuka jendela kecil di sisi penumpang. Dia memegang drone dengan mantap.
Derby: "Luncurkan!"
Gita mendorong drone itu ke udara. Dengan dengungan rendah yang hampir tak terdengar, drone itu melaju kencang dalam kegelapan, mengikuti rute yang sudah diprogram Derby.
Gita fokus pada layar tabletnya. Melalui kamera drone, dia melihat Gudang 4. Pintu besi gudang itu terbuka setengah.
Sedan hitam Darren diparkir di dekat pintu, dan di sampingnya, motor Pria Berhelm yang tadinya tumbang sudah diperbaiki dan diparkir dengan rapi.
Di dalam gudang yang remang-remang, yang hanya diterangi oleh lampu neon tunggal yang berkedip, ada tiga sosok.
Darren dan Pria Berhelm yang tadi, dan satu orang lagi—seorang wanita berjas mahal dengan rambut terikat rapi, wajahnya tampak kejam. Wanita itu memegang pistol di tangannya.
Gita: (Berbisik, suaranya tercekat) "Kak, ada orang ketiga. Seorang wanita. Dia memegang senjata."
Derby: (Sangat tenang) "Wanita itu, dia pasti pemimpin di sini. Terbang ke atap gudang, Gita. Turunkan ketinggian di atas lubang ventilasi. Zoom in."
Gita menggerakkan kontrol drone di layar. Drone itu melayang senyap ke atas atap dan turun perlahan di atas sebuah blower ventilasi tua. Kualitas audionya tiba-tiba meningkat.
Wanita Berjas: "Jadi, Darren. Setelah semua ini, setelah kita mempertaruhkan segalanya untuk membuat 'Proyek Bali' terlihat seperti investasi properti yang gagal, kau mencoba kabur dengan flash drive?"
Darren: (Tampak menyedihkan) "Bukan itu maksudku, Madam. Aku hanya mencoba melindungi jejakku. Aku ingin memastikan aku tidak tenggelam sendirian."
Wanita Berjas: "Tenggelam? Kau sudah mati, Darren. Kau gagal menghasilkan lima\ belas\ miliar dari pencucian dana itu sebelum mereka mencium bau busuknya. Mereka sekarang menuntut kerugian dari kami."
Wanita Berjas: (Menunjuk ke Pria Berhelm) "Dia melaporkan bahwa istrimu yang gila muncul di jembatan. Flash drive itu pasti berisi data logistik."
Darren: "Dia tidak tahu apa-apa! Dia istriku yang panik! Flash drive itu hanya berisi rekaman keuangan. Aku tidak menyembunyikan logistik apa pun!"
Gita: (Bisik ke headset) "Kak, mereka tahu tentang flash drive-nya. Mereka mencari data logistik."
Derby: "Itu pasti data tentang pengiriman Satu\ Kali\ Lima\ Belas yang mereka selundupkan melalui terowongan Bali. Rekam terus, Gita. Mereka akan menyebutkan lokasi akhir kargo itu."
Wanita Berjas: "Baiklah. Jika bukan di flash drive yang konyol itu, tunjukkan padaku. Katakan padaku di mana Satu\ Kali\ Lima\ Belas itu. Jika tidak, kerugian akan dibebankan padamu—dan saudaramu yang lumpuh."
Darren: "Aku tidak tahu! Mereka sudah memindahkannya setelah proyek itu runtuh! Hanya dia yang tahu lokasinya. Dia yang mengaturnya!"
Wanita Berjas: (Tertawa sinis) "Dia? Kakakmu yang lumpuh? Derby? Kau pikir kami sebodoh itu? Derby hampir mati, otaknya setengah gila. Kau berusaha menyalahkan hantu."
Darren: (Memohon) "Tidak, Madam. Derby yang mengatur logistik terowongan Bali. Dia yang punya kontak di pelabuhan kargo lama. Dia punya gudang rahasia di bawah Jembatan Kereta Api, di mana dia menyembunyikan semua aset cadangan dan..."
Tiba-tiba, Pria Berhelm berteriak, menunjuk ke atas. "Lihat! Ada benda terbang!"
Derby: (Panik, berbisik) "Mereka melihatnya! Cabut drone, Gita! Terbang kembali ke sini, cepat!"
Gita dengan cepat mendorong tuas kontrol drone ke posisi 'pulang'. Drone itu melaju kencang dari lubang ventilasi, tepat saat Wanita Berjas itu mengangkat pistolnya dan menembak ke udara.
Wanita Berjas: "Kejar dia! Ambil drone itu! Kita akan dapat rekamannya!"
Drone itu meluncur masuk ke jendela van hanya beberapa detik sebelum Derby menutupnya dengan paksa dan mengunci pintu. Derby segera menekan tuas kemudi dan mobil van itu melesat mundur, lalu maju, keluar dari bayangan Gudang 12.
Derby: "Kau sudah mendapatkan apa yang kita butuhkan, Gita. Rekaman itu membuktikan Darren mencoba menjebakku dan bahwa aku dituduh tahu tentang aset tersembunyi Satu\ Kali\ Lima\ Belas."
Gita: (Napasnya tersengal-sengal, mencabut drone dari kabelnya) "Aku merekamnya. Tapi Kak, mereka tahu. Mereka tahu tentang Kakak. Dan... Gudang Rahasia di bawah Jembatan Kereta Api."
Derby: (Wajahnya tampak mengeras, ekspresi yang menunjukkan kemarahan terpendam) "Jembatan Kereta Api. Itu gudang pribadi ayah kami. Aku tahu tempat itu. Darren tidak mungkin tahu itu masih aktif."
Derby: "Sekarang, kita harus bergerak lebih cepat dari mereka. Wanita Berjas itu akan mengirim anak buahnya ke Gudang Jembatan Kereta Api. Kita harus mendahului mereka. Kita harus mengambil Satu\ Kali\ Lima\ Belas itu sebelum mereka."
Gita: "Apa itu Satu\ Kali\ Lima\ Belas, Kak? Kenapa begitu penting?"
Derby: "Itu adalah kunci untuk memulihkan kehormatan keluarga kita. Bukan uang, Gita. Tapi bukti... bukti yang akan menghancurkan mereka semua."
Derby membalikkan mobil van itu ke arah jalan tol, menuju kembali ke kota.
Derby: "Kita harus mengambil risiko. Kita tidak bisa meminta bantuan polisi sekarang. Mereka mungkin sudah dibayar. Kita harus pergi ke Jembatan Kereta Api, dan kita hanya punya waktu satu jam sebelum mereka sampai di sana. Hubungkan tabletmu ke unit utamaku. Kita akan melihat rekaman drone itu sekarang juga."
Prioritas utama Derby dan Gita sekarang adalah mencapai Gudang Rahasia di bawah Jembatan Kereta Api. Apa yang harus Gita lakukan segera untuk mempersiapkan diri menghadapi konfrontasi di sana?
bersambung..