Jejak Tertinggal Istri Kedua

Pagi ini Ayu memulai hari dengan belajar, bahasa Inggris adalah pelajaran pertama di hari itu.

Seorang perempuan bule yang fasih berbahasa Indonesia menyapa Ayu dan Selly dengan hangat.

"Selamat pagi, Miss Ayu!" Perempuan cantik itu menyapa.

"Selamat pagi, Miss Monica!" Ayu mengangguk sopan.

Mereka berbincang sebentar untuk pengenalan lebih dalam lagi, lalu Monica mulai mengajar Ayu.

Ayu memperhatikan dengan serius meskipun banyak hal yang Ayu tidak mengerti, pengetahuan Ayu masih sangat terbatas di bidang itu.

Ayu merebahkan kepalanya ke atas meja saat Monica keluar dari mansion itu.

"Bu Ayu kenapa?" tanya Selly khawatir.

"Kenapa pelajaran di sana sama di sini berbeda banget ya, Sel! Di sini susah banget!" keluh Ayu lirih.

"Namanya juga baru pertama kali, Bu! Nanti kalau sudah terbiasa pasti Bu Ayu bisa kok!" hibur Selly sambil menyajikan sesuatu yang manis untuk mengurangi stres Ayu.

"Boleh menyerah nggak?" tanya Ayu.

Selly terkekeh pelan lalu memberikan semangat kepada Ayu. "Baru pertama kali dan sudah mau menyerah? Saya rasa Bu Ayu pasti menyesal kalau menyerah secepat itu!"

Ayu menghela nafas panjang dan memakan coklat manis itu untuk mengurangi ketegangan.

Coklat itu membuat mood Ayu kembali dan dia semangat lagi mempelajari hal-hal baru yang harus ia pelajari.

Satu jam kemudian, guru etika datang untuk mengajarkan tata krama dan etika kepada Ayu.

"Jadi Miss Ayu, untuk permulaan saya akan menerangkan dasar-dasar tentang bagaimana cara beretika baik dan benar!" Miss Caroline mulai mengajarkan secara teori beberapa tentang bagaimana sopan santun itu.

Butuh waktu setidaknya dua jam Ayu menerima pelajaran tersebut, lalu Caroline pergi dari mansion itu.

Selly sampai prihatin melihat bagaimana kusutnya wajah Ayu setelah menerima beberapa pelatihan untuk meningkatkan nilai dirinya.

"Ternyata jadi orang kaya itu nggak semudah yang aku bayangkan!" Ayu berbicara dengan dirinya sendiri.

"Tapi lebih susah lagi jadi orang miskin! Diinjak, direndahkan dan diremehkan!" Selly menyahut sopan.

"Kayak aku ya, Sel?" tanya Ayu memelas.

"Makanya Bu Ayu yang semangat belajarnya, mumpung diberi kesempatan sebesar ini sama Tuan Fernando!" Selly memberikan semangatnya.

"Iya, aku bakalan semangat, Sel!" Ayu pun mengangkat kepalanya dan mengepal tangannya untuk memberikan motivasi pada dirinya sendiri.

Keduanya pun tertawa bersama.

***

"Bagaimana berita di luaran, Al?" tanya Fernando saat Albert datang menghadap untuk membicarakan sesuatu.

"Heboh, Tuan! Semua penasaran dengan Nyonya Ayu!" jawab Albert.

"Ada kabar dari keluarga Santo? Bagaimana mereka menanggapi berita itu?" tanya Fernando lagi.

"Mereka tentu mati langkah, Tuan! Tapi kita jangan gegabah, kita harus terus pastikan kalau Nyonya Ayu tetap patuh sama kita!"

Fernando mengangguk. "Dia apa kabarnya?" tanya Fernando penasaran.

"Silakan Tuan melihat CCTV ini!" Albert menyerahkan rekaman CCTV saat Ayu sedang belajar tentang tata cara etika kepada Caroline.

Fernando tergelak melihat betapa stress dan bingungnya Ayu mendapatkan pelajaran pertamanya.

Albert tersenyum samar, fix sih ini, meskipun perkiraan Albert masih abu-abu tapi Albert yakin ada ketertarikan Fernando terhadap Ayu.

Ayu memang terlihat menarik dibalik kesederhanaan dan kepolosannya, dan itu mungkin yang membuat Fernando langsung memilihnya saat pertama kali melihatnya.

"Bilang Caroline berikan pembelajaran terbaik untuk Ayu, aku ingin membuat dia menjadi perempuan berkelas dan elegan!" perintah Fernando dengan masih menatap video Ayu di tablet itu.

"Baik, Tuan! Saya akan sampaikan ke Caroline dan juga Monica buat memberikan pelatihan yang terbaik untuk Nyonya Ayu!"

Fernando mengangguk. "Dan tolong tetap mengawasi William dan kedua orang tuanya, aku merasa dia masih akan mencari banyak cara untuk mengambil warisan itu!"

"Baik, Tuan!" Albert mengangguk patuh seperti biasanya.

"Good! Setelah ini persiapkan bahan untuk meeting dengan klien nanti."

"Baik, Tuan!" Albert berdiri, mengangguk sopan lalu keluar dari ruangan Fernando.

Selepas kepergian Albert, bibir Fernando mengulas senyum lagi, seakan ada sesuatu hal yang baru yang sekarang ini menghangatkan hatinya.

***

Verlita membaca sekali lagi portal berita online itu dengan seksama.

"Nggak mungkin dia move on dan mengkhianati gue! Dia cinta mati sama gue!" Verlita bergumam kepada dirinya sendiri.

Sekian tahun dia meninggalkan Indonesia dan Fernando untuk meraih impiannya sebagai designer di Perancis, dan Verlita yakin bahwa Fernando masih tetap sangat mencintainya.

Verlita mengambil ponselnya dan menghubungi sahabatnya yang tinggal di Indonesia sana.

"Lo pasti mau tanya tentang Fernando kan?" sapa Aline tanpa tedeng aling-aling lagi.

Verlita menghela nafas panjang sebelum menyahut. "Dia menikah dengan siapa, Lin?" tanya Verlita patah hati.

"Lo pasti baca di berita kan, jangan pura-pura nggak tahu!" ketus Aline judes.

Sejak awal Aline sudah menasehati Verlita untuk tetap menetap di samping Fernando, buat apa Verlita harus melanglang buana sampai Perancis sana kalau kehidupannya bakalan nyaman meskipun dia tak berkarir sama sekali, Fernando pasti memberikan kemewahan dan kenyamanan.

"Dia orang mana? Gue nggak pernah mendengar nama itu sebelumnya?" tanya Verlita dengan pelan.

"Kalau yang gue baca sih, dia itu orang biasa, Lit! Dia di sembunyikan Fernando di dalam apartemennya, nggak ada seorang pun yang tahu seperti apa wajahnya!" jawab Aline ikut merasakan patah hati yang dirasakan oleh Verlita, tapi mau bagaimana lagi, Verlita sejak dulu keras kepalanya minta ampun dan tak pernah mau mengubur mimpinya.

"Kayaknya Fernando memang menginginkan cewek yang patuh dan nurut sama dia! Menurut gue Fernando nggak butuh cewek yang haus validasi deh!" lanjut Aline saat Verlita terdiam.

"Oma Rika gimana? Dia nggak komplain dengan status sosial cucu menantunya?" tanya Verlita.

"Lo tahu kan omanya Fernando itu kayak apa? Dia cuman ingin Fernando menikah, itu saja!" jawab Aline santai.

Verlita terdiam, selama di Perancis sini dia tetap setia dan tidak pernah bermain mata, meskipun banyak pria yang mendekat tapi Verlita tetap bertahan

Karena Verlita benar-benar menyayangi Fernando. Verlita hanya ingin mengembangkan diri dan menggapai mimpinya.

Verlita tidak bisa kalau hanya duduk diam menunggu suami pulang, Verlita ingin punya arti di hidupnya.

Apakah salah kalau dia ingin punya karir meskipun Fernando menawarkan segala kemewahan dan kenyamanan kalau mereka menikah nanti?

"Ikhlasin aja, Lit! Mungkin lo dan Fernando memang nggak berjodoh!" nasihat Aline hati-hati karena Aline tak mau mematahkan hati Verlita.

"Gue nggak bisa, Lin!" ucap Verlita sambil menggeleng pelan.

"Terus lo mau ngapain?" tanya Aline.

"Gue akan merebut apa yang sejak awal udah jadi milik gue!" jawab Verlita dengan mantap.

"Lo gila?! Lo bisa dituduh jadi pelakor nanti, sayang kan sama karir lo yang udah lo bangun selama ini!" tegur Aline membuat tangan Verlita melemas dan ponsel itu jatuh ke atas lantai.

Klotak!

Seperti ponsel itu begitulah perasaan Verlita sekarang, jatuh dan patah.