Zakia Amrita. gadis cantik berusia 18 tahun, terpaksa harus menikah dengan anak pemilik pesantren Kais Al-mahri. karena perjodohan oleh orang tua Kais. sendiri, karena Pernikahan yang tidak di dasari Cinta itu, harus membuat Zakia menelan pahitnya pernikahan, saat suaminya Kais ternyata juga tidak memilik cinta untuk nya.
Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berlangsung lama, setelah Zakia tahu di hati suami nya, Kais memiliki wanita lain?
yuk baca Sampai Happy Ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Harapan yang Sirna.
"Tidak papa tidurlah, tidak usah menunggu ku." ucapnya pelan, nadanya sedikit melunak tidak ketus seperti biasanya.
TV ia matikan kembali, ia mengambil ponsel di atas lemari buffet di sana ia langsung berjalan kearah balkon
sudah di pastikan ia akan menelfon. Ayunda kekasihnya itu.
"Haruskah aku bahagia saat bisa satu kamar dan satu kasur dengan Gus Kais, kenapa sekarang aku malah sedih?" Zakia bertanya pada dirinya sendiri, karean Air matanya tiba-tiba saja jatuh, saat mendengar Gus Kais menelfon di balkon sana.
Rasanya kebahagiaan baru saja di mulai, tapi sudah sirna lagi, ia fikir tadi selepas Shalat Gus Kais berbaring di sampingnya memeluk dirinya yang ranum, mencumbuinya sambil membiskan kalimat maaf dan mengeja setiap rasa yang sudah ia pendam dalam.
Tapi ternyata dugaannya salah, malam ini ia kembali memeluk hangat dirinya, bahakan tidak ada sentuhan yang sudah ia dambakan berbulan-bulan itu.
Zakia tidur miring, sambil air matanya terus jatuh berlinang, membayangkan Gus Kais di balkon menelfon kekasihnya dengan suara yang begitu renyah, hatinya seketika kembali terluka, karean hari sudah larut malam dan ia harus menunggu malam panjang untuk bisa menjemput indahnya Syurga dunia yang sering di katakan orang-orang setelah menikah, "Akan aku pastikan tidak lama lagi akan ku dapatkan malam pertamaku dengan Gus Kais." Zakia bertekat akan meluluhkan hati Suami dinginnya itu.
Malam itu di luar nampak turun gerimis. Gus Kais langsung menutup pangilan telfon nya, malam ini ia menutup keributan dengan Ayunda karean lebih tepatnya Gus Kais sudah malas meladeni perdebatan entah menggapa juga akhir-akhir ini Gus Kais nampak malas memperjuangan kekasihnya itu, Berkali-kali Ayunda merajut namun sejenak ia bujuk, karean Ayunda yang terlalu keras kepala alhasil Gus Kais nampak pasrah dan lebih baik banyak diam tidak berkabar dan lebih tepatnya ia menghindar
Ia masuk kedalam kamar Hotel lagi, di ranjang. Zakia sudah terpejam, posisi tidurnya miring. Gus Kais berjalan kearah ranjang ragu-ragu ia mulai mendekati kasur
Lagi pula jika tidak tidur di ranjang harus dimana lagi? akhirnya Gus Kais membaringkan diri, namun sebelum itu ia memastikan Zakia benar-benar sudah nyenyak atau tidak.
Gus Kais sedikit mecondongkan badanya kearah Zakia, namun ternya benar Zakia sudah mendengkur pelan dan saat Gus Kais ingin berbaring ia terkejut karean Zakia miring kearahnya.
Seketika wajah mereka langsung bertemu pandang, hanya saja Zakia sudah terjaga, sementara mata Gus Kais masih melek, jantung Gus Kais seketika berdebar-debar begitu kencang saat melihat wajah Zakia dari dekat tampa sekat.
Tidak bisa dipungkiri saat sedang tidur Zakia begitu cantik, wajahnya putih bersih, bulu mata lentik dan alis yang lebat tampa perlu di ukir
"Wanita tenang dan secantik Zakia harus benar-benar di sentuh dengan cinta yang penuh bukan cinta yang separuh." Gumam Gus Kais sambil ikut berbaring di samping Zakia. entah menggapa bibirnya tiba-tiba mengecup lembut kening Zakia sambil membenarkan rambut yang keluar dari jilbab.
Rasa gugup di hati Gus Kais sirna, karean matanya mulai mengantuk dan lelah di tubuhnya begitu terasa, sebab sejak pagi Ia hanya duduk tidak sempat berbaring, dalam hitungan menit saja Gus Kais langsung pulas, mungkin saja ia nampak terlalu lelah hari ini.
Adzan Subuh Berkumandang, Zakia bangun lebih awal, sayup-sayup matanya terbuka perlahan. Namun Ia kaget di depannya sudah ada Gus Kais yang tidur menghadap kearahnya, sekali lagi Zakia mengucek matanya ia takut salah lihat saja. Tapi ternyata benar Gus Kais tidur berhadapan dengannya.
"Kapan ia masuk, kenapa tiba-tiba sudah tidur di samping ku?" Zakia mengerutkan keningnya.
Saat tidur wajah Gus Kais juga begitu tenang, Zakia mengusap matanya kembali karean ia fikir ia salah lihat dan hanya sedang mimpi saja, karean saat sebelum tidur ia berharap bisa tidur satu kasur dengan Gus Kais, karean semalam saat ia tertidur Gus Kais masih sedang menelfon di balkon tapi sekarang Gus Kais sudah ada di hadapannya.
Gus Kais tidur dengan nyaman, sampai-sampai ia menindihi tangan kirinya, di jari manis tersemat cincin pernikahan mereka disana.
"Aku make cincin ini bukan berarti aku suka Kia, jadi jangan berharap lebih pada Ku." Satu kata-kata yang Gus Kais ucapkan saat malam setelah. Zakia menjadi istrinya, entah menggapa tiba-tiba Zakia juga mengingat kata itu.
Air matanya langsung jatuh tampa di minta. "Ini ambisi atau aku benar-benar mencintainya!" Zakia mengusap dadanya yang berdebar hebat.
Ia mengusap air matanya dan beranjak hendak shalat subuh, karean sudah jam lima dini hari.
Paginya mereka sarapan bersama, Abah dan Umi nampak sumringah memandang Gus Kais dan Zakia yang baru saja keluar bersama.
Mereka fikir Zakia Dan Gus Kais baru saja menikmati malam yang panjang.
"Bagimana Le, rasanya menginap bersama istrimu?" Abah menepuk pelan pundak Gus Kais saat mereka turun bersama hendak sarapan.
Gus Kais melirik kikuk Kearah Zakia. "Hmmm... Alhamdulilah Abah." hanya kalimat itu yang bisa Gus Kais ucapkan, karean entah mengapa hatinya mulai mencair meskipun ia diam-diam sudah berusaha mencoba mencintai Istrinya.
"Sukur-Sukur Umi sama Abah cepat di berikan Cucu yah Bah." Umi terseyum manis kearah Abah Syarif
Zakia terseyum pilu, ia juga berharap demikian. "Bukan aku tidak mau memberikanmu cucu Umi, Abah tapi putramu saja yang engan menyentuh ku." Batin Zakia, padahal ia tidak tahu kalau dirinya semalam di cium keningnya oleh Gus Kais.
Karean Zakia fikir Gus Kais tidak pernah berusaha untuk mencintainya. "Di Doain aja Umi, Abah semoga saya dan mas Kais cepat di beri kepercayaan sama Gusti Allah." Zakia terseyum kecut kearah suaminya.
Gus Kais menunduk dalam, ia faham itu semua adalah kode, sindiran keras untuk dirinya.
Mereka berempat menuruni undakan tanga beriringan, Gus Kais dengan Abah di depan, sedangkan Umi dengan Zakia di belakang.
Mereka sarapan pagi di bawah, karean. Hotel XX disana sudah menyiapkan sarapan pagi, dengan gratis bagi yang menginap Full sampai pagi.
Hari Ini juga selesai sarapan mereka langsung Cek-aut karean hendak ke pantai. Parang Tritis, pantai yang sudah mereka niatkan berlibur disana, setelah ini masih ada satu jam setengah lagi untuk menuju pantai itu.
Saat sedang sarapan pagi, terlihat ponsel Gus Kais menyalah pesan dari Ayunda yang sengaja ia silent karean tidak enak ada Abah dan Umi juga, di tambah perlahan ia juga sengaja ingin menghindari Ayunda secara bertahap.
Selamat pagi semuanya💕
