NovelToon NovelToon
Pura-pura, Menjadi Istri Tuan Muda Calvino

Pura-pura, Menjadi Istri Tuan Muda Calvino

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Pengganti / Nikah Kontrak / Obsesi / Beda Usia / Identitas Tersembunyi / Tukar Pasangan
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Teriablackwhite

Caroline Damanik Dzansyana, hanya gadis malang berprofesi sebagai koki dessert di sebuah restoran Itali, dia diberatkan hidup karena harus membiayai rumah sakit ibu angkatnya yang koma selama satu tahun terakhir ini karena sebuah kecelakaan tragis.

Lalu, di suatu hari, dia dipertemukan dengan seorang wanita berwajah sama persis dengannya. Dia pikir, pertemuan itu hanyalah kebetulan belaka, tetapi wanita bernama Yuzdeline itu tidak berpikir demikian.

Yuzdeline menawarkan perjanjian gila untuk menggantikan posisinya sebagai istri dari pewaris Harmoine Diamond Group dengan bayaran fantastis—300 Milyar. Namun, Caroline menolak.

Suatu malam, takdir malah mempertemukan Caroline dengan Calvino—suami dari Yuzdeline dan menimbulkan kesalahpahaman, Calvino mengira jika Caroline adalah istrinya, sehingga dia menyeretnya masuk ke hidupnya.

Sejak saat itu, Caroline tidak pernah bisa kembali ke hidupnya. Bagaimanakah kisah selanjutnya? Apa yang akan Caroline lakukan untuk kembali ke hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teriablackwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23—PPMITMC

Tubuh mungil Caroline melayang ke belakang, satu tangan mengudara dan dengan sigap ia menahan diri di bahu Calvino, sedang pria berusia 32 tahun itu menyambar pinggang istrinya.

Dia seret hingga menempel dengan dirinya, perputaran waktu itu terlalu cepat, sekedar mengelak saja, Caroline merasa tak memiliki cukup waktu.

Dua wajah dengan ekspresi berbeda saling bertukar—Caroline dengan gaya terkejut dan ketegangannya, dan Calvino dengan senyum tipis pun tatapan nakal.

"Tapi ..., hanya pengalihan," lanjut Calvino mengapit dagu Caroline serta menekannya.

Gadis itu mengernyit, kesakitan. Rasa sakitnya hanya bagai dikerumuni semut tanpa gigitan. Namun, Caroline lekas menepisnya.

"Argh." Kernyit Caroline memberengut.

Sejenak dia rapikan pakaian yang sejatinya bukanlah miliknya. "Gak ada pengalihan, itu hanya seorang teman yang gak Anda kenali."

'Anda?'

Dahinya langsung mengerut, sebutan istrinya terhadapnya sungguh bagai benteng yang tiba-tiba muncul tepat di depan mata, memisahkan tanpa kabar.

"Teman mana yang gak aku kenali? Pacarmu, hah?!" katanya menjawab dengan nada tegas penuh tatapan intimidasi.

Pacar?

Dahi Caroline mengerut. Ini membicarakan dirinya atau istri kandungnya? Gadis itu menjadi bingung, haruskah dia jawab jujur, atau bagaimana?

Si gadis cantik itu mengulur langkah. Dia bergidik karena terlalu kesal. "Kalau yang Anda bicarakan adalah istrimu," pungkasnya menyilangkan tangan sambil mencebik.

"Ya mana saya tahu," katanya mengedikkan bahu, "Bisa aja dia emang punya pacar sejak awal, tapi karena dia harus menjalani pernikahan kontrak, maka hubungan itu terpisah, tapi masih bersama," papar gadis itu menduga-duga tanpa adanya bukti visual atau apapun itu.

Kata-kata itu keluar mengalir begitu saja di bibirnya, bagai langkah yang diayunkan Caroline, ia melintas tenang di depan Calvino.

Jari-jemari di sekitar lengan bergelombang, seperti ombak yang beriak dari sisi kiri ke tengah, kemudian menuju ke ujung kanan. "Kalau Anda bertanya tentang saya, ya saya gak pernah pacaran, hidup saya udah sibuk dari masa remaja, dan saya gak ada waktu untuk pacaran."

Calvino terdiam. Penjelasan Caroline memiliki dua sisi yang berbeda, seolah gadis ini sedang membicarakan dua kepribadian berbeda yang bertolak belakang satu sama lain.

Namun, dia tetap menyangkal jika wanita ini bukanlah istri kandungnya, dia dengan sigap menarik pergelangan tangan Caroline, menyusuri lorong lantai dua, lalu dia turun ke lantai satu.

"Aarght ..., lepaskan! Aku bisa jalan sendiri, gak usah dituntun," protesnya berusaha menghentakkan tangan dalam genggaman Calvino untuk segera terlepas.

Ciri khas Calvino memang tidak pernah mendengar keluhan orang lain, dia selalu percaya dengan cara berpikir dan insting yang dia jalankan.

Hebatnya laki-laki ini memang selalu mencari tahu terlebih dulu sendiri, Calvino terlalu terluka oleh kepercayaan orang lain, dimulai dari orangtuanya sendiri.

Orangtuanya selalu berkata, bahwa selama ini mereka berusaha menuntunnya mendapatkan kehidupan layak, sejatinya dari semua itu ada rencana untuk diri mereka sendiri, egois.

"Calvino ...! Lepaskan aku! Aku udah bilang berulangkali, kalau aku bukan istri kamu! Kenapa kamu gak percaya," tegas Caroline berusaha menahan diri di anak tangga ke tujuh dari atas.

Di anak tangga ke delapan, Calvino menghentikan langkahnya. Dia berbalik dan memiringkan wajah, menatap gemas sang istri.

"Ck, kamu gak capek marah-marah terus, hm ...?" gumamnya mengerutkan alis, "Kalau kamu mau terus marah karena terakhir kali itu, silakan, tapi berhenti berpura-pura kayak orang hilang ingatan," sambung Calvino bersikeras dengan pendiriannya.

"Enggak! Aku gak hilang ingatan," bentak Caroline menghentak tangan dari genggaman Calvino, "Aku mau pulang!"

Semoga cara ini berhasil! Kalau enggak, ya aku coba cara lain. Batin Caroline penuh harapan.

Caroline mengayun langkah hendak menuruni tangga. Namun, sebelum langkahnya menghabiskan tiga anak tangga, Calvino telah menyusul dan menjawat pinggang wanita itu.

Kemudian dia naikkan ke bahu, dengan entengnya dia menuruni tangga sambil menggendong istrinya. "Aaarght ..., Calvino! Turunkan aku!"

Semua orang menyaksikan pertengkaran suami istri itu, termasuk Dennis. Di saat semua orang termasuk pelayan, Marisa dan Bambam terlihat bingung, anak kecil itu malah tersenyum.

Matanya penuh cinta, ia berbinar seolah kehidupan baru sedang berkembang di sana. Dennis melompat dari sofa, berlari menyusun papanya dam Caroline.

"Ayo Kakek, Nenek ..., Dennis mau ketemu Grandpa," katanya, lantang.

Dalam sekejap anak bermata bulat itu menghilang dari pandangan. Seketika Marisa dan Bambam mengejar, terkesiap kehilangan cucunya.

Bergegas mereka mengejar dari belakang. "Eh, Dennis ..., tunggu Nenek."

Di luar rumah, tepat di depan bangunan air mancur megah bak di dunia fantasi itu terduduk seorang pria tak kalah tampannya dengan Calvino.

Dia terperangah menyaksikan pemandangan ini. Sebuah pemandangan langka yang sepanjang dua tahun ini tak pernah dia saksikan, cukup aneh dan membingungkan.

"Sejak kapan ..., si keras kepala yang bucinnya gak tertolong itu mau menggendong istrinya," gumam Narendra sambil mengernyitkan dia menggaruk pangkal kepala.

Jelas Narendra selaku sahabat yang menjadi saksi bagaimana hubungan buruk pasangan itu merasa aneh dengan pemandangan ini.

Sebelum ini, Calvino bahkan tak sudi melirik istrinya, meski wanita itu berdandan cantik dengan gaun atau perhiasan terbaik sekalipun.

Walaupun Yuzdeline menggoda dan menariknya ke ran jang, dia tetap berpendirian teguh untuk tidak menyentuhnya, karena rasa sayang dan cintanya terhadap Karmelita masih sangat besar.

"Fenomena macam apa ini?" tukasnya penuh tanya, "Apa yang membuat laki-laki itu luluh? Bukankah dia gak suka tipe wanita seperti Yuzdeline?"

Sepanjang langkah dia urai, Narendra masih terus berkutat dengan pemikiran itu, merasa heran dan seolah ada kejanggalan di antara itu semua—Narendra masuk ke mobil Calvino.

Dia terduduk di belakang bersama Dennis yang telah mengatur posisi dengan kursi tambahan khusus bayi, setelahnya Calvino memasukkan istrinya di samping kursi kemudi.

"Diem! Jangan berulah lagi, kita harus segera ke acara Kakek, paham! " tegas Calvino sepanjang dia memakaikan sabuk pengaman melingkari tubuh Caroline.

"Aarght, pelan-pelan bisa gak, sih!" protes Caroline dengan mimik menggemaskan, "Ish! Lama-lama aku gadaikan juga, nih."

Narendra yang ada di belakang terkekeh. Sepertinya dia paham maksud dari kata 'digadaikan' yang keluar dari mulut wanita yang dia anggap sebagai Yuzdeline.

Lantas pria di belakang bertanya, sebelum Calvino kembali masuk dan mengambil alih kursi kemudi. "Mau gadaikan suamimu ke mana?"

Caroline sempat mengerjap karena suara itu mendadak menyeruak ke telinga, dia menoleh dan melebarkan mata saat ia bertukar pandang dengan lelaki di belakang.

Kernyih senyum merekah di bibir. "Tukar sama properti bisa gak, sih?" katanya asal bicara.

Karena hal itu, Narendra tercengang. Ini berbeda. Sangat berbeda jauh, caranya bicara lebih tenang dan lembut, terlebih aksen suara gadis ini benar-benar mendayu, aroma parfume yang digunakan pula tercium lebih hangat.

Namun, Narendra tidak hanya fokus ke sana, dia tergelak mendengar jawaban Caroline, itu sangat lucu di telinganya. "..., wait? Emangnya kamu butuh apa, hah?" tanya Narendra menganjur ke depan, setengah badan.

"Aku butuh kosan 300 pintu. Bagus 'kan, disewakan untung tuh banyak." Lagi, Caroline mengeluarkan jawaban yang berbeda dengan karakter di awal.

Narendra semakin tergelak. Lebih-lebih saat Calvino masuk dan mulai menyalakan mesin mobil. "Berhenti membicarakan hal-hal aneh. Dan kamu Narendra, kenapa malah meladeni istriku yang sedang gila."

"Heh! Enak aja! Kamu tuh yang gila! Gak percayaan banget, aku udah bilang, ka—"

"Bunda ...."

Perkataan Caroline terhenti, dia yang sedang kesal sekaligus ingin menumpahkan amarahnya pada Calvino segera dihentikan, lantas dia berbalik badan ke keberadaan Dennis.

Raut kesal sampai memerah itu berubah drastis menjadi lautan senyum yang manis dan ceria. "Iya, Sayang ..., kamu mau apa? Mau mukul papamu? Sini, biar Bunda yang wakilkan."

Srett!

Wajah Calvino tergolek ke hadapan Caroline, dia mendengkus dan tak mempermasalahkan hal itu. "Oh Tuhan ..., lain kali aku gak akan izinkan kamu pergi keluar rumah sendirian, sepertinya kamu diculik alien, makanya otakmu bermasalah."

"Ya, aliennya lagi datang b*lan, ini di sampingku," cetusnya mengarahkan telunjuk ke sisi Calvino.

To be continued .....

1
Queen Alma
Waahh, anganku melayang jgn2 Calvino mau main sosor anak org dah 🙈🙈
Queen Alma
apa ini permainan Yuzdeline?
Queen Alma
Dennis takut ketahuan yaaa kalau itu Bunda Caroline bukan Mama Yuz
Queen Alma
kan Caroline di rumah Calvino ya, trus yg mengundurkan diri itu siapa? 🤔🤔🤔
Davika15
Ikatan apa nih
Davika15
Meski ucapannya bener, tapi Yuzdeline terlalu kasar
Queen Alma
kira2 ngambil apa ya Dennis
Queen Alma
weh, untung banyaaakk 😭😭🤧🤧🤧
Teriablackwhite: Lumayannn, daripada gratisan katanya
total 1 replies
Queen Alma
mukegileeee 😅😅😅😅
Queen Alma
timpuk aja sih, nyebelin bgt Calvino 😅😅🤭🤭
Queen Alma
kasian Caroline 🤭🤭🤭
Moga aja Calvino gk kebablasan
Teriablackwhite: Gak kok, amann
total 1 replies
Queen Alma
Jangan Cal, dia bukan istrimu, jgn main sosor karena cemburu ya 🤏🤭
Teriablackwhite: Perasaan cemburu muncul pas Caroline, sebelumnya dia mana peduli 😂
total 1 replies
Queen Alma
ketika istrinya pulang Calvino udah jatuh cinta sama Caroline heheeee
Queen Alma
entahlah, apa yg diinginkan Marisa sebenernya, bkin pusing aja 🤭😅
Queen Alma
disaat Calvino mulai sedikit kasihan eh yg di rumah lain Yuzdeline 😅😅😅

nasib mu yuz, anyep bgt
Queen Alma
apa Calvino bakalan dapat jawabannya dari Marisa?
Queen Alma
kebalik, padahal Marisa sendiri yg kaya bgtu
Queen Alma
nah kan skrg semua org salah sangka, semoga Marisa bisa merestui mereka nntinya saat tau kebenarannya
Teriablackwhite: Semoga, ya /Sob/ soalnya Marisa lumayan serakah
total 1 replies
Queen Alma
ini, bapaknya aja nyaman, apalagi anaknya nnti, makin lengket dh mereka sama Caroline
Teriablackwhite: Anaknya jadi saingan bapaknya 😄
total 1 replies
Queen Alma
Calvino jgn encum dia bukan istrimu weh 😭😅
Teriablackwhite: si Calvino emang agak Laen 🤭 sebelumnya gak pernah mau lirik, yang ini diterobos
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!