NovelToon NovelToon
MENGEJAR CINTA CEO TUA

MENGEJAR CINTA CEO TUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Beda Usia / Pelakor jahat
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: akos

Kania, gadis yang hidupnya berubah seketika di hari pernikahannya.
Ayah dan ibu tirinya secara tiba-tiba membatalkan pernikahan yang telah lama direncanakan, menggantikan posisi Kania dengan adik tiri yang licik. Namun, penderitaan belum berhenti di situ. Herman, ayah kandungnya, terhasut oleh Leni—adik Elizabet, ibu tirinya—dan dengan tega mengusir Kania dari rumah.

Terlunta di jalanan, dihujani cobaan yang tak berkesudahan, Kania bertemu dengan seorang pria tua kaya raya yang dingin dan penuh luka karena pengkhianatan wanita di masa lalu.

Meski disakiti dan diperlakukan kejam, Kania tak menyerah. Dengan segala upaya, ia berjuang untuk mendapatkan hati pria itu—meski harus menanggung luka dan sakit hati berkali-kali.

Akankah Kania berhasil menembus dinding hati pria dingin itu? Atau akankah penderitaannya bertambah dalam?

Ikuti kisah penuh emosi, duka, dan romansa yang menguras air mata—hanya di Novel Toon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23. AKU MENCINTAIMU SEJAK PERTAMA AKU MELIHATMU.

Pak Hendra masih terus meneguk minuman dari gelas sloki. Tampaknya ia sudah kebal terhadap alkohol, khabar yang beredar selama ini memang benar, pria paruh baya itu tak tertandingi soal minum minuman keras.

Kania menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan mereka. Pak Hendra meletakan sloki diatas meja.

Kania mulai menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan mereka. Pak Hendra meletakkan gelas sloki di atas meja dengan tenang.

Dengan wajah datar, Pak Hendra memberikan tantangan kepada Kania. Jika ia sanggup menghabiskan semua minuman di atas meja, maka dengan senang hati ia akan menandatangani proyek itu. Namun, jika gagal, Kania harus siap menerima konsekuensi Yang telah ditentukan pak Hendra.

Mata Kania hampir saja copot mendengar syarat yang tak masuk akal itu. Mana mungkin ia sanggup menghabiskan minuman di dalam dua puluh sloki, ditambah lagi satu botol besar yang masih tertutup rapat.

Melihat wajah Kania ketakutan, pak Hendra tersenyum.

Pak Hendra kembali menuang minuman ke dalam sloki. Hanya dengan satu kali tegukan, isinya habis tak bersisa. Kania menelan saliva, membayangkan bagaimana jadinya jika ia yang melakukannya.

Kania berpikir sejenak, Jika ia gagal mendapatkan tanda tangan Pak Hendra, maka proyek pertamanya akan hancur. Tuan Bram pasti murka. Bukan hanya dirinya yang menanggung malu, Mawar pun akan terseret akibatnya. Lebih dari itu, mereka berdua akan menjadi bahan tertawaan rekan-rekan kerja.

“Kalau kau sanggup, silakan duduk. Jika tidak, lebih baik pergi.” Pak Hendra menyunggingkan senyum tipis, seolah mengejek, lalu kembali menuang minuman ke dalam sloki.

“Siapa bilang aku tak sanggup.”

Kania menarik kursi. Namun, sebelum sempat ia duduk, Mawar buru-buru meraih lengannya, mencoba menahannya. Kania menoleh, menatap sahabatnya itu, lalu mengangguk pelan meyakinkan bahwa ia mampu mengikuti syarat yang diajukan Pak Hendra.

Dengan tangan gemetar, Kania mengangkat gelas sloki dari atas meja. Perlahan ia mendekatkan ke bibir, aroma alkohol yang menusuk langsung menyeruak ke hidung. Sambil menahan napas dan memejamkan mata, Kania memberanikan diri meneguk habis isinya.

Hoooek…...

Kania hampir saja memuntahkan isi perutnya. Dengan cepat ia menutup mulut menggunakan telapak tangan. Ia Tahu, jika sampai muntah, itu berarti ia gagal.

Wajah memerah dengan air mata keluar dari sudut mata yang kini dirasakan Kania.

“Menyerah sebelum terlambat, dan pergi dari sini,” ucap Pak Hendra, kembali menyunggingkan senyum mengejek.

“Siapa bilang aku tak sanggup.”

Kania kembali meraih sloki di atas meja. Tanpa ragu, ia meneguk isinya hingga habis, lalu meletakkan dan mengambil gelas berikutnya. Begitu seterusnya, hingga sloki kelima terpaksa dihentikan oleh Mawar yang buru-buru menahan tangannya. Dari sorot matanya, Mawar yakin Kania sudah mabuk parah.

Mawar membantu Kania berdiri, belum juga mereka melangkah pak Hendra mencegah, perjanjian tetaplah perjanjian. Kania harus tetap disana menemani pak Hendra karena dia mabuk sebelum minuman diatas meja habis.

Mawar menuntun Kania ke sofa dan membaringkannya. Mawar kembali ke hadapan pak Hendra dan duduk menggantikan Kania.

"Jadi kamu yang ingin melanjutkan perjuangan temanmu, baguslah sekali mendayung dua pulau terlampaui." Pak Hendra terbahak.

Tanpa ragu Mawar mengangkat gelas lalu meneguk isinya, Satu tegukan berhasil, dua sampai gelas yang ke lima Mawar lewati dengan baik, hingga gelas yang ke enam gadis itu diam sejenak. Herman kembali tersenyum, dia yakin kalau Mawar sudah pasti menyerah seperti yang di lakukan Kania.

Ternyata dugaan pria paruh baya itu salah besar. Mawar perlahan melepaskan ikat rambut dan kacamatanya. Seketika pesona gadis itu terpancar, sosok yang semula tampak polos dan lugu, kini berubah menjadi seorang wanita cantik dengan penampilan dewasa yang memikat perhatian.

Pak Hendra menelan liur tak percaya dengan apa yang di lihatnya.

Gelas sloki tinggal sembilan. Mawar kembali mengangkat gelas satu demi satu hingga habis dak tersisa.

Mata Pak Hendra terbelalak, tak percaya melihat Mawar sanggup menghabiskan begitu banyak minuman. Namun, harapannya untuk menaklukkan kedua gadis itu belum sepenuhnya sirna, pandangan matanya masih tertuju pada botol besar yang belum tersentuh sama sekali di atas meja.

Pak Hendra sangat yakin, Mawar tidak mungkin sanggup menghabiskannya. Jangankan Mawar, dirinya sendiri pun tak akan mampu melakukan hal itu.

Mawar mengangkat botol dan meletakan di hadapannya. Hanya satu kali putaran saja penutup botol terlepas.

Gluk… gluk… gluk…

Suara dari dalam botol terdengar jelas saat Mawar meneguk isinya tanpa ragu. Pak Hendra hampir saja melompat dari tempat duduknya, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Baru kali ini ia menemukan seseorang yang mampu menyainginya, bahkan berpotensi mengalahkannya dalam urusan minum.

Mawar membalik botol minuman, tak satu tetes pun yang keluar dari dalam botol tersebut.

“Sekarang tandatangan. Seorang pemimpin tidak dinilai dari seberapa besar harta yang ia miliki, melainkan sejauh mana ia sanggup menepati janjinya.” Mawar menyodorkan map kearah pak Hendra.

Tanpa ragu, Pak Hendra menandatangani perjanjian proyek tersebut. Mawar kemudian meraih map itu dengan hati-hati, setelah memastikan tanda tangan sang direktur sudah tertera jelas di atas materai.

“Terima kasih, senang bisa bekerja sama dengan Anda. Satu hal lagi, jika Bapak membutuhkan teman minum, jangan lupa hubungi saya. Saya siap kapan pun dan di mana pun bapak mau.” Mawar melemparkan senyum menggoda, mengibarkan rambut panjangnya pada Pak Hendra.

Pria paruh baya itu hanya ternganga, tak mampu berkata-kata, sementara Di hadapannya, Mawar dengan tenang membopong Kania keluar dari ruangannya.

Mobil yang dikemudikan Mawar melaju kembali menuju perusahaan. Di kursi penumpang, Kania sengaja dibaringkan karena kondisinya kian memburuk, mabuk parah setelah meneguk begitu banyak alkohol.

Sesekali Kania mengigau tak karuan, membuat Mawar semakin prihatin padanya. Tanpa mereka sadari, sejak keluar dari perusahaan WARRIOR Group hingga kembali ke perusahaan MARLIN Group, sebuah mobil terus membuntuti mereKa dari belakang.

Setelah memarkirkan mobil, Mawar membopong Kania masuk. Semua karyawan sempat terhenti melihat kondisi Kania, namun segera kembali bekerja saat sekretaris Bams menatap tajam dari belakang.

Keduanya masuk ke lift. Sebelum pintu tertutup, sekretaris Bams ikut masuk. Suasana langsung terasa panas mengalahkan hawa minuman beralkohol dengan adanya sekertaris Bams dalam ruangan sempit itu.

Lift hening sampai pintunya terbuka. Sekretaris Bams menyuruh Mawar kembali ke ruangannya, sementara Kania ia bopong menuju ruang tuan Bram.

Begitu pintu terbuka, sekretaris Bams membaringkan Kania di sofa. Tuan Bram segera mendekat, memperhatikan kondisi Kania yang sudah berantakan dan tak mampu mengendalikan diri.

Sebelum pergi, sekretaris Bams menceritakan kepada Tuan Bram tentang semua yang terjadi di WARRIOR Group, termasuk perjuangan Kania dan temannya untuk mendapatkan tanda tangan Hendra.

Sekretaris Bams keluar lalu menutup pintu rapat. Tuan Bram baru ingin beranjak, tiba-tiba Kania menarik tangannya, sedikit menunduk, lalu mendekatkan bibir ke telinga pria itu.

"Tuan, Aku mencintaimu dari pertama aku melihatmu."

👉 PERHATIAN BAB SELANJUTNYA ADEGAN DEWASA JADI HARAP YANG BELUM CUKUP UMUR SCROL SAJA JANGAN LUPA LIKE, COMMENT, BERI BINTANG LIMA, TERIMA KASIH

1
Trivenalaila
suka jln ceritanya, klu bisa dilanjutkan yaaa🙏🙏
Akos: akan lanjut terus KK sabar ya
total 1 replies
Ahn Mo Ne
apakah ini lagi hiatus.??
Akos: setiap hari update kk,
total 1 replies
Muna Junaidi
Hadir thor
Ayu Sasih
next ditunggu kelanjutannya kak ❤️❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!