Tolong berhentilah menebar pesona hanya mata terpejam bisa kurasakan, jangan biarkan cahayamu membutakan banyak hati
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angguni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal menyakitkan Dan Berakhir Dengan Indah
Bobby dan Desi hampir berada di ujung jembatan yang menghubungkan ke pintu masuk kapal. Mereka hanya terdiam seperti enggan bergerak. Seakan tak menghiraukan pengunjung yang berdesakan, mereka masih larut dalam kesedihan.
Perlahan Bobby melepaskan genggamannya di jari Desi. Dia membawa Desi ke dalam pelukannya, mencium lembut puncak kepala Desi seakan mengungkapkan kasih sayangnya yang begitu besar kepada sang istri, pacar halalnya. Air mata mengalir lancar di pipi keduanya, menangis tanpa suara Desi melepaskan pelukan Bobby perlahan. menghapus air matanya dan air mata Bobby.
"See you..... "
Desi melangkah masuk ke kapal, pergi menjauh, semakin jauh, dan benar benar jauh.....
Desi Pov
Drrrrtttt..... drrrrtttt!
Aku terbangun karena merasakan hapeku bergerar panjang tanda ada panggilan masuk. Rasanya masih sangat lelah untuk membuka mata yang baru saja kupejamkan. Aku baru saja tertidur setelah puas merasakan embusan angin laut. Ya, aku sekarang berada di atas kapal laut. Bobby memaksaku naik pesawat, tapi aku ingin kembali ke atas kapal laut. Aku ingin mengingat semua kenangan dengannya. Awal menyakitkan dan berakhir dengan indah. Yah, meski sekarang kami harus kembali di pisahkan.
Dengan malas, ku rogoh hape dari tas di sebelahku. Siapa yang nekat menelpon pukul tiga dini hari?
My Husband
Aku tersenyum melihat nama di layar hapeku. Segera ku geser layar, mengangkat panggilan.
"Assalamu'alaikum, mas"
"" Waalaikumsalam, sayang. udah di mana? "
"Masih di atas kapal, mas. telpon jam segini sih, mas? Ganggu tidurku tahu".
" Mas abis shalat malem, terus kangen kamu. Jadi mas telepon deh. Siapa tahu kamu kangen juga sama mas".
Kudengar kekehan dari seberang sana. Seharusnya aku yang membangun Bobby untuk shalat malam seperti sebelumnya. Ya, aku rindu, bahkan sangat, mas.
"Halo, sayang? "
"Eh iya, mas, maaf. Aku cuma mikir, seharusnya sekarang aku di sana shalat sama mas".Nada suaraku melemah. Rasa sedih kembali menghampirku.
" Udah deh, gak usah sok melow gitu. Kan ini demi kebaikan kita, sayang. Sana, shalat dulu! "
"Ya udah deh, aku mau shalat dulu. Berdoa sama Allah biar suamiku gak di culik tante girang. Hahaha".
" Tante girang? hmmmm....., boleh juga kayaknya daripada abege labil".
"Maaassss!!"
"Hahaha...., udah sana gih, shalat! "
"Oke, Assalamu'alaikum, ganteng".
Tuuut tuuuut!
Segera kuputuskan sambungan sebelumnya Bobby mengejekku karena panggilan barusan, hahaha.
Hari ini Ospek berakhir. Pukul lima pagi, kami sudah harus berada di kampus untuk shalat Shubuh berjamaah. Ternyata ospek tak se mengerikan yang ku pikirkan. Semua berjalan lancar. Tak ada perploncoan sama sekali. Kami hanya duduk berdiri berulang kali, kadang sambil menyanyi, dan menyaksikan penampilan dari setiap unit kegiatan mahasiswa.
Jam menunjukkan pukul 15.30 sore. Aku berjalan beriringan dengan teman teman baruku menuju musalah fakultas.
Drrrrtttt.... drrrrtttt!
Hapeku berbunyi. Kupastikan panggilan dari Bobby. Memang hanya Bobby yang menelpon setiap jam makan, jam shalat, dan jam jam tertentu. Sisanya Ayah dan Bunda.
My Husband
"Assalamu'alaikum".
" Waalaikumsalam. Kamu di mana? pasti belum shalat? Doamu belum nyampe nih ke aku. Jadinya kangen banget ".
Aku terkikik geli mendengar pernyataan Bobby. Dasar abege labil.
" Yee, malah ngetawain suami. Dosa tahu! "
"Habisnya kamu lucu sih, Sayang. I Miss You Too".
Spontan Abrin dan fatiya yang ada di kanan kiriku menghentikan langkah.
Ups! Bodoh, Desi!!! Aku lupa. Mereka kan belum tahu kalau aku sudah menikah. Pasti mereka mengira yang tidak tidak.
"Ehh, emmm. Udah dulu ya, mas. Entar aja telepon lagi. Assalamu'alaikum".
Tuutt!
" Assalamu'alaikum, Desi! kamu tahu kan firman Allah : "Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk".ucap Abrin seketika saat aku berbalik dan menatap mereka berdua.
" Iya, Desi. Aku tahu. Di usia kita, godaan memang begitu besar untuk berpacaran. Tapi, kita sebagai perempuan harus tetap bisa menjaga hati dan kehormatan sebagai seorang perempuan. Jangan sampai Allah murka"Fatiya mengusap lembut bahuku. Mereka kadang konyol, tapi seketika jadi begitu bijak.
"Eh..... abu, enggak. Aku gak berzina kok".
" Ingat, zina itu banyak macamnya. Zina mata, zina hati, zina pendengaran..... "Fatiya tersenyum sangat manis.
.