Wira Pramana, seorang murid senior di Perguruan Rantai Emas, memulai petualangannya di dunia persilatan. Petualangan yang justru mengantarnya menyingkap sebuah rahasia di balik jati dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilham Persyada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Ki Damar
Orang bijak berkata bahwa malam adalah langit yang sebenarnya dan Wira sepakat akan hal itu. Hampir sepanjang pelaksanaan misi perburuan tahunan kali ini, Wira selalu bermeditasi dengan metode Pernapasan Nirvana setiap lewat tengah malam.
Anehnya, sekalipun hal itu mengurangi waktu tidurnya, Wira tak pernah merasa kondisi kesehatan maupun kebugarannya terganggu. Sebaliknya, persepsi dan nalurinya yang semakin tajam, pikirannya menjadi lebih jernih, dan hatinya terasa lebih tenang. Bahkan, fisik dan stamina yang dimilikinya pun semakin kuat.
Wira semakin mengagumi metode pernapasan nirvana ketika menyadari kuantitas tenaga dalam yang dimilikinya kini telah mencapai hampir 150 lapisan. Jumlah itu seharusnya dapat membuat Wira menandingi seseorang di tahap awal pendekar madya.
Wira kemudian berpikir apakah mungkin masih ada rahasia yang tersimpan dalam kitab metode pernapasan nirvana itu sambil mulai mengingat kembali seluruh catatan yang telah dihafalnya. Setelah beberapa saat berlalu, Wira belum dapat menemukan jawaban untuk hal itu. Maka, ia pun berdiri dan berniat untuk pergi beristirahat terlebih dahulu.
Seakan menyadari ada sesuatu yang memperhatikannya, secara refleks Wira meningkatkan kewaspadaannya. Beberapa detik berlalu dalam keheningan hingga Wira mendengar suara langkah kaki mendekat dari belakangnya. Wira menoleh dan mendapati sosok Ki Damar menampakkan dirinya dari balik pepohonan.
''Wakil Ketua,’’ Wira memberi hormatnya kepada KI Damar yang kini tengah berjalan menghampirinya.
‘’Hm …,’’ KI Damar melambaikan tangannya sambil tersenyum hangat, ‘’tak perlu terlalu formal, Wira. Hahaha …. Aku berniat berjalan-jalan saja, sekadar menikmati malam ini. Tak kusangka akan melihatmu di sini.’’
''Saya hanya mencari tempat yang tenang untuk berlatih, Wakil Ketua.’’
''Ternyata, kau memang seorang yang tekun, Wira. Pantas saja kemajuanmu begitu pesat akhir-akhir ini. Hahaha ….’’
''Saya merasa … masih harus lebih banyak berlatih, Wakil Ketua …,’’
''Haaa …,’’ Ki Damar menggeleng sambil mengipas-ngipaskan tangannya, ‘’aku sudah menyembunyikan hawa keberadaanku, tetapi kau bisa menyadari kehadiranku, jadi kau seharusnya tak perlu merendah seperti ini, ‘’ senyum Ki Damar semakin lebar sementara Wira hanya bisa tersenyum canggung sambil menggaruk kepalanya.
‘’Tapi … bagus kalau kau tak mudah berpuas diri, Wira.’’ Ki Damar mengalihkan tatapannya, menerawang langit malam di kejauhan, ‘’Aku sudah mendengar dari Saka dan Amita tentang besarnya kontribusimu dalam misi perburuan kelompok ini, tetapi dunia persilatan memang bukan tempat yang dapat dengan mudah kita prediksi.’’
Ki damar menghela napas sambil mengelus janggutnya, ‘’Wira, kebetulan aku bertemu denganmu di sini, jadi tak ada salahnya aku memberitahumu lebih dulu …. Besok, misi perburuan tahunan ini berakhir dan seluruh kelompok akan kembali ke perguruan. Tapi, aku ingin meminta sedikit bantuan darimu …,’’
‘’Murid mendengarkan Wakil Ketua.’’ Wira menunduk dan menyatakan kesiapannya mendengarkan permintaan Ki Damar.
''Anggota kelompok Kala Hitam yang tertangkap telah diinterogasi dan kita berhasil mendapatkan informasi keberadaan markas mereka. Beberapa prajurit Suranaga yang ditugaskan untuk menyelidiki hal itu telah kembali dan memastikan kebenarannya. …,’’
Ki Damar mengatakan bahwa dirinya memang ditugaskan oleh Ketua Raksala untuk membantu kelompok tujuh terkait dengan peristiwa yang terjadi pada Dusun Tawangalas. Namun, Ketua Raksala juga memberinya wewenang untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam masalah Kala Hitam.
Mengingat dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir ini semakin banyak laporan tentang aksi dan pergerakan kelompok bandit tersebut yang meresahkan, Ki Damar berniat memanfaatkan kesempatan untuk setidaknya bisa sedikit melemahkan kelompok ini, terutama di wilayah yang masih berada dalam jangkauan Perguruan Bambu Emas.
Oleh karena itu, Ki Damar membawa serta 20 pendekar perguruan yang dipilihnya sendiri dalam misi ini. Semula beliau bermaksud untuk bergerak begitu kebenaran informasi tentang markas Kala HItam telah dipastikan, tetapi beliau juga memikirkan keselamatan anggota kelompok tujuh yang akan melakukan perjalanan dengan membawa berbagai sumber daya yang didapat dari misi perburuan ini.
Maka, Ki Damar memutuskan untuk menukar posisi beberapa pendekar yang dibawanya dengan anggota kelompok tujuh. Berdasarkan laporan Saka dan Amita, Ki Damar telah mengetahui perkembangan setiap murid yang ada dalam kelompok tujuh selama misi perburuan ini dan beliau memutuskan untuk menarik Wira ke dalam tim yang akan bergerak bersamanya untuk menghancurkan markas kelompok Kala Hitam yang telah ditemukan.
‘’Ingat Wira, ini hanya permintaan dan aku tidak memaksamu. Kau boleh menolaknya jika merasa dirimu belum siap …,’’
Selama beberapa saat, Wira terdiam dan merenungkan perkataan sosok nomor dua di Perguruan Rantai Emas itu. Menerima hal ini berarti kesempatan bagi Wira untuk mengasah kemampuannya dalam menghadapi pertempuran yang nyata. Di sisi lain, Wira pun menyadari maksud Ki Damar menyatakan hal ini sebagai permintaan sebab risiko dan bahaya yang akan Wira hadapi dalam misi ini akan cukup besar.
Sekilas, Wira menatap Ki Damar yang dengan tenang masih menerawang kegelapan malam di kejauhan. Wira pun menghela napas dan membulatkan tekatnya, ‘’Wakil Ketua, murid menerima. Murid akan mengikuti Wakil Ketua.’’ ucapnya sambil menundukkan kepala, menunjukkan kehormatannya.
‘’Hm …,’’ Ki Damar menatap Wira dan tersenyum. Ia tak mendengar adanya keraguan dalam ucapan pemuda di hadapannya itu. Namun, seakan ingin memastikan sesuatu, KI Damar kembali bertanya, ‘’Kalau aku boleh tahu, apa alasanmu bersedia menerima permintaan ini, Wira?’’
‘’Wakil Ketua, murid tidak berani lancang. Murid mengakui masih sangat membutuhkan banyak pengalaman untuk mengarungi dunia persilatan yang pastinya sangat keras dan penuh bahaya yang bisa datang kapan saja. Murid pun menyadari risikonya. Namun, di atas itu semua, kelompok Kala Hitam ini …,’’
Ki Damar menyipitkan matanya sebab menyadari pemuda di hadapannya ini sedang berusaha meredam semacam kemarahan yang tiba-tiba meluap dalam dirinya. Ki Damar bahkan menangkap getaran kemarahan yang tertahan dalam setiap kata-kata Wira kemudian.
‘’ … murid hanya merasa … apa yang mereka lakukan itu … tidak seharusnya dibiarkan begitu saja.’’
Sejak kedatangannya di Desa Danpa, Ki Damar mengapresiasi kecakapan Saka dan Amita dalam memimpin kelompok misi perburuan mereka termasuk kerja sama yang apik dengan pihak Prajurit Suranaga dan warga desa. Ki Damar pun merasa cukup puas dengan perkembangan murid-murid perguruan yang ada selama misi tersebut.
Di sisi lain, meskipun ikut merasa bangga dengan kontribusi dan pencapaian Wira yang cukup mengejutkan dirinya, Ki Damar diam-diam mulai mengkhawatirkan mental sosok pemuda yang memiliki potensi luar biasa itu sehubungan dengan peristiwa-peristiwa yang telah dialaminya.
Pada dasarnya, setiap orang memang seharusnya akan mengalami perubahan. Entah menjadi lebih baik atau sebaliknya, yang dapat menentukan adalah orang itu sendiri. Dalam kejamnya dunia persilatan, bahkan seseorang yang awalnya baik-baik saja dapat berubah menjadi haus darah dalam semalam.
Perubahan tersebut biasanya terjadi karena kekeliruan dalam menyalurkan amarah dan kekuatan yang dimiliki saat seseorang berada dalam situasi yang sangat menekan mental dan memengaruhi kondisi kejiwaannya. Mendengar penjelasan Wira, Ki Damar dapat melihat bahwa pemuda itu masih dapat menempatkan sikap moral di atas kepentingan pribadi dan sisi emosionalnya.
Ki Damar mengangguk dan tersenyum puas, ‘’Baiklah. Aku lega mendengar jawabanmu dan sangat berterima kasih atas kesediaanmu memenuhi permintaan ini.’’
''Muridlah yang seharusnya berterima kasih kepada Wakil Ketua. Mohon Wakil Ketua bersedia membimbing murid ….’’
‘’istirahatlah dulu dan persiapkan dirimu untuk besok,’’ Ki Damar menepuk pundak Wira sebelum pergi meninggalkannya dengan langkah yang ringan dan tenang.
...***...
Di suatu tempat yang cukup tersembunyi dalam hutan, salah satu markas kelompok Kala Hitam berdiri. Di dalamnya, seorang anggota kelompok tersebut tampak menghadap pimpinan mereka dan melaporkan sesuatu. Usai mendengar laporan tersebut, si pimpinan tampak geram hingga membanting gelas berisi arak yang tadi diminumnya.
‘’Dasar orang-orang bodoh!’’ hawa pembunuh yang pekat merembes dari tubuh pimpinan Kala Hitam itu.
''Ketua, apa kita perlu memberi tahu markas di Bukit Kulon?’’ tanya anggota yang melapor sambil menunduk. Keringat dingin membasahi tengkuknya membuatnya tak berani menatap pimpinannya.
Bukannya menjawab, si pimpinan bandit malah memelototi anggotanya itu dan membuat sosok tersebut semakin kehilangan nyalinya. ''Kau beruntung karena aku sedang malas. Kalau ternyata sebodoh ini, seharusnya kau ikut dan mati saja bersama mereka!’’
Pimpinan itu berdiri, ‘’Setiap orang punya urusan masing-masing. Kita tunggu sampai orang-orang dari perguruan itu pergi, lalu kita serbu dusun itu kembali sekaligus desa dan dusun lain yang ada di sekitarnya.’’
Setelah mengatakan hal itu, si pimpinan mengambil satu botol bambu yang masih penuh dengan arak dan menenggaknya. ‘Hampir seperempat anggotaku hilang di tangan orang-orang Perguruan Rantai Emas gara-gara dua cecunguk yang sembrono itu. Suatu saat nanti, perguruan sialan itu harus merasakan akibat dari perbuatan mereka ini!’ katanya dalam hati
Selain menyalahkan dua anggotanya yang tewas di tangan Saka dan Amita, pimpinan salah satu markas Kala HItam ini menyadari hal baik baginya dan anak buahnya untuk langsung berkonfrontasi dengan orang-orang dari Perguruan Rantai Emas. Oleh sebab itulah ia memilih untuk menunggu situasi aman terlebih dahulu.
Setelah orang-orang dari perguruan itu pergi, ia berencana untuk membawa seluruh anak buahnya dan kembali menindas, bahkan bila perlu membumihanguskan Dusun Tawangalas dan tempat-tempat lain di sekitarnya.