NovelToon NovelToon
PUTRI MAHKOTA SHUWAN LIAN SANG JENIUS

PUTRI MAHKOTA SHUWAN LIAN SANG JENIUS

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Time Travel / Dikelilingi wanita cantik / Murid Genius / Dokter Genius
Popularitas:25k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Lina dokter muda dari dunia modern, sang jenius harus meninggal karena kecelakaan tunggal, awalnya, tapi yang sebenarnya kecelakaan itu terjadi karena rem mobil milik Lina sudah di rusah oleh sang sahabat yang iri atas kesuksesan dan kepintaran Lina yang di angkat menjadi profesor muda.

Tapi bukanya kelahiran ia justru pergi kedunia lain menjadi putri kesayangan kaisar, dan menempati tubuh bayi putri mahkota.

jika ingin kau kelanjutannya ayo ikuti terus keseruan ceritanya, perjalan hidup sang putri mahkota

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Fajar menyingsing dengan lembut, tapi langit di utara tak menunjukkan warna jingga seperti biasanya. Justru, yang tampak adalah kabut kelabu yang menggantung pekat di cakrawala, seperti luka menganga di langit yang tak bisa sembuh.

Shuwan berdiri di atas tebing curam menghadap arah utara, rambutnya menari diterpa angin. Di belakangnya, Phoenix Api dan Es saling beradu suara—seperti sedang berdebat kecil.

“Aku bilang kita ke barat, bukan ke utara! Energinya jelas terasa lebih kuat dari sana!” seru Phoenix Api, menyemburkan lidah api kecil dengan kesal.

Phoenix Es mendesah dengan dingin, “Kalau semua keputusan didasarkan pada keberanian tanpa otak, tidak heran para naga dulu kabur darimu.”

Shuwan mendengus pelan. “Kalian berdua kenapa jadi seperti anak kucing rebutan ikan?”

"Memalukan" ujar Bo Zhi

Kedua Phoenix itu langsung diam, lalu berpaling ke arah lain dengan kesal.

Namun, suasana cepat berubah ketika aura gelap mulai merayap dari celah lembah di bawah. Aroma mawar hitam dan logam terbakar menguar tajam.

“Ini dia... jejak iblis yang tersisa,” gumam Shuwan.

Ia melompat turun dari tebing, tubuhnya melayang dengan ringan sebelum mendarat di rerumputan tinggi. Jejak kabut itu menuntunnya pada sebuah gua kecil yang tersembunyi di antara akar pepohonan purba.

Begitu masuk, Shuwan mengerutkan kening. Dinding gua dipenuhi ukiran aneh—tanda pemujaan kuno yang terlarang. Di tengah gua, terdapat altar batu dengan kelopak mawar hitam bertaburan.

Namun, yang lebih mengejutkan, di sisi altar duduk seorang lelaki tua berbaju compang-camping, membawa tongkat patah dan mengenakan mahkota dari tulang burung.

Shuwan menyipitkan mata. “Kau siapa?”

Orang tua itu tidak menjawab. Ia hanya menggumamkan kalimat berulang:

"Putri Cahaya... datang di hari kematian mawar... sang bulan akan pecah, dan raja iblis akan terlahir kembali..."

Shuwan menghampiri perlahan. “Apa maksudmu, kakek?”

Tiba-tiba, si kakek menatap Shuwan dengan mata bening dan tajam, seolah baru sadar.

“Lari! Mereka melihatmu!”

Belum sempat Shuwan bertanya lebih lanjut, tanah di bawah altar bergetar. Dari sana muncul lorong sihir dan suara tawa lirih yang menyeramkan.

Dari lorong itu, muncullah tiga makhluk berjubah—dengan wajah tertutup topeng daun yang berubah-ubah bentuk. Mereka bukan iblis biasa. Mereka adalah Bayangan Mawar, pengikut langsung penguasa iblis—penyihir pemburu darah suci.

Salah satu dari mereka mendesis, “Aroma Phoenix... darah naga... dan cahaya suci. Luar biasa... Putri Cahaya telah datang pada kami dengan sukarela.”

Shuwan tak menunggu. Ia menarik Pedang Naga Ikahi dan menyerang terlebih dahulu. Tapi lawannya gesit. Mereka tak menyerang balik—mereka hanya menghindar dan membentuk lingkaran sihir di bawah altar.

“Aku benci musuh yang suka berbasa-basi,” gerutu Shuwan.

Dengan lompatan cepat, ia menghujam altar dengan kekuatan gabungan Phoenix Api dan Es. Batu itu meledak, menghamburkan serpihan dan memutus ritual. Dua dari Bayangan Mawar langsung hancur menjadi debu.

Namun satu berhasil kabur ke lorong sihir, tertawa kejam. “Lanjutkan pencarianmu... Tapi saat kau tahu kebenarannya, kau akan menyesal pernah terlahir.”

Lorong itu runtuh dan menghilang bersama suara tawa.

Shuwan berdiri terdiam, napasnya memburu. Phoenix Api turun ke pundaknya dan mengelus lembut pipinya.

“Kau baik-baik saja?” tanya Phoenix Es.

Shuwan mengangguk. “Ya… tapi ini baru awalnya saja.”

 

Di Tempat Jauh - Balairung Es Gunung Salju

Feng Aoren kembali memandang pantulan cermin kristalnya. Kali ini, wajahnya menegang.

"Bayangan Mawar… sudah bergerak cepat." ujarnya khawatir

Tetua di sampingnya mengangguk. “Mereka tak akan berhenti sampai Putri Cahaya gugur atau... bersatu dengan sang raja iblis.”

Feng Aoren mengepalkan tangan. Untuk sesaat, kilatan emosi tampak jelas di wajahnya yang biasanya datar. “Itu tak akan terjadi.”

Ia berdiri dan mengenakan jubah perangnya yang tertutup simbol naga salju. Angin es mulai berputar mengikuti langkahnya.

“Bersiaplah. Aku akan meninggalkan istana.”

 

Kembali ke Shuwan

Shuwan duduk bersila di puncak batu besar, memandangi langit malam yang perlahan berubah menjadi kelam sepenuhnya. Ia mulai membuka buku warisan permaisuri Jian—buku tua yang entah kenapa selalu menghangat ketika disentuhnya.

Di sana, ia menemukan halaman baru yang belum pernah terbuka. Gambar dua Phoenix melingkar membentuk simbol takdir. Di bawahnya, tertulis dalam aksara kuno:

“Cahaya akan bertemu salju… di batas dunia.”

Shuwan mengerutkan dahi. “Cahaya dan... salju?”

Tiba-tiba Phoenix Api menyeringai. “Mungkinkah itu jodoh abadi yang selama ini diramalkan?”

Phoenix Es ikut terkikik. “Semoga ia tidak terlalu serius seperti kau. Dunia bisa meledak kalau kalian bertengkar.”

Shuwan mendengus sambil melempar sandal ke arah Phoenix. “Sudah! Tidur sana! Besok kita lanjut cari markas iblis, bukan gosipin jodohku!”

Tapi meski bibirnya kesal, pipi Shuwan diam-diam memerah.

 

Kabut tebal menyelimuti hutan Araveth, membuat setiap langkah seperti berjalan dalam dunia lain. Udara di sini berat—seolah menyimpan rahasia ribuan tahun yang enggan terungkap. Namun Shuwan tak gentar. Ia tahu tempat ini adalah Kuil Kabut Abadi, bangunan tua dari zaman sebelum kekaisaran berdiri.

“Tempat ini… rasanya aneh,” gumamnya.

“Bukan cuma aneh, ini tempat paling menakutkan yang pernah aku injak,” bisik Phoenix Api, merapat pada bahu Shuwan. “Bahkan para iblis tak berani sembarangan masuk.”

Phoenix Es mengangguk. “Karena ini bukan kuil biasa. Ini tempat perjanjian pertama antara manusia dan dewa cahaya. Dan juga… tempat pengurungan iblis tua yang gagal disegel sempurna.”

Shuwan mempercepat langkahnya melewati pepohonan yang melengkung seperti tangan melambai. Di tengah hutan, tampak bangunan setengah runtuh dari batu putih dan pilar emas, kini tertutup lumut dan akar.

Di gerbang kuil, ia menemukan patung singa bersayap, dan di antara cakarnya tertulis kalimat kuno:

“Hanya yang membawa darah cahaya dan luka dunia yang dapat masuk.

Shuwan menekan tangannya ke dada, di mana kalung warisan ibunya—Permaisuri Jian—bergetar. Cahaya biru keperakan keluar dari permata tengahnya.

Gerbang kuil terbuka pelan, menghembuskan aroma dupa tua dan udara berlapis mantra.

Begitu masuk, Shuwan disambut bayangan-bayangan yang bergerak seperti kabut. Tapi mereka bukan musuh—mereka adalah roh penjaga kuil.

“Putri Cahaya,” bisik mereka serempak. “Akhirnya kau datang.”

Langkah Shuwan terhenti di tengah kuil, di mana altar kristal berdiri dikelilingi lingkaran sihir.

“Di sini tempatnya?” gumamnya.

Sebuah suara lembut menjawab dari kegelapan:

“Tempat di mana takdir bisa kau pilih… atau kau tolak.”

Dari balik pilar, muncul seorang perempuan tua berjubah putih keperakan, wajahnya dipenuhi tato suci.

“Aku Pendeta Elith. Penjaga terakhir kuil ini, Shuwan.”

Shuwan membungkuk hormat. “Aku datang untuk mencari tahu... dari mana semua iblis ini berasal. Dan bagaimana menghentikannya.”

Elith menatapnya dalam-dalam. “Kau sudah mulai bangkit sebagai Putri Cahaya, tapi kau belum tahu bahwa tak semua kegelapan berasal dari iblis.”

Shuwan mengernyit. “Apa maksudmu?”

Pendeta Elith menunjuk ke langit-langit kuil yang kini bersinar, menampilkan gambar ilusi—masa lalu dunia.

Tampak siluet para dewa dan manusia hidup berdampingan. Tapi satu manusia—berwajah tampan dan bermata emas—menolak tunduk. Ia mencuri cahaya dan menciptakan makhluk-makhluk dari kabut. Maka lahirlah Iblis Pertama.

Para dewa berperang, banyak yang gugur, termasuk Dewa Cahaya Pertama. Tubuhnya dipecah, dan jiwanya disebar ke dalam dua garis keturunan: naga dan manusia. Salah satunya... melahirkanmu.

Shuwan memejamkan mata. Hatinya bergemuruh.

“Aku adalah… bagian dari dewa yang gugur?”

“Lebih tepatnya, kau adalah pecahan jiwanya. Tapi tidak hanya kau,” kata Elith sambil tersenyum misterius. “Di ujung dunia salju, pewaris pecahan lain sedang bangkit. Bila kalian bersatu… cahaya sejati akan kembali.”

 

Di Utara - Istana Salju Aeryan

Feng Aoren berdiri di pelataran Istana Salju. Es di sekelilingnya tak membeku seperti biasanya, melainkan bergetar. Ia baru saja membuka segel tua dari kedalaman tanah beku.

“Ternyata ini... bagian dari jiwaku juga,” bisiknya.

Di hadapannya, berdiri makhluk putih bersayap perak—seekor Wyvern Cahaya Salju, makhluk pelindung suci yang hanya muncul pada pemilik garis cahaya sejati.

Wyvern itu menatap Feng Aoren dengan mata biru menyala, lalu bersujud.

"Selamat datang, Pewaris Salju dan Cahaya.”

 

Kembali ke Kuil Kabut Abadi

“Jadi... aku harus menemukan pewaris yang lain?” tanya Shuwan.

Elith mengangguk. “Bukan hanya menemukan. Kau harus menyatu dengannya dalam takdir, atau dunia ini akan ditelan malam abadi.”

Tiba-tiba, suara ledakan mengguncang kuil. Dinding-dinding retak. Dari luar, asap hitam mulai merangsek masuk. Phoenix Api dan Es langsung bersiaga.

“Elith!” seru Shuwan.

Pendeta tua itu menyentuh bahunya. “Lari, Putri Cahaya! Mereka telah menemukanmu!”

Kabut hitam menyerbu, dan dari dalamnya keluar makhluk tinggi berjubah merah darah dengan tanduk di kepalanya—salah satu Jenderal Kegelapan, tangan kanan Penguasa Iblis.

“Putri Cahaya... akhirnya aku menemukanmu,” gumam makhluk itu dengan senyum mengerikan.

Shuwan menarik pedangnya. “Kau telat. Aku sudah punya cukup informasi untuk membakar seluruh dunia iblismu.”

Makhluk itu tertawa keras. “Bicaramu besar, tapi kau masih sendiri.”

Tiba-tiba, serangan api dan es meledak dari dua sisi. Phoenix Api dan Es langsung menyerang. Pertarungan dahsyat terjadi di tengah reruntuhan kuil. Shuwan melesat dengan gerakan cepat, mengiris kabut dengan pedangnya.

Meski kuat, Jenderal Kegelapan itu mulai terdesak. Namun sebelum Shuwan bisa menghabisinya, makhluk itu tertawa dan menghilang ke dalam kabut, meninggalkan satu pesan:

“Kita akan bertemu di Gerbang Malam… bersama tuan kami.”

 

Kabut pagi belum sepenuhnya mengangkat ketika Shuwan berdiri di gerbang timur Kota Kekaisaran. Reruntuhan kuil telah ia tinggalkan, bersama pesan penting yang ia simpan di dalam hati: Gerbang Malam adalah kunci, dan Feng Aoren adalah pecahan cahaya lainnya.

Phoenix Api mengepakkan sayapnya, melayang rendah di atas bahunya. “Kau yakin mau ke wilayah utara-timur tanpa bala bantuan?”

Shuwan mengangguk pelan. “Aku tidak bisa menunggu. Semakin lama aku diam, semakin luas pengaruh iblis itu menyebar.”

Phoenix Es mendarat di bahunya yang lain. “Dan kau belum pernah ke daerah itu. Di sana, kekuasaan kekaisaran hanya nama. Banyak pemimpin lokal tunduk pada bayangan.”

Shuwan memandang langit. Di matanya, pantulan dua bulan yang menggantung seperti pertanda. “Kalau mereka tunduk pada bayangan, aku akan menyalakan cahaya di tengah mereka.”

Ia menaiki kudanya dan menatap lurus ke jalan panjang yang berliku. Di balik cakrawala, takdir menanti—termasuk seseorang yang belum ia tahu sedang berjalan dari arah berlawanan.

Bersambung

1
Sribundanya Gifran
lanjut up lagi thor
Ayudya
ayo shuwan jangan mau di pedaya bayangan hitam yg akan menghancurkan dunia
𝓔𝓵𝓵𝓮
himpun kekuatan sebanyak mungkin untuk mengalahkan kegelapan dalam kejahatan
𝓔𝓵𝓵𝓮
pertemuan tanpa kata tapi penuh akan syarat makna
Sribundanya Gifran
lanjut up lagi thor
Tiara Bella
aku mampir wahhhh seru kynya ceritanya
Ayudya
dan akhirnya mereka bersatu semangat shuwan ada pelindung yg datang padamu
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Aaahhh raja hutan yg malang
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Ikutin alurna ajalah
davina aston
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Wahyuningsih
q penasarn thor siapa musuh sebnarnya jgn2 orang terdekat d tnggu upnya yg buanyk n hrs tiap hri thor sellu jga keshtn 💪💪💪💪💪💪💪💪
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut
𝓔𝓵𝓵𝓮
semoga shuwan cepat bertemu dengan aroen
Santy Susanti
lanjuuuuuut💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻
Sribundanya Gifran
lanjut up lagi thor
𝓔𝓵𝓵𝓮
bisa jadi kekuatan kegelapan adalah seseorang yang shuwan kenal
𝓔𝓵𝓵𝓮
hanya takdir yang mempertemukan dan menentukan jalan mereka
𝓔𝓵𝓵𝓮
misteri kelam yang harus shuwan pecahkan dan basmi sampai ke akar akar nya
𝓔𝓵𝓵𝓮
bener bener terharu dengan perjuangan ibu dan anak ini 🥺
𝓔𝓵𝓵𝓮
tumpas kegelapan yang jahat putri cahaya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!