NovelToon NovelToon
Istri Siri Mas Alendra

Istri Siri Mas Alendra

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Duda / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:26.3k
Nilai: 5
Nama Author: fitTri

Istriku menganut childfree sehingga dia tidak mau jika kami punya anak. Namun tubuhnya tidak cocok dengan kb jenis apapun sehingga akulah yang harus berkorban.

Tidak apa, karena begitu mencintainya aku rela menjalani vasektomi. Tapi setelah pengorbananku yang begitu besar, ternyata dia selingkuh sampai hamil. Lalu dia meninggalkanku dalam keterpurukan. Lantas, wanita mana lagi yang harus aku percaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fitTri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gigitan Tirta

🌸

🌸

Alendra hampir saja kembali ke kamarnya saat mendengar tangisan Tirta. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam ketika dia melihat jam tangannya. Pria itu bergegas membelokkan langkah menuju pavilun belakang untuk memeriksa karena merasa khawatir jika terjadi sesuatu pada anak asisten rumah tangganya tersebut.

“Asyla, kenap—” Hampir saja Alendra mengetuk pintu saat di detik berikutnya mendengar Asyla merintih.

“Sakit, kan ‘nen Ibu. Kamu nakal!” katanya, “aduh, ini kalau berdarah gimana? Kenapa gigit-gigit terus?” Wanita itu berujar, sementara Alendra tertegun di depan pintu.

“Nggak mau, ah. Sana! Nggak akan Ibu kasih ‘nen lagi.” Lalu tangisan Tirta terdengar bertambah kencang, bersamaan dengan pintu yang tiba-tiba saja terbuka.

“Bapak ngapain?” Asyla yang wajahnya hampir saja menabrak dada pria itu menahan langkah.

“Umm … ehm ….” Dengan susah payah Alendra menelan ludah, lalu dia berdeham. Entah kenapa tenggorokkannya tiba-tiba saja terasa kering, dan debar-debar di dadanya terasa mulai menggila. Menatap keadaan Asyla yang lain dari biasanya.

Rambut panjangnya sedikit berantakan dan matanya yang tampak sayu seperti orang yang baru saja bangun tidur. Belum lagi Asyla yang hanya mengenakan daster batik selutut bermotif bunga yang tempo hari dia belikan, yang ternyata mengekspose lekukan di tubuhnya.

Bagian lehernya yang sedikit rendah membuat bagian atas dadanya hampir terekspose. Lengan pendeknya juga membuat area itu yang biasanya tertutup kini dapat dilihat dengan mudah. Jangan lupakan lehernya yang jenjang ketika dia meraup rambut berantakannya untuk digulung, malah menambah debaran di dada makin menggila.

“Bapak butuh apa?” tanya wanita itu setelah membenahi penampilannya di depan sang majikan.

“Butuh ka-, eh maksud saya Tirta kenapa?” Alendra menggelengkan kepala saat sesutu melintas di otaknya. Dia sedikit memanjangkan leher untuk melihat ke dalam kamar asisten rumah tangganya itu.

“Oh, nggak apa-apa.” Lalu Asyla merapatkan pintu.

“Tapi dia menangis.”

“Tadi habis saya cubit hidungnya.”

“Kenapa kamu cubit? Kan kasihan!”

“Habisnya dia gigit pu—” Asyla buru-buru menutup mulut dengan tangannya. Hampir saja dirinya mengatakan hal yang tidak sopan.

“Apa yang dia gigit?” Namun Alendra tampak penasaran.

“Itu … Eee ….” Sedangkan Asyla menggaruk kepalanya yang tak gatal. Apa harus dijelaskan? Tapi rasanya ini memalukan!

“Kenapa Tirta kamu cubit? Itu jahat sekali. Kamu tidak tau dampaknya nanti kalau dia sudah besar karena mendapatkan kekerasan seperti itu!” Alendra misuh-misuh.

“Kekerasan apa, Pak? Itu cuma cubitan kecil!”

“Tapi dia sampai menangis.”

“Mungkin kaget, kan saya cubitnya di hidung.”

“Tetap saja. Kamu ibu yang jahat!”

“Jahat Bapak bilang?” Suara dua rang itu semakin meninggi.

“Ya.”

“Kenapa Bapak bisa bilang kalau saya ini ibu yang jahat?”

“Lalu apa sebutannya untuk seorang ibu yang tega mencubit hidung anak balitanya?” Alendra bahkan mulai membentak.

“Bapak bilang gitu karena nggak ada di posisi saya.”

“Tidak harus ada di posisi yang sama untuk mengatakan kebenaran, karena pada faktanya perbuatanmu memang seburuk itu, Asyla!”

“Terus memangnya Bapak tau gimana caranya biar Tirta berhenti menggigit?”

“Ya tinggal bilang jangan, lalu beri dia penjelasan. Gampang, kan?”

“Tirta itu baru satu tahun, mana bisa dia dikasih penjelasan? Kalaupun bisa, mungkin udah dari kemarin-kemarin dia nggak gigit saya.”

“Perkara digigit saja kamu sampai bikin anakmu menangis kencang begitu. Memangnya dia drakula? Kamu sampai terluka parah?”

“Tapi ini sakit, Pak!” Mereka saling berteriak.

“Memangnya gigi balita setajam apa sampai membuatmu kesakitan? Seperti gigi hiu?”

“Bukan giginya, tapi yang dia gigit yang bikin sakit.”

“Memangnya apa yang dia gigit? Telinga? Tangan? Jempol kaki?”

“Put*ing saya yang dia gigit waktu menyusu, makanya sakit!” Akhirnya Asyla mengatakannya juga yang seketika membuat Alendra bungkam.

“Bapak nggak tau rasanya sesakit apa waktu giginya yang kecil itu gigit-gigit put*ng sus* saya. Kayak lagi disayat-sayat sama silet. Rasanya sakit, perih sama ngilu. Itu baru sebelah. Belum yang sebelahnya lagi dia mainin pakai tangannya. Dicubit-cubit, ditarik dan direm*s-remas.”

“Stop!!” Alendra menggeram. Di kepalanya terbayang bagaimana adegan itu terjadi sehingga membuat Asyla merintih kesakitan. Mungkin memang sesakit itu.

“Dan itu baru hari ini, belum kemarin-kemarin dan besok-besok lagi. Bisa nggak Bapak bayangin kalau jadi saya?”

“Stop, Asyla! Kenapa kamu teruskan?”

“Soalnya Bapak nggak ngerti waktu saya jelaskan!”

“Kamu ini ….” Pria itu menggantung kata-katanya. Lalu dia melengos meninggalkan sang asisten rumah tangga yang masih tampak emosi.

***

Keadaan di pagi hari terasa hening. Tidak ada pertanyaan memasak apa, atau membuatkan bekal apa karena asisten rumah tangga dan majikannya itu tampak canggung.

Sepertinya perdebatan semalam menyisakan perasaan yang lain di antara mereka, terutama Alendra. Dia benar-benar merasa malu setiap kali mengingat itu. Menjadikannya tak banyak bicara sejak turun dari kamarnya beberapa saat yang lalu.

“Hati-hati, kopinya masih panas.” Namun Asyla tetap melayaninya seperti biasa. Menyeduhkan kopi, membuatkan sarapan, dan menyiapkan bekal untuknya.

“Iya, terima kasih. Ehm ….” Alendra menarik cangkir tersebut lalu meniup uapnya agar panas cairan di dalamnya berkurang. Kemudian menyesapnya dengan pelan dan hati-hati.

Rasanya seperti biasa nikmat sekali, membuat suasana hatinya yang semula kesal berangsur membaik.

“Saya buatkan nasi kepal untuk bekal Bapak. Isinya ada daging cincang dan ikan salmon. Cuci mulutnya salad buah. Semoga Bapak suka.” Asyla merasa ada yang kurang jika dia tak memberi tahu soal bekal buatannya kepada sang majikan, sehingga meskipun  masih merasa kesal karena peristiwa semalam, dia menekan egonya juga.

“Iya, terima kasih. Rasanya pasti enak.” Alendra menjawab.

“Belum tentu, karena ini pertama kalinya saya bikin itu.” Wanita itu dengan suara ketus.

“Lihat di majalah lagi?” Sedangkan Alendra terus menanggapi.

“Iya, memangnya di mana?”

“Di youtube banyak.”

“Malas nonnton tivi nya, harus sambil santai. Kerjaan saya ‘kan banyak.”

Alendra terdiam.

“Saya ke belakang dulu.” Wanita itu hampir saja memutar tubuh tetapi Alendra buru-buru meraih pergelangan tangannya sehingga dia berhenti.

Asyla menatap tangan besar itu. Rasanya hangat menjalar sampai ke atas dan itu membuatnya terdiam untuk beberapa saat.

“Maaf.” ucap Alendra yang membuat Asyla menatapnya.

“Maaf kalau ucapan saya semalam membuatmu tersinggung. Sumpah, saya nggak tau kalau rasanya sesakit itu.”

Wanita itu mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Belum pernah ada seseorang meminta maaf seperti itu padanya untuk sesuatu yang rasanya tidak penting juga untuk diperdebatkan. Dan mengapa pula semalam mereka berdebat? Entahlah, sepertinya ada yang aneh di sini.

“Semalam saya hampir nggak bisa tidur karena kita berdebat.” Alendra tertawa, mengingat kembali betapa dirinya begitu gelisah saat hendak pergi tidur dan hampir kembali ke lantai bawah untuk memeriksa keadaan. “Aneh sekali rasanya. Lagian, kenapa juga kita berdebat, ya?”

Perlahan, senyum Asyla pun terbit. Dan itu adalah senyum termanis yang Alendra pernah lihat dari sang art sejak dia bekerja dengannya.

“Benar, kenapa kita berdebat cuma gara-gara masalah Tirta yang gigit put*ng saya?”

“Stop, jangan katakan itu lagi!” Rasanya Alendra risih sekali, sedangkan Asyla tertawa sambil menutup mulutnya dengan tangan.

“Kenapa mulut saya jadi nggak sopan, ya? Hahaha.” 

“Tidak tau, kenapa bisa begitu?”

“Habisnya Bapak yang mulai.”

“Kamu yang duluan.”

“Kalau Bapak nggak tanya ya saya nggak bilang gitu.”

“Habisnya kamu bikin penasaran.”

Lalu keduanya terdiam dengan tangan yang masih saling menggenggam. Ini aneh sekali, sebagai art dan majikan, kenapa sepertinya ada yang berbeda?

“Umm ….”

“Bu, diyi, Bu!!” Lalu panggilan Tirta menyadarkan mereka. Anak itu merangkak dari tempat duduknya, lalu perlahan dia seperti ingin bangkit.

Kedua tangannya menahan bobot tubuh di lantai sementara kakinya yang semula terlipat mulai merenggang. Pantatnya perlahan naik lalu dia berusaha menegakkan diri. Tirta sedang belajar berdiri sendiri.

“Tirta!” Asyla yang menatapnya merasa berdebar, dan tanpa sadar genggaman tangan Alendra pun terlepas seiring pria itu yang juga bangkit dari duduknya.

“Mbuu, diyi.” Walau sedikit oleng tapi anak itu berusaha tetap berdiri, dan sambil menepuk-nepukkan tangannya dia tertawa riang.

“Mbu, Ta diyi, Mbu!!” katanya lagi yang segera Asyla pahami.

“Tirta, ayo Nak!” Dia berlutut sambil merentangkan tangannya. 

Rasa bahagia tak terkira meluap-luap di dada saat melihat putranya bisa berdiri sendiri. Yang paling membuatnya gembira adalah ketika Tirta menggerakkan sebelah kakinya, dan itu merupakan langkah pertamanya. 

“Sayang!!” Asyla hampir saja menangis. Ini adalah hal yang dia nantikan selama ini setelah Tirta melewati beberapa fase semenjak kelahirannya.

“Mbu … haha … mbuuu!!” Anak itu kembali menggerakkan sebelah kakinya yang lain sehingga menciptakan langkah sempurna, meskipun akhirnya dia terhuyung dan hampir tumbang juga jika Alendra tak segera menangkapnya.

“Hey, kamu bisa jalan!!” katanya, tak kalah riangnya dengan Asyla.

“Hehe, jalan. Bapak, jalan!” katanya yang memeluk tangan Alendra erat-erat.

Asyla merangkak menghampiri mereka, lalu dia memeluk Tirta erat-erat. “Akhirnya kamu jalan juga, Nak!” katanya dengan tangis dan tawa yang muncul bersamaan.

“Tirta bisa jalan, Pak!!” ujarnya kepada Alendra yang direspon dengan anggukkan. Lalu tanpa sadar pria itu segera memeluk mereka berdua dengan rasa bahagia yang membuncah.

🌸

🌸

Kok berasa kek keluarga ya? 🤭🤭

Ayo genks bantu up

penuhin like sama komen biar tercapai retensi nya dan aku dapat penghasilan.

Alopyu sekebon😘😘

1
Dzulfan Ahlami
cie cie akuh GK rela kamu disuruh2 sama aku juga gak mau 🤪🤪🤪love love ah kang duda sekebon pisang
rahmalia maricar
suruh masuk lagi syla nya mas Ale,, jangan sampe disuruh² sama orang laen apalagi ama si listy,, ga rela pokokna
rahmalia maricar
ini si ulet bulu ngapain lagi sih kegatelan banget nyari mas Ale smpe ke paviliun segala tibang nyari gula,, sok bossy lagi bakar² pake minta dibantuin,, dikasih numpang taun baruan juga harusnya udah sukur jgn ngelunjak 😏😏
Al fathiya
ya ampun... udah sedekat itu adek bayik sama si bapak, gimana nanti tanggapan teman-teman bapak Ale ya
Ratu Tety Haryati
Terima kasih Upnya, Teh Fit🥰🥰🙏

Kekecewaan Ale akibat pengkhianatan sedikit demi sedikit mulai terkikis dengan kehadiran, Syla dan Tirta.
Djuniati 123
lahhh udah pantes tuh jd Bpk mas ale😁
𝐙⃝🦜尺o
jadi bapak beneran buat Tirta aja pak ale
Annie Gustava
dan bunga2 pun mulai bersemi ya pak ale. duh tirta knp ngomongin nen depan bapak seh, kan jd salting
aurel chantika
tolong ya Tirta kalau Bilang nen jangan didepan pak ale ntar dia pingin juga nen 🤣🤣🤣🤣
Mammi Rachmah
Bapak Al dgr kta Nen lngsng traveling, jdi nya lngsng ngjk Tirta maen pswat tempur 😂 Mak fit kurang nih bacanya bntar amat y double up. dong😘🤭
Ruwi Yah
setiap kali mendengar tirta bilang nen otak kamu udah traveling ya pak duda
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
Ale udah cocok jadi bapak
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
Ale langsung aja ngajak main Tirta begitu denger Tirta ngerengek minta nen🤣🤣
takut jantung gak aman lagi ya Le
Rose Dee
lanjuuutt mak
buracitooo
Mas Ale simulasi jadi bapaknya Tirta.
nanti Asyla beres² rumah, Mas Ale ngasuh Tirta..
Dzulfan Ahlami
bapak maneger udah Spil Spil jadi bapak latihan ya nanti klu udah sah udah pinter ngemong anak Ama ibu ya🤭🤭🤭
Endang Priya
si bapak kala dengar kata nen. mendadak oleng dan tegang rupanya. saling mengisi kekosongan satu sama lain. Tirta dan bapak Ale.
rahmalia maricar
mendadak panik denger kata nen ya mas Ale 😅😅😅
rahmalia maricar
Kata nen bikin mas dude jadi traveling 🤣🤣😂😂
Attaya Zahro
Penasaran ma apa yang akan terjadi di minggu depan 😁😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!