menceritakan tentang kisah dyah suhita, yang ketika neneknya meninggal tidak ada satupun warga yang mau membantu memakamkannya.
hingga akhirnya dyah rela memakamkan jasad neneknya itu sendirian, menggendong, mengkafani, hingga menguburkan neneknya dyah melakukan itu semua seorang diri.
tidak lama setelah kematian neneknya dyah yaitu nenek saroh, kematian satu persatu warga desa dengan teror nenek minta gendong pun terjadi!
semua warga menuduh dyah pelakunya, namun dyah sendiri tidak pernah mengakui perbuatannya.
"sudah berapa kali aku bilang, bukan aku yang membunuh mereka!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tegang
"Tapi mas. Bagaimana caranya kita menyebrangi danau itu? Sedangkan danaunya sangat luas!" Tanya dyah pelan, suaranya yang lembut membuat rizky berhenti sejenak.
Rizky berbalik menatap wanita yang baru saja menjadi istrinya.
"Dengar, kamu tunggu di tebing ini, pastikan warga tidak akan sampai ke sini, mas akan buat rakit kecil kecilan, supaya kita bisa menyebrang.." ucap rizky sembari memegangi kedua pundak dyah.
Dyah mengangguk mengerti. Lalu membiarkan suaminya turun ke pinggir danau untuk membuat rakit dari bambu di pinggirannya.
Mata dyah terus mengedar, telinganya ia pasang dengan begitu tajam, untuk memastikan kalau tidak ada suara riuh dari warga.
Tanganya gemetaran karena gerimis yang turun telah berganti dengan hujan. Rasa takut bersatu dengan rasa dingin yang menjadi jadi. Baju kemeja bunga bunganya yang di padukan dengan kain jarik, sudah basah kuyup.
Rambut hitam panjangnya mengalirkan air yang membuat bibirnya memucat.
Di bawah sana tampak rizky tengah sibuk memotong bambu. Dia yang sudah terbiasa mencari bambu untuk kandang dan pagar, tidak lagi kesulitan memilih bambu yang kecil namun memiliki usia yang tua.
Kebetulan tak jauh dari rumpun bambu itu, terdapat kayu yang kulitnya bisa di gunakan untuk tali. Warga desa biasanya menggunakan kulit kayu itu untuk mengikat pondok atau ketika membuat tenda untuk hajatan.
Dyah menatap ke arah suaminya, dan melihat suaminya masih sibuk menyusun bambu itu, sebelum akhirnya nanti di rakit dan di ikat.
Seketika itu juga kembali terdengar suara riuh dari warga, yang membuat bola mata dyah membulat.
"Astagfirullah haladzim, bagaimana ini!" Tanya dyah pada dirinya sendiri, "mas, mas rizky!" Panggilnya sedikit berbisik.
Sayangnya derasnya suara hujan tidak membuat rizky mendengar suara dyah, yang posisinya ada di atas.
Dyah kembali menajamkan telinganya, kemudian melihat ke arah sumber suara yang suaranya masih tidak terlalu jelas.
Terlihat ada pergerakan kaki, tak jauh dari dirinya yang saat ini tengkurap.
"Kata nenek, kalau mau mendengar suara langkah kaki seseorang yang letaknya tak jauh, tempelkan telinga di tanah. Pejamkan mata dan rasakan dengan hati.." dyah mengingat pesan neneknya dulu.
Lekas ia mempraktekan apa yang dia ingat, dengan menempelkan telinga yang basah. Ia memejamkan mata, sembari menutup sebelah telinganya yang mengadah ke atas.
Dengan demikian dyah benar benar bisa mendengar suara langkah kaki orang orang itu.
"Astagfirullah, sepertinya mereka sudah dekat. Suaranya saja jelas sekali!" Gumam dyah dengan panik.
Ia lekas turun ke bawah menyusul rizky yang masih berusaha fokus meski tanganya sudah mulai pucat.
"Mas, mereka datang! Mereka tak jauh, dyah dengar suara langkah kakinya!" Ucap dyah yang membuat rizky terkejut.
"Kamu beneran, yah?" Tanya rizky memastikan.
"Beneran mas! Ini bagaimana? Rakit belum jadi, dan mereka sudah hampir sampai!" Teriak dyah yang mulai gemetaran karena dingin serta rasa takut.
Rizky memutar otak. Bagaimana agar para warga tidak menemukan dirinya, sedangkan rakit yang ia buat belum jadi.
Sreeekk! Sreeekkk!
Terdengar riuh suara langkah kaki dari atas sana, membuat sepasang suami istri yang sedang berfikir itu kelabakan.
"Sembunyi yah!" Ucap rizky sembari menarik tangan dyah menjauh dari pinggir danau. Tangan sebelahnya tak lupa menarik tas yang mereka bawa.
Rizky mengajak dyah sembunyi di balik pohon yang tak seberapa besar. Letaknya persis di pinggir danau.
"Mas rizky sumpah di sini ndak aman, mas. Mereka pasti akan menemukan kita!" Bisik dyah yang panik, karena sebagian tubuh rizky terlihat dari balik pohon. Sedangkan beberapa orang itu sudah berada di pinggir danau tempat rakitnya itu berada.
"Kamu sudah pernah nahan nafas agak lama?" Tanya rizky dan di balas gelengan dari dyah.
"Belum pernah sih mas.."
"Kalau begitu kita coba sekarang!" Ucap rizky sembari menarik tangan dyah masuk ke dalam danau, dyah yang terkejut tak sempat mengambil nafas dalam dalam.
Sedangkan beberapa warga yang berada di pinggir danau itu, kini sudah tiba di tempat persembunyian rizky, tepat beberapa detik sebelum mereka menceburkan diri.
"Sepertinya mereka sudah tak ada!" Ucap salah satu warga itu.
"Nggak mungkin, jelas di sini ada rakit yang belum jadi. Pasti mereka masih ada di sekitar sini!" Sergah satu warga lainnya.
"Kalau begitu, balik nanti saja kalau sudah terang. Ini hujannya lebat sekali, aku ndak tahan!" Timpal warga lainnya.
Salah satu warga yang kekeh mengatakan kalau rizky dan dyah yang ada di sini itu, sedikit kesal. Ia berkacak pinggang, matanya menelisik menatap ke adaan sekitar.
Sedangkan di bawah air danau, dyah mulai tidak tahan. Matanya memerah dengan pipi menggelembung dan kepala yang menggeleng geleng.
Rizky memberik isyarat tangan, untuk dyah tahan sebentar, tetapi sepertinya dyah sudah sangat tidak tahan. Dia beberapa kali sudah meminum air danau itu, untung saja hujan turun cukup deras, membuat permukaan air danau tidak terlalu tampak kalau ada pergerakan di bawahnya.
Dyah mengangkat kedua tangannya, sudah tidak kuat dengan keadaan. Sedangkan beberapa warga masih belum pergi dari sana.
Karena dyah yang mulai kehingan keseimbangan, rizky akhirnya menarik tubuh dyah mendekat ke arahnya.
Dengan mata yang menatap tajam ke arah dyah, rizky memejamkan mata sembari menempelkan bibirnya ke bibir dyah.
Dyah yang terkejut dengan apa yang di lakukan rizky, hanya bisa melotot tidak percaya. Merasakan nafas yang di berikan rizky melalui mulutnya.
Dengan begitu rizky dan dyah bisa menahan diri di bawah air danau beberapa detik lagi. Hanya beberapa detik!
"Huaaaffttt!" Dyah menarik nafas dalam, setelah keluar sari danau. Rizky mendorongnya dari belakang. Memberi dia ruang untuk melegakan paru paru.
Setelah memastikan dyah duduk di pinggiran. Rizky juga ikut keluar dari air, nafasnya tersenggal senggal sampai sampai ia tergeletak di atas rumput pinggir danau.
"Hah! Lega sekali!" Ucapnya yang membuatnya langsung di bekap oleh dyah.
Posisi tubuh dyah setengah tertunduk ke badan rizky. Membuat matanya saling bertemu dengan sorot kilat yang menyambar.
Setelah beberapa detik dyah lekas bangun. Merasakan sesuatu yang berdenyut dari dalam dadanya.
"Maaf, maksud dyah tadi, jangan berisik. Siapa tahu mereka dengar dan balik lagi.." ucap dyah gelisah.
"Hehe, maaf. Mas cuma merasa lega." Jawab rizky.
Ia segera bangkit mengulurkan tangan kepada dyah. Memintanya untuk bangkit dari duduknya juga.
Dyah menggenggam tangan rizky juga, kemudian ikut berdiri di samping pria itu.
"Mas akan kembali membuat rakit, kamu awasi daerah sekitar lagi ya. Jangan sampai mereka kembali, kalau nanti hujan reda." Ucap rizky sembari berjalan kembali me rakitnya yang tadi belum sempat ia selesaikan, karena ada beberapa warga yabg datang.
***
selamat siang gais, selamat membaca dan semoga selalu terhibur. jangan lupa tinggalkan jejak komen dan like yang buaanyak ya, supaya menambah semangat author ngetiknya.
pasti uwak yanto pelakunya
thor upny cmna 1 sih bikin penasaran aja
semangat ya thor...
aku ya pengen kalau diah tiba² di kuasai sama dayu...tapi nnti ya makin runyam 🤭
klau siska tau makin ngomporin warga dia