Selama 4 tahun lamanya berumah tangga, tak sedikit pun Naya mengecap keadilan.
Hidup satu atap dengan mertua begitu menyesakkan dada Naya, dia di tuntut sempurna hanya karena dia belum bisa memberikan keturunan. Di sepelekan, di olok-olok oleh mertua dan juga iparnya. Sang suami cuek dengan keluh kesahnya, bahkan dengan teganya ia menikah kembali tanpa meminta izin dari Naya selaku istri pertama.
Daripada di madu, Naya lebih baik mengajukan gugatan perceraian. siapa sangka setelah ketuk palu, dirinya ternyata sudah berbadan dua.
Bagaimana kehidupan yang Naya jalani setelah bercerai, akankah dia kembali pada mantan suaminya demi sang buah hati?
"Jangan sentuh anakku! Berani menggapainya itu sama saja dengan mempertaruhkan nyawa." Naya Suci Ramadhani.
Woowww... bagaimana kah karakter Naya? apakah dia lemah lembut? atau justru dia adalah sosok perempuan yang tangguh.
Yuk, simak ceritanya jangan sampai ketinggalan 👉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedekatan Arzan
Beberapa bulan telah berlalu.
Khalisa sudah berusia satu tahun, Naya sudah membuka toko kue dan memiliki 5 karyawan yang bekerja padanya. Lokasi tokonya berada di dekat perusahan Fernando alias perusahaan yang di pimpin oleh Arzan. Setiap jam makan siang Arzan selalu menyempatkan waktunya ke toko Naya demi bertemu Khalisa, Khalisa bagaikan obat untuk Arzan dimana pikirannya jauh lebih tenang dan sejauh ini Arzan sudah berhenti konsultasi ke psikiater serta berhenti konsumsi obat penenang.
Satu hal yang masih menjadi pertanyaan Arzan, ia belum juga menemukan siapa dalang dari balik kematian Karina. Tidak ada jejak sama sekali, seakan semuanya terkubur rapi.
Saat ini Arzan pulang lebih cepat. Kakinya berjalan masuk ke dalam toko dan mencari Khalisa, Naya yang sedang sibuk melayani pelanggan pun mengalihkan tatapannya.
"Nay, cewek gue mana?" Tanya Arzan pada Naya.
"Dasar cowok gak eling! Anak gue masih kecil ya, jangan mengada-ngada." Protes Naya.
"Kangen berat gue, kemarin kagak ketemu sama bocah demplon." Ucap Arzan.
"Khalisa ada di ruangan gue sama Rhea, coba cek aja kesana." Ucap Naya.
Arzan pun pergi begitu saja, ia tak sabar bertemu dengan bayi umur satu tahun yang menjadi salah satu penyemangat hidupnya. Naya pun tak mempermasalahkan kedekatan Arzan dan anaknya, toh mereka juga berteman dengan baik dan saling membantu satu sama lain.
Arzan tak datang sendiri, ia datang bersama sahabat dari kecilnya yakni Galaxy yang tengah duduk di kursi sambil memainkan ponselnya.
Tangan Arzan menarik pintu ruangan Naya, ia langsung nyelonong masuk begitu saja namun, tubuhnya langsung membeku melihat pemandangan yang tak seharusnya ia lihat. Arzan membalikkan tubuhnya, matanya mengerjap-ngerjap seperti anak kecil.
"Astaga! Mata gue ternodai." Gumam Arzan.
Jantung Arzan berdetak lebih kencang, ia hendak kembali keluar namun suara rengekan Khalisa membuat langkahnya terhenti.
Rhea dan Egi langsung merapikan pakaiannya begitu mendengar suara Khalisa, keduanya terkejut kala melihat sosok pria yang berdiri membelakangi keduanya.
"Rapikan kancing bajumu, Rhe." Titah Egi.
Rhea lantas mengancingkan kemeja atasnya yang terbuka, wajahnya bersemu merah dan salah tingkah.
"Ekkheemmm." Egi berdehem untuk menetralkan degup jantungnya yang merasa kepergok oleh orang lain.
Tubuh Arzan berbalik kala mendengar deheman Egi, Khalisa yang melihat bestienya pun langsung meminta turun dari box bayi.
"M-Maaf, aku tak bermaksud mengganggu waktu kalian, aku hanya ingin bertemu si demplon." Arzan kikuk di hadapan pasutri yang baru menikah satu bulan yang lalu itu.
"T-Tidak a-apa." Jawab Egi merasa malu setengah mati.
"Pap..paapp.. Paaa..." Khalisa merangkak kearah Arzan, sontak celotehan Khalisa pun membuat para orang dewasa disana terpaku.
Arzan berjongkok sambil merentangkan tangannya, Khalisa pun berdiri di bantu oleh Arzan.
"Om kangen banget sama demplon." Ucap Arzan sambil menghadiahkan banyak kecupan di wajah Khalisa sampai si bayi terkikik geli.
"Hahahaha, paapp.. Paappp..."
Rhea dan Egi saling menatap. Bukankah mereka beruda mendengar Khalisa memanggil Arzan Papa, apakah anak sekecil Khalisa menganggap Arzan sebagai sosok Papanya.
"Om, aku bawa si demplon dulu ya. Gak jauh-jauh kok, tadi udah bilang juga sama Naya." Ucap Arzan.
"A-ah, i-iya." Jawab Egi gugup.
Selepas kepergian Arzan. Rhea memukul lengan Egi pelan, ia sungguh malu sekarang karena kepergok oleh Arzan. Tadinya Rhea di minta menemani Khalisa yang tertidur di sofa, Egi menyusul istrinya ke toko kue karena memang keduanya ada janji untuk menjemput Seni dari tempat Rehabilitasi. Karena Khalisa tidur, Egi melancarkan aksinya dengan mendekati istrinya dan bertingkah seperti anak kecil yang meminta s*s*, tentunya Rhea dengan senang hati memberikannya toh mereka sudah suami istri tetapi, Egi lupa mengunci pintunya dan berakhir malu.
"Kamu sih, kenapa pintunya gak di kunci?" Omel Rhea.
"Ya maaf. Maklum dah tua jadinya lupa." Jawab Egi.
"Aduh, malunya." Rengek Rhea sambil menangkup wajahnya.
"Udah gapapa, lagian kita kan udah sah jadi suami istri jadi ngapain malu? Mending kita jemput Seni saja, mumpung Khalisa ada yang jagain." Ucap Egi.
"Kalau Naya kerepotan gimana? Khalisa gak ada yang jagain." Bingung Rhea.
"Jarak ke tempat Rehabilitasi kan gak jauh, sayang." Ucap Egi lagi.
"Yasudah, ayo kita pergi." Rhea pun sedikit merapikan rambutnya dan juga menyambar tasnya.
Hari ini Egi dan Rhea akan menjemput Seni yang sudah bisa di pulangkan. Alasan Egi membawa Seni ke pusat Rehabilitasi karena beberapa teman Seni melaporkan bahwasannya Seni sudah mengkonsumsi beberapa kali obat terlarang. Atas laporan dari teman Seni, Egi langsung bertindak mengurus putrinya dan ia akan mengurus segala sesuatunya.
Rhea dan Egi berpamitan kepada Naya. Setelah itu, mereka berdua pun berjalan melewati meja para pengunjung. Saat melewati meja dimana Arzan dan Galaxy mengajak Khalisa bermain, Egi berhenti sejenak melihat interaksi Arzan yang terlihat sayang sekali pada Khalisa. Beberapa kali Khalisa tertawa di buatnya, sampai pengunjung yang lain pun ikut tertawa.
"Memang senyaman itu Khalisa kalau sudah bersama bestienya." Ucap Rhea.
'Bolehkah aku berharap kalau Arzan berjodoh dengan Naya? Aku sendiri tahu bagaimana rasanya hidup tanpa ayah, suatu saat nanti Khalisa pun pasti menanyakan keberadaan ayahnya' Batin Egi.
"Ayo. Kasihan Seni kalau kita telat menjemputnya." Rhea melingkarkan tangannya di lengan Egi, mereka berdua pun keluar dari toko tersebut.
"Gemoy banget sih kamu, nak!" Arzan memainkan pipi tembem Khalisa dengan begitu gemasnya.
Khalisa hanya tertawa melihat ekspresi Arzan, sedangkan Galaxy diam-diam merekam kedekatan Khalisa dan sahabat dari oroknya.
"Lu udah cocok jadi bapak, Zan." Celetuk Galaxy.
"Muka gue udah setua itu ya?" Tanya Arzan.
"Kagak juga sih, bukannya lu gak suka sama anak kecil ya selain sama adek loe? Si Bumi aja lu ajak ribut terus, sedangkan nih bayi cewek lu uwel-uwel terus. Gue liatnya jadi kayak loe itu bapaknya." Jawab Galaxy.
"Orang yang nungguin dia brojol aja gue, sampe tangan gue di tarik-tarik di cakar sama emaknya." Ucap Arzan.
"Jadi, yang loe ceritain itu anak ini?" Tanya Galaxy memastikan.
Arzan menganggukkan kepalanya. Hp Arzan berbunyi, ia memeriksa siapa yang memanggilnya dan di layar tertulis nama ibunya 'Emak'. Saat Arzan menjawab telpon ibunya, nampak Khalisa berusaha merebut benda pipih itu dari tangannya.
"Sebentar demplon, ibu negara telpon nih." Ucap Arzan berusaha menjauhkan wajahnya dari tangan Khalisa.
"Sini, biar gue pegang anaknya." Ucap Galaxy mencoba mengambil Khalisa dari tangan Arzan, tetapi bocah itu malah merapatkan tubuhnya sebagai pertanda kalai ia tak mau Galaxy gendong.
"Yuk, sama om dulu ya." Bujuk Galaxy.
Khalisa tetap kekeh tak mau, tangannya memeluk leher Arzan sambil berdiri di paha saking tak mau di gendong oleh Galaxy.
Panggilan pun berakhir, Arzan memeluk tubuh Khalisa yang mana wajahnya memperlihatkan kalau ia akan menangis.
"Belum kenal sama loe, Gal. Jadinya dia gak mau, emang tipikal anaknya gak gampang akrab gitu." Ucap Arzan.
"Lengket banget sama loe." Ucap Galaxy salut melihat kedekatan Arzan dengan Khalisa.
"Nyokap malah nyuruh gue bawa si demplon ke rumah, gue izin ke Naya dulu ya." Ucap Arzan.
Galaxy menganggukkan kepalanya. Arzan menyimpan Khalisa di pangkuannya, nampak Naya baru saja beres melayani pembeli.
"Nay, gue izin bawa Naya ke rumah ya? Tadi Mama telpon katanya mau ketemu sama Khalisa, loe juga lagi sibukkan? Biar gue aja yang jagain sampe loe beres gue balik lagi bawa nih bocah." Izin Arzan.
"Emang loe gak kerja? Kalo Khalisa ngerepotin loe gimana?" Tanya Naya yang sedikit keberatan karena takut Arzan memiliki urusan penting.
"Aman, kerjaan gue udah kelar semua kok tenang aja. Jadi, boleh gak nih?" Tanya Arzan lagi.
"Em, boleh deh. Lagian Rhea sama Pap juga lagi keluar, hari ini aja ada banyak pesanan kue yang belum gue bikin." Naya mengizinkan Arzan membawa putrinya, lagi pula Arzan adalah pria yang jujur dan memang sudah beberapa kali Khalisa di bawa main ke rumahnya.
Arzan terlihat begitu senang saat Naya mengizinkannya membawa Khalisa pulang, ia segera mengajak Galaxy pergi dari toko kue Naya.
dasar si Tarzan emang y adaaaa aja celetukannya😂