Bagaimana rasanya jika selama tiga puluh hari kita harus tinggal dengan orang yang tidak kita suka?
Ini karena ide gila kakaknya dan permintaan kakeknya membuat Olivia harus tinggal dengan seorang pria yang tidak dia kenal dan tidak dia suka.
Karena saran cucunya Jacob Smit membuat Michael Smith menjodohkan cucu perempuannya Olivia Smith untuk dijodohkan pada cucu sahabatnya.
Ini bukan perjodohan paksaan,kakeknya hanya meminta cucu tersayangnya itu untuk dekat dengan cucu sahabatnya dan meminta mereka untuk tinggal selama tiga puluh hari dibawah satu atap,tentu itu saran dari cucunya Jacob Smith.
Tentu Olivia menolak dengan segala upaya tapi dia tidak bisa menolak permintaan kakeknya,akankah Olivia membuat pria yang dijodohkan dengannya membencinya dalam waktu 30 hari itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Petaka dipagi hari
Pagi itu Olivia tampak sibuk berdiri didepan kulkas, sesuai perjanjian pagi ini dia harus membuat sarapan untuk Lewis.
Dia bahkan bangun lebih pagi untuk membuat sarapan, jangan sampai dia bangun kesiangan dan telat membuat sarapan kalau tidak mungkin Lewis akan berubah pikiran.
Jangan sampai pula hutangnya bertambah jika hal itu terjadi bisa-bisa dia tidak akan pernah bisa pergi dari sana.
Tapi yang jadi masalahnya,apa yang harus dia buat? Dia hanya melihat bahan-bahan makanan didalam kulkas sambil menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.
Pengalaman memasaknya nol, pengetahuan memasaknya juga nol. Dia bahkan tidak tahu bumbu dapur, dia hanya sering melihat ibunya memasak atau para pelayannya dirumah, selebihnya?
Tapi rasa makananya selalu unik dan menarik sampai dia sendiri tidak pernah mau mencobanya, tapi pagi ini eksperimen dimulai!
Semoga Lewis Simone bisa melewati sungai kematian saat memakan makanan buatannya, jika tidak ya, maaf.
Olivia mulai mengeluarkan bahan-bahan makanan yang berada didalam kulkas, dia ingin membuat telur dadar dan sup asparagus, mungkin ini menu yang baik untuk mengisi perut dipagi hari.
Tidak hanya itu dia juga akan membakar beberapa roti untuk mereka nanti, dia tidak tahu apa makanan kesukaan Lewis yang penting jadi bukan. Sesuai perjanjian, mau suka atau tidak yang penting dia sudah melakukan sesuai perjanjian.
Olvia mulai tampak sibuk membuat apa yang dia inginkan, tentu bermodalkan resep yang dia lihat dari ponselnya, jika tidak mana mungkin dia bisa.
Hampir satu jam telah berlalu, Olivia tampak begitu puas dengan hasilnya. Penampilan masakannya sudah oke tapi semoga rasanya juga oke.
Biarpun dia sedikit mengacaukan dapur itu tidak jadi soal, yang penting makanan sudah jadi.
Dengan percaya diri tinggi Olivia menyajikan makanan yang dibuatnya keatas meja, dia berharap Lewis suka dengan masakannya tapi yang selama ini membuatnya gagal adalah, dia sembarangan memasukkan bumbu tanpa melihatnya. Tidak tahu berapa jumlah yang harus dia pakai dan yang lebih parah lagi, dia memasukkan bumbu sesuka hatinya. Semoga Lewis sedikit pintar setelah ini.
Setelah menyajikan makanan diatas meja, Olivia kembali sibuk membersihkan dapur yang berantakan karena ulahnya.
Sedangkan saat itu Lewis sedang memakai baju dikamarnya, bisa dia simpulkan jika Olivia sedang menjalankan tugasnya membuat sarapan didapur dari suaranya karena selama Olivia membuat sarapan, barang-barang jatuh diatas lantai tidak berhenti berbunyi.
Tidurnya terganggu juga gara-gara itu tapi dia tidak mau keluar untuk melihatnya, yang ingin dia lihat adalah hasilnya. Apakah Olivia bisa menyelesaikan barang satu macam masakan saja?
Soal piring yang pecah tidak perlu dipikirkan karena dia bisa beli lagi, bisa dihitung dari jumlah piring yang pecah ada enam kali. Berarti enam piring atau mangkok yang pecah, toh nanti dia akan meminta Olivia mengganti semua itu jadi buat apa dipikirkan?
Setelah rapi Lewis keluar dari kamarnya, aroma masakan tercium dari indra penciumannya dan bisa disimpulkan dari aromanya, sepertinya enak.
Dia langsung masuk kedalam dapur dan melihat Olivia sedang memakai plester dijari-jarinya.
"Apa tanganmu terluka?"
Lewis berjalan kearah Olivia untuk melihat apakah luka ditangannya parah? Jangan sampai dia diamuk keluarga Smith.
"Bukan masalah besar jangan dipikirkan." jawab Olivia dengan cuek.
"Sini aku lihat." Lewis meraih tangan Olivia dan melihatnya. Benar saja terdapat beberapa luka ditangan mulus dan halusnya, semoga Olivia tidak mengadu pada keluarganya, jika iya maka habislah dia.
"Ya ampun, apa kau tidak bisa menggunakan pisau?" Lewis mengambil plester dan obat untuk luka yang ada dijari-jari Olivia yang terdapat luka.
"Tidak bisa!"
"Lalu kenapa kau tidak memilih mencium bibirku saja semalam?"
"Cih, sudah aku katakan aku ini masih polos dan aku juga tidak sudi mencium bibir jelekmu itu!"
"Mulutmu sungguh pedas!"
Olivia menarik tangannya dari pegangan tangan Lewis saat Lewis sudah memakaikan plester disetiap lukanya.
"Apa kau sudah selesai membuat sarapannya?"
"Tentu saja." jawab Olivia dengan percaya diri.
Sebentar lagi Lewis pasti akan memuji kehebatannya dalam memasak Kerena dia sangat percaya makanan yang dia buat pasti enak luar biasa, itu semua bisa dilihat dari penampilannya yang menggoda dan menarik mata.
Lewis berjalan kearah meja makan untuk melihat hasil masakan Olivia sedangkan Olivia mengikuti Lewis dari belakang dengan bangga.
Dia yakin sebentar lagi dia akan mendapat pujian saat Lewis melihat masakan yang dibuatnya dan benar saja, saat Lewis melihatnya Lewis berkata:
"Wow, ternyata kau bisa juga. Aku tidak menyangka sepertinya kau calon istri yang ideal." pujinya.
"Tentu saja, jangan remehkan aku." jawab Olivia dengan bangga.
Dia sangat senang mendapat pujian dari Lewis, jika dia pinokio mungkin hidungnya sudah sangat panjang saat ini.
"Kalau begitu ayo kita sarapan." ajak Lewis.
"Kau saja, aku mau mandi." tolaknya.
"Makan denganku, kalau tidak mau kau harus mengganti piring atau mangkuk yang kau pecahkan."
"Dari mana kau tahu?"
Olivia melotot kearah Lewis, kenapa bisa tahu? Apa Lewis mengintipnya sedari tadi?
"Tentu saja aku tahu, ada enam. Asal kau tahu saja piring dan mangkuk itu maha!." jawab Lewis dengan santai dan dia segera duduk dimeja makan.
"Ck, menyebalkan!" mau tidak mau Olivia duduk didepan Lewis. Padahal dia sudah sangat ingin mandi karena tubuhnya sudah lengket dan bau masakan.
Tapi sepertinya dia tidak punya pilihan lain selain menemani Lewis untuk sarapan dan menikmati makanan hasil buatannya.
Olivia menyendok sup asparagus yang dia buat dengan cepat, dia juga mengambil sepotong roti yang dia bakar. Walaupun sedikit gosong tapi tidak apa-apa yang penting masih bisa dimakan.
Sebelum Lewis mengambil makanan diatas meja, dia bangkit berdiri untuk membuat teh hijau dan pada saat itu Olivia menyendok sup asparagusnya dan memasukkannya kedalam mulut dan?
Dengan cepat Olivia memuntahkan sup yang berada didalam mulutnya dan berkata dalam hati:
"Oh my God, ini makanan manusia atau makanan iblis!" dia segera menarik selembar tisu untuk mengelap mulutnya.
Olivia melihat kearah Lewis yang tampak masih sibuk membuat teh hijau, sebaiknya dia segera kabur untuk mandi. Lagi pula yang penting dia sudah masak bukan?
Olivia bangkit berdiri dan hendak berjalan pergi tapi Lewis menghentikan langkahnya.
"Mau kemana?"
"Ke...Kekamar kecil." Olivia menjawab dengan gugup dan berusaha tersenyum pada Lewis.
"Ya sudah sana, setelah itu kembali lagi kita makan bersama."
"Pasti!" Olivia langsung mengambil langkah seribu.
Lewis memperhatikan Olivia dengan heran, tapi kemudian dia duduk kembali dimeja makan.
Dia mulai mengambil makanan yang tampak menggiurkan diatas meja dan mulai memakannya, saat makanan itu ada didalam mulutnya, mata Lewis terbelalak dan dengan cepat pula dia memuntahkan makanan itu dari mulutnya.
"Oh my God, ini makanan manusia atau makanan iblis!!" gerutunya.
Sialan harusnya dia curiga sejak awal.
"Olivia Smith, aku tarik semua ucapanku!!!" teriak Lewis kesal.
Olivia mangunci pintu kamarnya rapat-rapat, jangan sampai Lewis menangkapnya sedangkan Lewis melihat makanan yang dibuat Olivia sambil menggelengkan kepalanya.
"Pasti hanya orang bodoh yang mau menikah dengan Olivia Smith! Seharusnya aku tidak percaya dengannya." katanya putus asa.
jangan harap bisaaa langsung ditendang sama Olivia
sokor
habis kau nanti
Keluarga Smith lebih kayaa Olivia ga butuh pria kaya