Takdir hidup memang pilihan, lalu bagaimana kalau takdir itu yang memilihmu?
"Disaat takdir sudah memilih mu, aku sudah siap dengan segala resikonya!"
Bekerja sebagai pengasuh anak berkebutuhan khusus, membuat Mia harus memiliki jiwa penyabar yang amat besar.
Bagaimana reaksi Mia, saat anak yang diasuhnya ternyata pria berusia 25 tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SA BAB 23 Lamaran Kedua?
Mia menggerakkan tangannya ragu, ada rasa khawatir saat dirinya hendak membuka pintu kamar Januar. Mia menghela napas kasar, kali ini dia harus membujuk bayi besar kesayangannya.
"Januuu!"
Seruan Mia yang tiba tiba, tidak membuat Januar menoleh. Pria yang tengah sibuk dengan rubik nya itu terlihat abai- lebih memilih memfokuskan kedua matanya pada benda rumit yang ada di tangannya. Alih alih menyahut panggilan pengasuhnya, Januar malah membalikan tubuhnya membelakangi Mia.
"Janu, Mia bawain salad buah kesukaan Janu," bujuk rayu Mia mulai beraksi.
Gadis yang sudah mengganti pakaiannya itu mendekat, senyum kecut di bibirnya tidak dapat Mia sembunyikan- kala melihat Januar benar benar tidak peduli dengan kehadirannya.
Kok sakit ya? Mia membatin.
Serasa kita lagi di cuekin sama cowok sendiri? lanjutnya.
"Janu marah ya sama Mia, gara gara Mia keluar rumah enggak bilang sama Janu tadi?" tebaknya.
Mia mendudukkan diri di sisi Januar, satu mangkuk salad berisikan buah buahan kesukaan Januar Mia sodorkan pada anak asuhnya.
PRAANG!
Mia memejamkan kedua matanya, saat mangkuk salad itu terhempas begitu saja ke lantai- saat Januar menepisnya kasar. Tanpa berbicara atau pun menoleh, Januar berhasil membuat kinerja jantung Mia menggila.
"Kamu marah sama aku?" ujar Mia sedih.
Jujur dia terkejut dan cukup sedih mendapatkan respon negatif dari anak asuhnya. Mia menghela napas kasar, dengan sabar dia turun dari tempat tidur- Mia memungut pecahan mangkuk dan salad buah yang mengotori lantai.
Bahkan saat ujung jari Mia tidak sengaja tergores pecah mangkuk, Mia berusaha untuk tidak mengeluarkan suara sedikit pun.
"Mia mau buang ini dulu ya. Janu tunggu di sini, jangan kemana mana!"
Hening
Mia menghela napas sabar, dia tahu apa arti keterdiaman Januar. Pria berkaos abu abu itu tengah merajuk padanya, bahkan mungkin lebih dari kata merajuk. Karena Januar berani melempar makanan hasil karyanya, karena selama Mia mengasuhnya Januar tidak pernah melakukan hal itu, walaupun emosinya sedang labil.
Mia kembali melanjutkan langkah, namun saat dia hendak meraih handle pintu- suara serak dan berat Januar membuat Mia urung melakukannya.
"Mia balas ungkapan cinta orang lain, tapi enggak mau jadi calon istri Janu!"
Tubuh Mia membeku, mata bulatnya mengerjab cepat- otaknya blank seketika saat mendengar ucapan anak asuhnya. Pecahan mangkuk yang ada di tangannya bergetar, saat Mia sudah tidak dapat lagi untuk membendung emosi dalam hati.
"Apa karena Janu autis, Mia enggak mau sama Janu?"
Mia memejamkan kedua matanya erat, hatinya teremas kencang. Ucapan Januar membuat hati sensitifnya berdenyut nyeri. Mia menghirup napas dalam, sebelum dia meletakan pecahan mangkuk dan potongan buah dilantai.
Mia berbalik, kedua matanya menatap sendu pada Januar. Mia menelan saliva susah payah, saat melihat tatapan sayu anak asuhnya.
"Janu?" panggilnya lembut.
Mia melangkah pelan, memperlambat waktu guna menetralkan buncahan rasa yang dia rasakan dalam hatinya. Bukan rasa senang, tapi rasa khawatir yang tengah Mia rasakan saat ini. Inilah yang Mia takutkan, rasa itu hadir seiring dengan waktu. Januar memang bersikap seperti anak kecil, tapi hati siapa tahu. Januar pria normal walaupun punya riwayat autis, tapi apakah salah kalau pria tampan dan imut itu jatuh cinta pada wanita? terlebih wanita itu adalah orang yang selalu ada untuknya setiap saat. Siapa yang harus di salahkan? keadaan? tidak ada yang bisa disalahkan saat ini?
Takdir Tuhan memang begitu rumit, tapi yakinlah- Tuhan memberikan takdir itu padamu karena itulah yang terbaik untukmu.
"Janu marah sama Mia?"
Mia bergerak mendekat, berdiri tegak didepan Januar yang masih bersilang kaki diatas tempat tidur. Kedua tangan Mia terulur, menangkub wajah Januar agar pria berbibir semerah Cherry itu menatap padanya.
"Janu mau Mia jadi calon istri Janu, biar Mia enggak ninggalin Janu."
Ucapan Januar membuat Mia meringis. Apa Januar tahu apa itu calon istri? apa Januar tahu kalau arti dari calon istri itu adalah orang yang akan menemaninya di sisa usianya dan harus menikahinya, bukan hanya menemani tanpa ikatan apa pun.
"Apa Janu tau apa artinya calon istri?"
Mia menelan saliva kasar, saat melihat Janu mendongak- menatap lekat pada matanya. Menguncinya agar tidak dapat menghindarinya, bahkan untuk berkedip pun rasanya sulit untuk Mia lakukan.
"Artinya Mia harus menemani Janu selamanya. Mia harus sama Janu terus, Mia harus jadi milik Janu- karena arti nama Mia udah mewakilinya!" pungkas Januar, membuat Mia membatu.
Apakah ini lamaran kedua? atau Januar hanya candaannya semata dan berpikir kalau ini hanya sebuah permainan sama seperti rubik di tangannya?
Rumit!
**LUBANG IDUNGNYA AJA GANTENG ANJIR 😫😫😫
HOLLA MET PAGI EPRIBADEH
JANGAN LUPA LIKE VOTE KOMEN HADIAH DAN FAVORITNYA
SEE YOU NEXT PART MUUUAAACCHHH**
jadi pengasuh malah 🤗