Info novel 👉🏻 ig @syifa_sifana
Salah sambung hingga berakhir pacaran. Sepasang kekasih yang sudah siap menikah harus kandas karena sebuah kecelakaan.
Restu terlepas, seorang anak harus berbakti pada orangtuanya dengan menikahi wanita pilihan mereka.
Bertemu kembali dengan status berbeda, dengan harapan ingin kembali dengan cinta lama.
"Aku tidak ingin menikahi bekas orang!" kalimat penegasan keluar dari bibir seorang mantan.
Strategi meraih mantan tercinta hingga berujung pada sebuah pernikahan.
Perjuangan mendapatkan cinta kembali dari sang mantan hingga air mata menjadi saksi bisu.
Inilah kisah Terpaksa Menikahi Mantan yang penuh dengan tawa dan air mata.
Lanjutan novel ini 👉🏻 Sang Penakluk Playboy
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syifa Sifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatanganmu Semangatku
Melisa setiap hari berusaha untuk menggerakkan kakinya, ia sungguh bosan selalu duduk di kursi roda.
"Bismillahirahmanirrahim" Melisa meletakkan kedua tangannya di atas kursi roda dan ia berusaha sekuat tenaga untuk bangun.
Brak.. Melisa malah jatuh ke lantai. Rintihan hatinya selalu menjerit saat ia merasa menjadi seorang wanita tak berdaya yang harus selalu merepotkan orang lain.
"Melisa" teriak Raka kala melihat Melisa terbaring di lantai tanpa ada yang membantunya. Ia langsung berlari dan menghampiri Melisa.
"Mas! Mas ngapain kesini?" tanya Melisa mendongak menatap Raka.
"Sini biar aku bantu!" perlahan Raka menggendong Melisa dan mendudukinya di atas kursi roda.
"Terima kasih, Mas" ucap Melisa tersenyum.
"Sayang kenapa bisa sampai jatuh ke lantai?" tanya Raka khawatir dengan Melisa.
"Aku berusaha bangun, tapi kaki aku sama sekali tidak bisa digerakkan" lirih Melisa dengan menampakkan senyuman palsunya, agar Raka tidak mengetahui perasaannya saat ini.
"Sayang belum sembuh, jadi tolong jangan lakukan ini lagi disaat sendirian" titah Raka dengan hatinya pilu melihat kondisi Melisa saat ini, ia sangat paham dengan kesedihan Melisa, meskipun ia mencoba menutupinya dengan senyuman palsu.
"Oh ya, Mas ngapain kesini?" tanya Melisa berdalih.
"Aku rindu denganmu" sahut Raka sembari tersenyum.
"Hari ini hari jum'at, besok baru weekend kenapa Mas malah kesini sekarang? Kenapa bukannya besok?" tanya Melisa bingung.
"Aku kesini untuk survei lapangan, kebetulan gak jauh dari sini ada project baru aku. Jadi sekalian deh aku kesini" jelas Raka tersenyum.
"Assalamualaikum" ucap Reno dan Roni sembari masuk.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah" ucap Melisa dan Raka.
"Lho ada nak Irsyad disini?" tutur Roni sembari berjalan menghampiri mereka.
"Iya om" Raka langsung berjalan dan mencium punggung tangan Roni.
"Hari ini bukannya hari jum'at? Kamu gak kerja?" tanya Reno penasaran.
"Aku kesini dalam rangka perjalanan bisnis kak. Karena sudah sampai kesini sekalian aku memelampiskan rindu aku" celoteh Raka cengengesan. Ia sering bercanda dengan mereka sehingga tidak terlihat kecanggungan pada mereka semua.
"Kalau gitu kamu nginap di sini saja. Nanti malam kita barbeque, gimana?" tanya Reno merasa senang dengan kehadiran Raka, yah setidaknya ia bisa mengobati sedikit kesedihan Melisa.
"Oh aku mah setuju banget. Lagian sabtu-minggu aku libur kantor" sahut Raka dengan semangat yang membara. Rasa rindu kali ini benar-benar terobati.
"Lho ada tamu!" ucap Maya berjalan menghampiri mereka dengan nampan berisi makanan, obat dan minuman untuk Melisa.
"Tante!" Raka tersenyum sembari menganggukkan kepalanya.
"Ada tamu kenapa gak di suruh duduk dan ini kenapa gak disugukan minuman?" cerocos Maya sembari meletakkan nampan di atas meja.
"Bibi!" panggil Maya dengan suara yang sedikit tinggi.
"Iya, Bu" ucap bibi menghampirinya.
"Minuman dan makannya mana? Kenapa kamu gak sugukan untuk tamu kita?" protes Maya kesal saat pembantunya tidak memuliakan Raka.
"Maaf, bu saya lupa. Saya akan segera buat minumannya" sahut bibir dengan segera pergi ke dapur.
"Aduh... Bibi benar-benar deh" gerutu Maya menggeleng kepalanya.
"Ayo silakan duduk nak Raka!" titah Maya menatap Raka dengan lembut.
"Terima kasih tante" Raka mendorong Melisa dan duduk di sofa.
Reno, Roni dan Maya juga ikut duduk di sofa menemani Raka.
"Ini makan dan obat untuk Melisa ya, Tan?" tanya Raka melihat nampan di depannya.
"Iya. Tadi tante lihat makanan masih utuh di kamar Lisa, jadi tante bawa kesini, sekalian tante suapin biar Lisa mau makan" jelas Maya merasa nafsu makan Melisa sudah mulai menurun.
"Kenapa gak makan? Apa kamu menunggu aku?" tanya Raka menatap Melisa dengan lembut.
"Aku hanya tidak lapar" sahut Melisa dengan spontan.
"Gak boleh gitu. Sekarang aku sudah ada sini, mulai sekarang sayang gak boleh gak makan" ucap Raka mengambil piring nasi Melisa.
Melisa melirik Raka sekilas dan menunduknya lagi.
"Sekarang buka mulutmu! Aaaa..." Raka siap-siap hendak menyuapi nasi ke dalam mulut Melisa. Tapi Melisa menggeleng kepalanya dan terus menunduk, membuat Raka semakin sedih.
"Sayang! Lihat aku!" titah Raka dengan serius.
Melisa perlahan mendongak dan menatap Raka, kemudian ia menunduk kembali karena ia tidak ingin rasa sampai tau kesedihan yang ia rasakan.
"Mana Mel yang kuat, yang ceria, dan yang tangguh? Bukankah dulu sayang selalu bilang fabiayyiala irabbikuma tukadzdziban, setiap sesudah pasti ada kemudahan. Sekarang sayang sedang diuji kesabaran oleh Allah, tapi kenapa sayang malah memberatkan ujian Allah dan menyiksa diri? Bukankah sayang juga bilang berdosa kalau kita menyiksa diri kita sendiri?" Raka selalu bersenandung untuk memberikan sedikit sentuhan pada hati Melisa.
Mendengar kata-kata yang terucap dari lisan Raka membuat hati Melisa terketuk. Ia sadar aoa yang ia lakukan itu salah. Sedangkan Reno dan orangtuanya tersenyum melihat Raka yang begitu perhatian dengan Melisa.
"Maafkan aku" lirih Melisa merasa bersalah.
"Sekarang sayang makan ya!" titah Raka hendak menyuapi Melisa kembali.
Melisa tersenyum sembari menganggukkan kepalanya, ia pun makan makanan yang disuapi Raka.
"Nak Irsyad nginap disini?" tanya Maya menatap Raka disela-sela suapannya.
"Iya, Tan. Apa boleh aku nginap disini?" tanya Raka melirik Maya sembari terus menyuapi Melisa.
"Boleh dong, jangankan sehari, selamanya pun tante izinin" sahut Maya sembari tersenyum sumringah.
"Nikahkan mereka dulu baru bisa nginap disini setiap hari" celetuk Reno menyeringai.
"Oh itu pasti, asalkan mereka sama-sama mau, mama sih setuju-setuju aja" celoteh Maya menggoda Raka dan Melisa.
"Tu lihat! Keluarga sayang setuju kalau kita menikah, jadi sayang harus makan, minum obat biar cepat sembuh. Pelaminan menunggu kita" celoteh Raka menggoda Melisa.
"Mas ini apa-apa sih, usah ikut-ikutan mereka deh" sahut Melisa tersipu malu.
"Lho memangnya sayang gak mau nikah sama aku?" tanya Raka menatap Melisa dengan serius.
"Ya mau, tapi gak sekarang juga kali" sahut Melisa menyungging bibirnya.
"Walaupun bukan sekarang, tapi setidak aku udah dapat lampu hijau dari kamu" ucap Raka tersenyum bahagia.
"Mama! Karena malam ini calon adik ipar aku nginap disini, jadi gimana kalau kita barbeque?" tanya Reno menatap Maya dengan serius.
"Ide yang bagus itu. Kalau gitu kamu siap-siap antar mama ke pasar" titah Maya dengan semangat.
"Gak suruh bibi aja?" tanya Reno.
"Bibi kelamaan, sebaiknya kita pergi berdua saja" ucap Maya beranjak bangun dari duduknya.
"Ok, Ma" Reno dengan segera bangun dan menuju ke kamarnya untuk siap-siap.
"Papa! Setelah Melisa makan, tolong antar Irsyad ke kamar tamu ya! Biarkan dia istirahat dulu" pinta Maya dengan lembut.
"Iya, Ma. Mama tenang saja" sahut Roni dengan santai.
Maya tersenyum dan berjalan ke kamarnya untuk bersiap-siap ke pasar.
Raka menyuapi Melisa sampai makanan tak tersisa, ia juga memberikan obat pada Melisa.
Roni tersenyum bahagia, ia sangat berharap pemandangan yang ia lihat itu berlanjut ke jenjang yang lebih serius, sehingga mereka bisa memadu cinta tanpa ada kata dosa yang membatasi mereka.
rasanya juga tdk puas kalo tdk ada karma utk keluarga raka