NovelToon NovelToon
Obsesi Cinta Tuan Gumiho

Obsesi Cinta Tuan Gumiho

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Beda Usia / Cinta Beda Dunia / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:9.6k
Nilai: 5
Nama Author: Heryy Heryy

Kim Min-seok siluman rubah tampan berekor sembilan, yang sudah hidup lebih dari 1000 tahun,Kim Min-seok hidup dengan menyembunyikan identitasnya sebagai seekor gumiho,Ia berkepribadian dingin dan juga misterius.

Dirinya menjalin hidupnya dengan kesepian menunggu reinkarnasi dari kekasihnya yang meninggal Beratus-ratus tahun yang lalu.

Kim Min-seok kemudian bertemu dengan Park sung-ah mahasiswi jurusan sejarah, saat itu dirinya menjadi dosen di universitas tersebut.

Mereka terjerat Takdir masa lalu yang mempertemukan mereka, mampukah Kim Min-seok mengubah takdir tragis di masalalu yang terulang kembali di masa depan.

apakah kejadian tragis di masalalu akan kembali terjadi kepada dirinya dan juga kepada park sung-ah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heryy Heryy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

༿BAB༌༚22

Setelah berhasil membawa Park Sung-ah ke rumahnya yang tersembunyi di lereng bukit Bukhan, Kim Min-seok meletakkan tubuhnya yang masih pingsan di atas kasur yang empuk.

Dia menutupnya dengan selimut hangat, menyentuh pipinya yang lembut dengan jari-jari yang penuh kasih.

Dia tahu bahwa Sung-ah akan bangun dalam waktu yang tidak lama, dan ketika itu terjadi, dia harus siap untuk menjelaskan semua yang terjadi—tentang dirinya sebagai gumiho, tentang reinkarnasinya sebagai Song Hye-yoon, tentang Imugi yang telah lepas dari segel.

Tapi sebelum itu, dia harus memastikan bahwa tidak ada yang khawatir terlalu banyak tentang keberadaan Sung-ah—terutama Yoo In-a, temannya yang paling dekat.

Min-seok mengambil telpon genggam Park Sung-ah yang tergeletak di samping tasnya. Layar telpon itu menyala ketika dia menyentuhnya, menampilkan daftar kontak yang disusun rapi.

Dia mencari nama Yoo In-a, dan ketika menemukan itu, dia mengkliknya. Sebelum menekan tombol panggil, dia mengambil napas dalam-dalam, mengumpulkan kekuatannya.

Seperti yang dia lakukan sebelumnya beberapa kali ketika perlu menyamarkan keberadaannya, ia mengubah suaranya—membuatnya terdengar persis seperti suara Park Sung-ah: lemah, lembut, dan penuh dengan nada yang familiar.

Setelah merasa yakin bahwa suaranya sudah sempurna, dia menekan tombol panggil. Telpon itu berdering beberapa kali sebelum Yoo In-a menjawab, suaranya terdengar penuh dengan kekhawatiran dan tangisan.

"Sung-ah! Ya Tuhan, kamu di mana? Aku sudah mencari-mencari kamu sepanjang hari! Semua orang khawatir banget—Dosen Kim juga tidak ada, dan kita semua takut apa-apa yang buruk terjadi padamu!" teriak In-a dengan suara yang serak dan penuh air mata, bunyinya terdengar sangat jelas melalui ponsel.

Min-seok membuka mulutnya, mengeluarkan suara yang sudah diubah menjadi suara Sung-ah. "In-a... maaf ya kalau membuatmu khawatir..." katanya dengan nada yang lemah, seolah-olah dia baru saja pulang dari tempat yang jauh dan lelah.

"Sung-ah! Kamu baik-baik saja? Di mana kamu sekarang?" tanya In-a dengan suara yang penuh harapan.

"Ya, aku baik-baik saja... tenang, ya," jawab Min-seok dengan suara Sung-ah. "Orang tuaku datang menemuiku di bukit tadi. Mereka berkata bahwa ada urusan penting yang harus kita bicarakan, jadi mereka langsung membawaku pulang. Aku tidak sempat memberitahu kamu karena waktu yang terburu-buru..."

"Apa? Orang tuamu datang? Kenapa mereka tidak memberitahu kamu sebelumnya?" tanya In-a dengan keheranan, tapi suaranya sudah mulai mereda dari kekhawatiran.

"Aku juga tidak tahu... mereka hanya tiba begitu saja," jawab Min-seok, membuat alasan yang masuk akal.

"Aku mau minta tolong ya, In-a... tolong beritahu temen-temen dan juga dosen-dosen di kampus bahwa aku sudah pulang dan baik-baik saja. Jangan biarkan mereka khawatir lagi, ya. Aku akan kembali ke kampus dalam beberapa hari, setelah selesai urusan dengan orang tuaku."

"Baik deh, Sung-ah... aku akan memberitahu mereka," jawab In-a dengan suara yang lega. "Tetapi jaga dirimu ya? Jangan lupa makan dan tidur cukup. Aku akan menunggu kamu kembali ya."

"Terima kasih, In-a... kamu adalah temanku yang terbaik," kata Min-seok dengan suara Sung-ah, kemudian langsung menutup telponnya tanpa menunggu jawaban lagi.

Dia meletakkan telpon Sung-ah kembali ke tempat semula, menghela nafas lega. Setidaknya sekarang, In-a dan teman-teman mereka tidak akan khawatir terlalu banyak.

Dia punya waktu yang cukup untuk menjelaskan segalanya kepada Sung-ah sebelum dia kembali ke kampus.

Setelah beberapa jam, matahari mulai terbit dan cahaya lemah menyinari masuk melalui jendela kamar tidur. Park Sung-ah merasakan tubuhnya mulai terbangun dari tidur yang dalam.

Dia merasakan rasa segar yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya—tubuhnya tidak sakit lagi, semua luka yang dia alami sudah hilang sepenuhnya.

Dia merasa seperti baru saja bangun dari tidur yang panjang selama bertahun-tahun, seolah-olah semua kesedihan dan penderitaan yang dia alami telah hilang.

Dia membuka mata dengan perlahan, matanya yang jernih melihat ke sekitar kamar. Dia melihat tembok yang terbuat dari batu alam, atap yang terbuat dari jerami, dan furnitur yang sederhana tapi nyaman.

Dia tidak mengenali tempat ini—ini bukan kampus, bukan rumahnya, bukan rumah temannya. Dia merasa sedikit bingung dan takut. Dimana aku? Apa yang terjadi?

Saat dia sedang memikirkan itu, dia mendengar suara orang yang sedang berjalan di luar kamar.

Suara itu terdengar familiar—suara Kim Min-seok. Dia melihat pintu kamar terbuka sedikit, dan melalui celah itu, dia melihat Min-seok yang sedang berdiri di dapur yang kecil, membuat minuman.

Dia mengenali baju yang dia pakai—baju kemeja putih yang sederhana, yang membuatnya terlihat lebih muda dan ramah.

Dia melihat bagaimana dia memegang cangkir dengan hati-hati, menuangkan air panas ke dalamnya, dan menambahkan teh yang kering.

Saat itu, Min-seok menoleh ke arah kamar, dan matanya bertemu dengan mata Sung-ah yang sudah bangun.

Dia melihat wajah Min-seok yang tersenyum lemah, dan pada saat itu, semua ingatan tentang kejadian yang menimpa dirinya tiba-tiba muncul kembali seperti badai yang tiba-tiba.

Dia ingat bagaimana dia dirasuki oleh Imugi, bagaimana dia menggunakan pisau untuk menggores tangannya, bagaimana dia menulis kata-kata dengan darahnya untuk membuka segel.

Dia ingat bagaimana Imugi keluar dari segel dengan wujud manusia, bagaimana dia mencoba membunuhnya, bagaimana dia terjatuh dan sekarat.

Dan yang paling jelas dari semua ingatan itu—dia ingat bahwa ia melihat sosok asli Kim Min-seok: gumiho rubah berekor sembilan, dengan rambut yang berwarna emas yang terang, mata yang berwarna emas yang bersinar, dan 9 ekor rubah yang lembut dan indah yang menggantung dari punggungnya.

Sung-ah merasa sedikit ketakutan setelah mengingat kejadian itu. Tubuhnya menggigil, dan dia mundur perlahan ke dinding kasur.

Dia melihat Min-seok yang sedang mendekati kamar, dan dia merasa seperti anak kecil yang menghadapi makhluk yang tak dikenal.

Dia tidak percaya dengan apa yang terjadi—semuanya terasa seperti mimpi buruk yang tidak mau berakhir.

Dia merasa bahwa dirinya seharusnya sudah mati—sudah mati di tangan Imugi yang kejam, atau sudah mati karena luka-lukanya yang parah.

Tapi dia hidup. Dia masih hidup, dan dia berada di tempat yang tidak dikenal dengan orang yang dia anggap sebagai dosennya, tapi ternyata adalah siluman rubah yang telah hidup selama berabad-abad.

Min-seok memasuki kamar dengan langkah yang lemah, membawa cangkir teh yang hangat di tangannya. Dia melihat wajah Sung-ah yang takut dan bingung, dan hatinya merasa sakit.

Dia tahu bahwa ini akan sulit—dia tahu bahwa Sung-ah akan takut padanya, bahwa dia akan sulit mempercayainya. Tapi dia harus mencoba. Dia harus menjelaskan segalanya, agar dia bisa memahami.

"Sung-ah... kamu sudah bangun," kata dia dengan suara yang lemah dan lembut, meletakkan cangkir teh di atas meja yang kecil di samping kasur. "Bagaimana perasaanmu? Apakah kamu masih sakit?"

Sung-ah tidak menjawab. Dia hanya menatapnya dengan mata yang penuh ketakutan, tubuhnya masih menggigil.

Setelah beberapa saat, dia mengangkat suara, suaranya terdengar serak dan lemah.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Dosen Kim? Apa yang terjadi padaku? Dan... dan apakah yang kulihat itu benar? Apakah kamu benar-benar siluman rubah berekor sembilan seperti yang ada di ingatanku?"

Min-seok menghela nafas panjang. Dia membungkuk di samping kasur, melihat langsung ke mata Sung-ah. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya untuk memberitahukan kebenaran—semua kebenaran.

"Ya, Sung-ah... yang kamu lihat itu benar," jawab dia dengan suara yang penuh kejujuran.

"Aku adalah gumiho—rubah berekor sembilan yang telah hidup selama berabad-abad. Dan kamu... kamu adalah reinkarnasi Song Hye-yoon, wanita yang telah menyegel Imugi selama berabad-abad yang lalu."

Sung-ah merasa kepalanya berdenyut sakit. Semua yang dia katakan terasa tidak mungkin, tapi ingatannya yang jelas tentang sosok asli Min-seok membuatnya tidak bisa menyangkal.

"Tidak... itu tidak mungkin... aku adalah Park Sung-ah, mahasiswa biasa. Aku bukan siapa pun yang lain..." bisik dia dengan suara yang lemah.

"Kamu adalah dia, Sung-ah. Darahmu yang membuka segel Imugi membuktikannya. Hanya darah Song Hye-yoon yang bisa membuka segel itu," jawab Min-seok, menyentuh tangan Park Sung-ah dengan jari-jari yang lembut.

Saat tangannya menyentuh tangannya, sesuatu yang ajaib terjadi.

Dalam sekejap, cahaya emas yang lemah menyala di antara tangan mereka. Sung-ah merasa tubuhnya terangkat dari kasur seolah-olah oleh kekuatan yang tak terlihat.

Dia melihat sekitarnya, dan dia melihat bahwa mereka sedang berpindah tempat—dari rumah di bukit yang sederhana ke sebuah apartemen megah yang luas dan indah. Semua itu terjadi dalam sekejap, tanpa ada waktu untuk bereaksi.

Ketika cahaya itu padam, Sung-ah menemukan dirinya berdiri di tengah ruang tamu apartemen yang megah.

Dia melihat tembok yang terbuat dari kaca dan baja, lantai yang terbuat dari marmer putih yang mengkilap, dan furnitur yang mahal dan cantik.

Di luar jendela yang besar, dia melihat pemandangan kota Seoul yang indah—gedung-gedung tinggi yang berdiri tegak, jalan raya yang ramai, dan awan yang putih yang melayang di langit biru.

Dia merasa sangat kaget dan bingung. Bagaimana mereka bisa berpindah tempat dengan cepat seperti itu?

Min-seok berdiri di sebelahnya, melihat wajah yang penuh keheranan.

"Ini adalah rumahku yang lain—apartemenku di kota," kata dia dengan suara yang lemah.

"Aku bisa berpindah tempat dengan cepat menggunakan kekuatanku. Aku lakukan ini agar kamu merasa lebih nyaman—rumah di bukit mungkin terlalu sederhana dan membuatmu takut. Di sini, kamu bisa merasa lebih aman, dan kita bisa berbicara dengan tenang, apa sekarang kamu percaya?."

1
𝓪𝓻𝓽𝓾𝓻 𝚝𝚎𝚖
crezy up thr
Almahira
🤭🤭🤭 kisss lagi🤭
𝓪𝓻𝓽𝓾𝓻 𝚝𝚎𝚖: ko kamu gak ada novel?
total 1 replies
Almahira
gue juga pengen 😭
Almahira
wah nafsunya memuncak, nih dosen 🤭
Almahira
wah udah Kiss kissan aja
Almahira
kaya adegan sinetron aja🤣
Almahira
pasti nangis lah jadi cewek kalo di kasih harapan palsu 😭😭
Almahira
wah di kasih harapan palsu,😭😭😭
Almahira
seneng banget tuh 🤭🤭
Almahira
kalau kaya gitu visualnya saya juga mau
Han Sejin: haaa🤣
total 1 replies
🐌KANG MAGERAN🐌
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!