Liana adalah seorang wanita yang paling berbahagia karena ia bisa menikah dengan lelaki pujaannya, Yudistira. Hidupnya lengkap dengan fasilitas, suami mapan dan sahabat yang selalu ada untuknya, juga orang tua yang selalu mendukung.
Namun, apa yang terjadi kalau pernikahan itu harus terancam bubar saat Liana mengetahui kalau sang suami bermain api dengan sahabat baiknya, Tiara. Lebih menyakitkan lagi dia tahu Tiara ternyata hamil, sama seperti dirinya.
Tapi Yudistira sama sekali tak bergeming dan mengatakan semua adalah kebohongan dan dia lelah berpura-pura mencintai Liana.
Apa yang akan dilakukan oleh Liana ketika terjebak dalam pengkhianatan besar ini?
"Aku gak pernah cinta sama kamu! Orang yang aku cintai adalah Tiara!"
"Kenapa kalian bohong kepadaku?"
"Na, maaf tapi kami takut kamu akan...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poporing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22 : Rencana Liana
Liana mencoba untuk berbaikan dengan Yudis meski tak berhasil karena nyatanya lelaki itu tetap kembali pergi. Di tengah kebingungan yang melanda, Liana akhirnya memutuskan untuk menelepon Dimas. Mereka sesama lelaki, jadi kemungkinan Dimas akan lebih tahu apa yang harus dilakukan untuk menarik perhatian suaminya kembali. Tapi dia bakal langsung menutup telepon kalau pria itu menyuruhnya untuk melepaskan dan ikhlas.
"Halo, Liana? Apa kamu ingin melanjutkan sesi kedua kita?" Ujar pria itu dari seberang langsung nyeletuk bercanda.
"Bukan itu. Ada hal lain yang ingin aku bicarakan." Liana dengan cepat menepis.
"Haha, baiklah, silahkan tanyakan apapun yang ingin ditanyakan," ucap pria itu setengah tertawa.
"Sebagai seorang pria, apa yang bisa membuat anda kembali mencintai pasangan anda?" Tanya Liana langsung tanpa bertele-tele.
"Saya belum menikah, Nona Liana," jawab Dimas dengan cepat.
Liana mendengus napasnya dengan kasar. Benar juga, Dimash ternyata belum menikah.
"Tapi itu bukan berarti anda tidak tahu jawabannya 'kan?" Gadis itu sedikit memaksa untuk mendapat jawaban.
"Hmm, apa yang membuat pria bisa kembali lagi dengan pasangannya ya...." Dimas bergumam dan tampak berpikir.
Detik jam berlalu, pria itu tampaknya masih mencoba mencari jawaban yang tepat, tapi Liana sudah gak sabar.
"Ah, sudahlah, mungkin percuma saya bertanya pada anda." Akhirnya wanita itu kesal dan memutuskan sambungan telepon.
"Lho? Aku baru berpikir 5 menit, kenapa sudah dimatikan?" Dimas protes tapi percuma kontak sudah dimatikan. "Aish, kenapa dia terlalu emosional." Pria itu mengacak-acak rambut belakangnya.
Liana bersedekap kesal di atas ranjang empuknya. Ia berpikir kalau Dimas sengaja mempermainkannya dengan sengaja tidak memberinya jawaban. "Sudahlah kalau dia gak mau kasih tau, aku coba cari di internet saja!" Ujarnya ketus menahan emosi.
Pada akhirnya ia menjelajahi internet, menyelami berbagai artikel soal rumah-tangga mengenai alasan kenapa pria bisa selingkuh dan kiat agar rumah-tangga awet.
Tapi gak ada satu pun dari artikel itu bisa menjelaskan langsung cara yang jelas untuk membuat para pria yang berselingkuh bisa kembali kepada istri mereka. Hal yang paling mutlak adalah, hubungan dengan pihak ketiga harus segera dibatasi atau diputuskan, keterbukaan antara kedua belah-pihak dan kalau bisa melakukan konseling.
"Konseling berdua...?" Liana menimbang saran terakhir itu dan merasa itu ide yang cukup bagus sekaligus efektif, karena dengan membuat jadwal konseling, artinya Yudis akan mengurangi waktunya ketemu sama Tiara.
"Hmph, sepertinya aku harus kembali menghubungi Dimas...."
Meski masih merasa agak jengkel, Liana akhirnya kembali menelepon Dimas dan menanyakan kesediaan pria itu kalau seandainya dia datang bersama dengan Yudis.
"Oh, tentu saja, saya dengan senang hati menerima kalian berdua," ucap Dimas bersedia. "Tinggal kabari saja saya, kapan kalian mau datang," lanjutnya dengan santai.
Liana tersenyum karena rencananya yang satu ini dapat berjalan dengan baik terhadap Dimas. Sekarang tinggal mencoba membujuk Yudis. Semoga saja kali ini, pria itu mau sedikit bekerjasama dengannya.
...****************...
Seperti yang sudah bisa ditebak, Yudis saat ini kembali menemui Tiara. Pria itu datang memeluk wanita itu, memberinya kecupan kecil di dahi, dan oh ya, tak lupa mengajak bicara anak pada kandungan Tiara sambil mengelus perutnya. Keduanya terlihat kompak dan mesra, membuat siapa saja yang secara kebetulan melintas, melihat adegan itu tak sengaja, langsung merasa iri.
"Masuk dulu, Mas...." Tiara dengan mesra menggandeng lengan Yudis dan mengajaknya ke dalam rumah.
Keduanya berjalan ke arah dalam sambil bergandengan tangan. "Kamu sudah makan siang, Mas?" Tiara seperti biasa menawarkan makanan atau pun minuman dengan lembut kepada Yudis.
"Belum sempat, aku buru-buru kemari karena malas di rumah," balas Yudis dengan cepat.
"Aku masak sayur sop ayam kesukaan mu, Mas. Kita makan bersama ya?" Wanita itu terlihat antusias ingin melihat Yudis mencicipi hasil masakannya yang khusus hari ini ia buat.
"Wah, sudah lama gak makan itu, kamu tau banget selera aku, Ra." Yudis tersenyum sumringah saat mendengar Tiara membuatkannya sayur sop.
Jujur saja dia sudah bosan dengan masakan-masakan mahal, menu ala Liana. Dia lebih suka menu sederhana, tidak berlebihan dan tidak mubazir. Dia rindu sayur asem, sayur sop, opor ayam, atau sekedar tempe goreng dengan sambal teri. Semenjak bersama Liana, semua makanan jadi serba mewah. Ikan bakar, sup jagung keju, steak, ayam panggang mentega full, bistik caviar....
Tanpa disadari Yudis mengikuti langkah Tiara yang berjalan ke arah dapur dan langsung duduk di meja makan.
"Aku buatkan teh hangat ya," ucap Tiara yang tanpa diminta bergegas mengambil persediaan teh, cangkir, gula dan kemudian memanaskan air dulu untuk menyedu teh.
"Kamu wanita hebat, Ra..., rasanya aku gak bisa ninggalin kamu, apalagi lama-lama, pengorbananmu sudah sangat besar untuk kita...," ucap Yudis diam-diam dalam hati.
Teh hangat itu sudah jadi dan diletakkan oleh Tiara di atas meja. Yudis sedikit tersentak karena sempat melamun.
"Aku ambilin nasinya ya, Mas."
Tiara hendak mengambil piring dan nasi untuk makan siang Yudis tapi pria itu segera berdiri dan mencegah.
"Eh, gak usah, biar aku saja. Kamu duduk saja dulu, lagi hamil, nanti capek." Dengan cepat tangannya mengambil alih piring dari tangan Tiara.
Wanita itu akhirnya duduk dan tersenyum tipis melihat Yudis begitu perhatian.
"Untuk calon Ibu di masa datang." Yudis memberikan piring berisi nasi itu untuk Tiara terlebih dahulu, baru setelahnya ia mengambil porsi untuk dirinya sendiri.
Keduanya saling memandang dan tersenyum hangat. Tak lupa sebelum makan mereka memanjatkan doa agar keharmonisan makan bersama ini tak akan pernah hilang.
.
.
Di sisi lain Liana terlihat gelisah. Ia mencoba beberapa kali menghubungi Yudis tapi teleponnya tidak diangkat sejak tadi.
"Kenapa sih? Telepon dari tadi kenapa gak diangkat??" Ujarnya sambil mengerutkan kening.
Liana tak menyerah, ia memutuskan untuk menghubungi Yudis lagi. Dia ga peduli harus berapa lama dia menelepon, yang penting tujuannya harus tersambung.
Sementara Yudis terlihat sedang menikmati makan siang sederhananya bersama Tiara. Keduanya sesekali mengobrol tentang keseharian masing-masing layaknya suami-istri sambil tertawa disela-sela pembicaraan.
"Mas..., kayaknya aku dengar suara telepon ya?" Ucap Tiara saat berhenti tertawa saat mendengar cerita Yudis mengenai salah satu karyawannya yang latah.
"Suara telepon?" Yudis ikut terdiam mencoba untuk mendengarkan. "Eh iya...," ucapnya kemudian yang kemudian segera beranjak dari kursi makan dan pergi ke ruang tamu.
Yudis mengambil ponselnya tersebut yang tergeletak rapih di sisi meja samping dari kursi tamu dan langsung membukanya.
"Ck...." Setelah melihat nama pemanggilnya, Yudis berdecak kesal.
"Kenapa Mas?" Tanya Tiara heran kenapa Yudis gak langsung mengangkatnya dan malah kayak kesal.
"Dari Liana, sudahlah, masa bodo," ujarnya dengan cuek dan meletakkan kembali ponsel itu.
"Angkat saja Mas, siapa tau penting...." Tiara memberi dorongan kepada Yudis untuk menerima panggilan dari Liana.
Pria itu menatap Tiara dengan keraguan. Dia gak yakin mau berbicara dengan Liana karena tak ingin kembali bertengkar. Tapi kayaknya Tiara mencemaskan Liana, jadi ia pun mengangguk dan menerima panggilan tersebut.
Kira-kira apakah Yudis menyetujui ide Liana untuk pergi konseling atau sekedar tukar pikiran dengan Dimas?
.
.
Bersambung....
dan saat nanti trbukti liana memang hamil.... jgn lgi ada kta mnyesal yg berujung mngusik ketenangan hidup liana dan anknya....🙄🙄
dan untuk liana.... brhenti jdi perempuan bodoh jdi jdi pngemis cinta dri laki" yg g punya hati jga otak...
jgn km sia"kn air matamu untuk mnangisi yudis sialan itu..
sdh tau km tak prnah di anggp.... bhkn km matpun yudis g akn sedih liana....
justru klo yudis km buang.... yg bkalan hidup susah itu dia dan gundiknya...
yudis manusia tak tau diri.... g mau lepasin km krna dia butuh materi untuk kelangsungan hidup gundik dan calon anaknya...
jdi... jgn lm" untuk mmbuang kuman pnyakit...