NovelToon NovelToon
Cinta Yang Terbelenggu MAHKOTA

Cinta Yang Terbelenggu MAHKOTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Cinta Beda Dunia / Romansa Fantasi / Action / Diam-Diam Cinta / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:802
Nilai: 5
Nama Author: `AzizahNur`

Kerajaan itu berdiri di atas darah, dusta, dan pengkhianatan.

Putri Mahkota yang logis dan penuh tanggung jawab mulai goyah ketika seorang tabib misterius menyingkap hatinya dan takdir kelam yang ia sembunyikan.

Putri Kedua haus akan kekuasaan, menjadikan cinta sebagai permainan berbahaya dengan seorang pria yang ternyata jauh lebih kuat daripada yang ia kira.

Putri Ketiga, yang bisa membaca hati orang lain, menemukan dirinya terjerat dalam cinta gelap dengan pembunuh bayaran yang identitasnya bisa mengguncang seluruh takhta.

Tiga hati perempuan muda… satu kerajaan di ambang kehancuran. Saat cinta berubah menjadi senjata, siapa yang akan bertahan, dan siapa yang akan hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22 : Orang Yang Mereka Harapkan

Guru itu terdiam sejenak sebelum akhirnya menggeleng. Ia menunduk hormat dan berkata pelan,

“Putri Yvaine tidak perlu mengulangnya lagi.”

Tanpa menunggu jawaban, ia segera berjalan cepat meninggalkan ruangan, menutup pintu rapat-rapat untuk memberi ruang pribadi bagi ketiga putri itu.

Begitu suasana hening, Yvaine melangkah mendekat dengan senyum samar di bibirnya.

“Bagaimana pelajaran kalian beberapa hari ini?”

Senyumannya terdengar seperti ejekan terselubung. Veyra langsung mengubah posisi duduknya, menyandarkan tubuh di sofa sambil memutar mata.

“Cukup membuatku gila,” ujarnya dengan nada malas.

Lyanna ikut tersenyum sinis. Ia menyilangkan kaki, melipat tangan di dada, lalu menatap Yvaine tajam.

“Ada apa kali ini? Berita... atau tugas?”

Yvaine duduk tegak di kursi kosong. Suaranya terdengar datar, penuh ketegasan.

“Mungkin berita, mungkin juga tugas.”

Kedua adiknya saling melirik, penuh tanda tanya. Yvaine menghela napas sebelum melanjutkan,

“Sudah ada beberapa kasus yang tidak pernah terselesaikan. Bahkan, usulan solusiku pun tidak pernah didengar.”

Lyanna mengangkat alisnya, nada suaranya penuh selidik.

“Seberapa banyak kasus yang kau maksud?”

Yvaine menjawab tanpa ragu, “Sekitar lima kasus. Semuanya diabaikan. Laporan ditolak, bahkan bala bantuan yang dikirim tidak pernah menyelesaikan masalah.”

Alis Veyra berkerut, matanya menyipit penuh rasa heran.

“Bala bantuan yang dikirim pun gagal? Sebenarnya mereka mengirim apa? Penjaga? Makanan? Atau apa?”

Lyanna melirik ke arah Veyra, lalu berkata datar,

“Kau sebenarnya sudah tahu jawabannya sendiri. Kenapa masih bertanya? Kau ingin jawaban... atau hanya ingin memaksa Yvaine mengungkapkan apa yang ada di pikirannya?”

Veyra mendengus kesal, bibirnya terangkat miring dengan ekspresi jengkel.

Yvaine hanya tertawa pelan melihat reaksi itu. “Sudah hampir semua kasus tak terselesaikan. Dan tahukah kalian bagaimana aku mendapatkan semua informasi itu?” Ia menunduk sedikit, suaranya tenang namun tajam. “Dengan cara diam... dan membiarkan orang-orang merendahkanku.”

Ia mengangkat wajahnya kembali, sorot matanya tajam menelusuri kedua adiknya. “Sekarang, katakan... apa yang akan kalian lakukan?”

Lyanna menyilangkan tangannya lagi, lalu menoleh sekilas pada Veyra. “Tugasmu sudah selesai, kakak. Sekarang tinggal kita. Jadi, apa kau ingin turun tangan sendiri, atau butuh bantuan?”

Veyra menoleh cepat dengan tatapan yang seolah meremehkan. “Aku akan turun sendiri.”

Namun Yvaine segera memotong dengan tegas. “Tidak.”

Kedua adiknya langsung menoleh heran ke arahnya. “Kenapa?” tanya mereka hampir bersamaan, nada penuh tanda tanya.

Yvaine terdiam sejenak sebelum akhirnya membuka suara. “Penjagaan kalian berdua terlalu ketat. Bahkan Ayah tidak lagi mengizinkan kalian keluar seperti sebelumnya.”

Veyra spontan mengerutkan kening. “Lalu apa yang kita lakukan? Mengirim orang lain untuk menyelesaikannya?” Nada suaranya penuh kejengkelan. “Sebelumnya saja mereka sudah mengirim orang, tapi tidak ada yang benar-benar diselesaikan. Apa yang kita harapkan dari orang-orang istana itu?”

Lyanna menghela napas panjang, suaranya getir. “Kita seperti tahanan di dalam istana sendiri. Hidup dengan aturan, tapi tanpa kebebasan.”

Tatapan Yvaine bergeser dari satu adiknya ke adik yang lain, sorot matanya tajam namun juga menyimpan rasa iba. Ia lalu berkata perlahan, “Mungkin bukan pada orang istana kita bisa berharap. Tapi ada satu hal... atau tepatnya, seseorang... yang bisa membantu kita menyelesaikan masalah ini.”

Lyanna dan Veyra sama-sama mengerutkan kening, saling bertukar pandang dengan penuh tanda tanya. “Siapa?” tanya mereka hampir bersamaan.

Yvaine hanya tersenyum tipis. Pandangannya perlahan beralih ke arah pintu, tepat ketika pintu ruangan itu terbuka dengan pelan. Sosok berdiri di ambang, cahaya dari lorong istana menyinari mereka.

Veyra sontak berdiri, wajahnya menegang. Tangannya menghantam meja dengan keras hingga bunyinya bergema di seluruh ruangan. Matanya menyipit penuh amarah, lalu jari telunjuknya terarah tajam pada orang itu.

“Orang itu?!” serunya dengan nada penuh penolakan. “Kakak... apa dia yang kau maksud bisa kita harapkan?!”

Nada Veyra tidak sekadar marah, tapi juga muak, seolah kehadiran orang di depan pintu hanyalah ancaman baru, bukan pertolongan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!