NovelToon NovelToon
Hari Kiamat : Hanya Kita Berdua

Hari Kiamat : Hanya Kita Berdua

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Zombie / Epik Petualangan / Hari Kiamat
Popularitas:65.8k
Nilai: 5
Nama Author: Desau

"Meski kau adalah satu-satunya lelaki di dunia ini, aku tetap tidak akan mau denganmu!" Britney menolak tegas cowok yang menyatakan cinta padanya.

Tapi bagaimana kalau di hari Britney mengatakan itu, terjadi invasi virus zombie? Seketika satu per satu manusia berubah menjadi zombie. Keadaan Zayden High School jadi kacau balau. Pertumpahan darah terjadi dimana-mana.

Untungnya Britney mampu bertahan hidup dengan bersembunyi. Setelah keadaan aman, dia mulai mencari teman. Dari semua orang, satu-satunya orang yang berhasil ditemukan Britney hanyalah Clay. Lelaki yang sudah dirinya tolak cintanya.

Bagaimana perjalanan survival Britney dan Clay di hari kiamat? Apakah ada orang lain yang masih hidup selain mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter ²² - miracle

Malam itu, Clay tidak tidur sedikit pun. Di ruangan kecil dan berdebu yang dulunya adalah ruang kasir toko pakaian, ia duduk di sisi Britney yang terbaring di atas kasur darurat yang ia buat dari tumpukan jaket.

Peluh menetes deras dari dahi Britney. Napasnya berat, sesekali mengerang pelan. Wajahnya pucat, kulitnya memanas, dan matanya tampak sayu. Clay terus menatapnya, seolah menolak kenyataan bahwa gadis itu sedang sekarat.

Di luar, angin berdesir membawa suara samar, jeritan jauh, mungkin zombie, mungkin manusia yang tak beruntung. Tapi Clay tidak peduli. Dunia bisa runtuh di luar sana, dan ia tetap akan duduk di sini, menjaga Britney.

“Bertahanlah, Brit,” bisiknya lirih. Ia memeras kain basah dan menempelkannya ke dahi Britney yang panas. “Kau tidak boleh pergi. Tidak sekarang…”

Britney membuka mata perlahan. Pandangannya kabur, namun ia bisa melihat Clay duduk di sisinya, wajahnya lelah tapi penuh tekad. “Clay…” suaranya nyaris seperti bisikan. “Aku masih merasa… sangat panas.”

“Aku tahu. Ini demam tinggi. Tapi kau kuat. Aku yakin kau bisa melawannya,” ujar Clay sambil menatapnya penuh harap.

Britney menggeleng lemah. “Clay… aku tahu apa yang akan terjadi. Kau juga tahu…” Ia berhenti sejenak untuk menarik napas, matanya berkaca-kaca. “Aku akan berubah. Aku tidak mau jadi monster. Jadi… tolong, kalau aku mulai kehilangan kesadaran… bunuh aku.”

Clay menatapnya, membeku. Lalu menggeleng pelan, matanya berair. “Jangan bicara omong kosong seperti itu.”

“Clay, dengar aku!” seru Britney lirih, suaranya gemetar. “Aku tidak ingin menggigitmu. Aku tidak ingin menyakitimu. Aku lebih baik mati sekarang daripada berubah jadi salah satu dari mereka.”

Clay menunduk, menahan emosi yang meledak di dadanya. “Aku tidak akan membunuhmu. Jangan minta aku melakukan itu. Aku sudah bosan mendengar itu dari mulutmu!”

Britney terisak. “Kau bodoh, Clay… aku tidak pantas membuatmu susah seperti ini.”

“Cukup.” Clay menatapnya tajam, nada suaranya bergetar. “Aku sudah kehilangan terlalu banyak orang. Aku tidak akan kehilangan kau juga. Selama aku bisa bernapas, aku akan melindungimu. Dan kalaupun… kalaupun hal terburuk terjadi, aku akan menepati janjiku. Tapi sampai saat itu tiba, kau harus berjuang.”

Air mata Britney mengalir. Ia menatap Clay lama, lalu menutup mata. “Baiklah… tapi janji padaku, kalau aku berubah… jangan ragu, Clay. Jangan ragu.”

Clay menunduk dan menggenggam tangan Britney erat, seolah berusaha menahan hidup gadis itu agar tak terlepas. “Aku janji,” ucapnya lirih.

Waktu berjalan lambat. Malam terasa panjang, seolah tak berujung. Clay terus menjaga di sisi Britney, memberi minum, mengganti kompres, dan memantau setiap perubahan. Terkadang Britney menggigil hebat, terkadang ia berteriak dalam tidurnya. Clay tidak pernah berpaling. Ia terus menatap, terus berharap.

Hingga pagi datang.

Cahaya matahari masuk lewat celah jendela yang retak. Clay masih duduk di tempat yang sama. Matanya merah, tapi ia tidak peduli. Ia menatap Britney, wajahnya masih pucat, tapi napasnya mulai lebih teratur. Demamnya sedikit menurun.

Clay menarik napas lega, tapi ia tahu belum aman. Ia tetap berjaga. Siang berganti malam, malam berganti siang lagi. Dua hari berlalu. Dan pada pagi hari ketiga, sesuatu yang luar biasa terjadi.

“Clay…” suara itu lembut, nyaris membuat Clay mengira ia berhalusinasi. Tapi saat ia menoleh, Britney sudah duduk di tempat tidur daruratnya, menatapnya dengan senyum kecil.

Clay spontan bangkit. “Britney! Kau—kau sadar?”

Britney mengangguk pelan. “Aku tidak tahu apa yang terjadi… tapi aku merasa jauh lebih baik sekarang. Tidak pusing, tidak panas.”

Clay segera memeriksa suhu tubuhnya. Tidak ada demam. Matanya jernih. Detak nadinya normal. Tidak ada tanda-tanda infeksi atau perubahan seperti korban gigitan zombie biasanya.

Ia tertegun. “Ini… tidak mungkin.”

Mata Britney berbinar senang. "Aku tahu. Hebat bukan? Aku tidak menyangka..."

“Biasanya, orang yang tergigit… mereka berubah dalam beberapa jam. Tapi kau… dua hari, dan tidak ada apa-apa. Tidak ada tanda-tanda perubahan.” Clay berbicara cepat, suaranya antara takjub dan bingung. “Bahkan lukamu sudah hampir kering.”

Britney memandangi lengannya. Bekas gigitannya memang masih tampak, tapi sudah menutup, tidak membusuk, tidak kehitaman.

Clay menatapnya lama, lalu tersenyum, senyum pertama yang benar-benar tulus sejak lama. “Britney… kau mungkin… kebal.”

Britney membelalakkan mata. “Kebal?”

“Iya. Tubuhmu mungkin melawan virus itu. Sistem imunmu lebih kuat dari siapa pun yang pernah kutemui. Kau tidak berubah, kau melawannya, Brit!” Clay nyaris tidak percaya dengan kata-katanya sendiri.

Sekejap, mata Britney berkaca-kaca. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, bahunya bergetar menahan tangis haru. “Aku… aku pikir aku akan mati, Clay.”

Clay mendekat dan menariknya ke dalam pelukan. Britney menempelkan wajahnya ke dada Clay, air matanya membasahi kaos pria itu. Clay membelai rambutnya pelan. “Kau tidak akan mati. Tidak di hadapanku.”

Beberapa saat mereka hanya diam, menikmati keheningan dan hangatnya kebersamaan itu. Dunia di luar mungkin sudah hancur, tapi di ruangan kecil itu, ada secercah harapan yang baru lahir.

Setelah beberapa waktu, Britney menarik diri, menatap Clay sambil tersenyum malu. “Terima kasih… untuk segalanya. Kau tidak menyerah padaku.”

Clay tersenyum kecil. “Aku sudah bilang, bukan? Aku tidak akan kehilanganmu.”

Britney tertawa kecil, suaranya serak tapi hangat. “Sekarang sepertinya aku utang nyawa padamu dua kali.”

“Kalau begitu, kau harus terus hidup,” kata Clay lembut. “Dan bantu aku bertahan juga.”

Britney mengangguk mantap. “Tentu.”

Setelah memastikan kondisi Britney benar-benar pulih, Clay memutuskan mereka harus segera melanjutkan perjalanan ke pusat komunikasi. Mereka tidak tahu berapa lama tempat itu akan tetap aman, atau apakah masih ada orang lain yang hidup di sana.

Sebelum berangkat, Clay memeriksa perlengkapan mereka. Senjata, makanan, air, dan beberapa botol alkohol medis. Britney mengenakan jaket baru berwarna hijau gelap, terlihat lebih segar dibanding sebelumnya.

Saat mereka keluar dari toko, matahari menyorot wajah Britney. Ia memejamkan mata sejenak, menghirup udara pagi yang kotor tapi terasa begitu berharga.

“Clay,” katanya tiba-tiba.

“Hm?”

Britney menatapnya dengan senyum kecil. “Aku tidak takut lagi.”

Clay menatapnya, bingung. “Tidak takut?”

“Ya. Dulu setiap kali melihat zombie, aku gemetar. Tapi sekarang… aku merasa kuat. Seperti aku tidak perlu lagi lari dari mereka. Seperti tubuhku tahu aku bisa melawan.”

Clay terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. “Itu bagus. Tapi tetap hati-hati, Brit. Kebal bukan berarti abadi.”

Britney mengangguk. “Aku tahu. Tapi setidaknya… sekarang aku punya alasan lebih untuk terus hidup.”

Clay menatap gadis itu lama. Ada sesuatu yang berbeda dari cara Britney berjalan hari ini, lebih tegap, lebih yakin. Seolah luka, ketakutan, dan rasa bersalahnya menguap bersama malam panjang yang baru saja mereka lewati.

Mereka menaiki mobil dan kembali melanjutkan perjalanan. Rute menuju pusat komunikasi tampak lebih jelas di peta Clay. Jalanan sepi, hanya sesekali ada mayat zombie di tepi jalan.

Di tengah perjalanan, Britney memecah keheningan dengan nada ceria. “Kau sadar, Clay? Kalau aku benar-benar kebal, mungkin aku bisa jadi kunci penyembuhan untuk semua orang.”

Clay meliriknya sekilas, lalu tersenyum. “Ya. Mungkin saja. Kau bisa jadi harapan terakhir manusia.”

Britney menatap keluar jendela, matanya berkilau diterpa sinar matahari. “Harapan terakhir, huh… aku suka kedengarannya.”

Clay menatap gadis itu lagi, kali ini lebih lama. Ada rasa hangat di dadanya, campuran lega, kagum, dan cinta yang sulit dijelaskan. Dua hari lalu ia hampir kehilangan Britney. Tapi sekarang gadis itu duduk di sampingnya, hidup, tersenyum, dan bahkan bercanda.

“Terima kasih, Brit,” gumam Clay pelan.

“Untuk apa?”

“Untuk tetap hidup,” jawab Clay.

Britney menatapnya, lalu tersenyum kecil. “Kalau begitu, kita berdua harus tetap hidup. Sampai dunia ini punya cahaya lagi.”

Mobil mereka melaju di bawah langit oranye sore. Dua penyintas yang kini bukan hanya berjuang untuk bertahan, tapi membawa secercah harapan baru, bahwa mungkin, di dunia yang telah hancur ini, kehidupan masih punya peluang untuk menang.

1
Okto Mulya D.
perjuangan berat tuhh
Okto Mulya D.
Jenifer sulit ditebak ya?!, semoga tidak membahayakan Clay dan Britney serta janin anak mereka.
Tiara Bella
Jeniffer mw kemana ya
Tiara Bella
wow dijalan kiamat zombie Britney hamil....semoga dpt melaluinya ya clay Britney.....
Rommy Wasini Khumaidi
aduh...masih kepikiran Jenifer ini thor,takut tiba² nyerang,nanti kalau bayinya Britney lahir ari²nya dimakan kaya Suzana,lebih menakutkan lagi bayinya dimakan,ngeri bgt ngebayanginya 🙈🙈atau jangan² bayinya akan menjadi super hero,karena terkontaminasi virus zombie
Cindy
lanjut
Tiara Bella
wow Jenifer akhirnya sadar ya....tp emang butuh proses.....
Rommy Wasini Khumaidi
aku takut Jenifer jadi makhluk yang melebihi zombie
Rommy Wasini Khumaidi
tuh kan hamil britney
Kiki Handoyo
"BUILD THE WORLD A NEW"

SELAMAT DATANG peradaban baru.
Itulah kalimat yang layak diucapkan saat ini.
Manusia ditakdirkan menjadi khalifah, pembawa perubahan dan pembentuk peradaban di muka bumi.
Mengubahnya dan memicu lahirnya peradaban baru bagi umat manusia.

Virus zombie yang mewabah di hampir semua daerah ini telah mengubah hampir seluruh sendi kehidupan masyarakat bahkan sangat tidak siap dengan kehadiran wabah yang mematikan ini.
Manusia hadir untuk bertindak melakukan perubahan dan membangun peradaban yang diamanatkan oleh Allah SWT.
Dimana semua orang bisa hidup damai, membuat sebuah daerah mampu bangkit dan berkontribusi dalam peta peradaban...🤩🥰
Okto Mulya D.
Britney hamil ngga tuhhh ...bakal repot nihhh
Okto Mulya D.
dunia berjalan lambat..
Okto Mulya D.
ada zombie lagi pasti
Okto Mulya D.
gedung yang tenang ternyata banyak zombie nya..huhh..
Rommy Wasini Khumaidi
Brithney hamil ditengah dunia Zombie,lupa gk pake pengaman ya Clay,gk ada alfamart yang jual Sutra ditengah dunia yang hancur🤣
Tiara Bella
hamil sh kynya Britney...
⧗⃟ᷢʷ§𝆺𝅥⃝©⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ ⍣⃝🦉ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
semoga jangan dulu hamil Thor
Okto Mulya D.
waduh hot banget yaa...
Okto Mulya D.
wahhhhh sembuh juga si Britney dan Clay pun tidak sendirian..
Okto Mulya D.
Hahahaha mana mungkin, digigit zombie pasti mati kecuali minum obat dan luka segera dialirkan keluar..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!