NovelToon NovelToon
WHO¿

WHO¿

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Anak Genius / Identitas Tersembunyi / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:495
Nilai: 5
Nama Author: jewu nuna

Misteri kematian Revano yang tidak pernah meninggalkan jejak, membuat gadis penderita ASPD tertantang menguak kebenaran yang selama bertahun-tahun ditutupi sebagai kasus bunuh diri.

Samudra High School dan pertemuannya bersama Khalil, menyeret pria itu pada isi pikiran yang rumit. Perjalanan melawan ego, pergolakan batin, pertaruhan nyawa. Pada ruang gelap kebenaran, apakah penyamarannya akan terungkap sebelum misinya selesai?

Siapa dalang dibalik kematian Revano, pantaskah seseorang mencurigai satu sama lain atas tuduhan tidak berdasar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Duapuluh Satu

Gadis itu berjalan meninggalkan tempat awalnya. Tersisa jejak langkah tertinggal bersama angin yang menerobos langkahnya. Maniknya masih fokus pada sepinya jalanan sampai menemukan sebuah gerobak nasi goreng dengan postur tubuh yang Aletha kenal berdiri didepannya.

“Kalo suka pedes, gue bisa pesenin air hangat juga”

Aletha hanya menatap, “Gue suka gelap”

“Oke, nasi goreng pedes dua ya, Pak”

Malam ini akan jadi malam yang panjang karena cerita yang dirangkap cukup membingungkan. Bukan hanya untuk Aletha, begitupun untuk Khalil. Pria yang masih setia nangkring di tempatnya demi berpikir keputusan yang tepat yang bagaimana yang akan disetujui Aletha. Pasalnya, gadis itu pemilih dan tidak sembarang masukannya dia terima dengan baik. Sekalipun itu terdengar masuk akal, justru balasannya yang membingungkan. Atau mungkin saja Khalil yang belum mengerti sepenuhnya bagaimana cara Aletha berfikir. Masih susah untuk diterima.

“Ini lo yang bikin?”

Aletha terdiam, menatap sisi lain dari halaman rumahnya. Bukan tidak siap dengan ketidakpercayaan, karena semua orang juga tidak akan ada yang mau percaya dengan semua teori gila Aletha.

 “Putra Seotomo tuh siapa?”

“Kepala sekolah periode sebelumnya”

“Tunggu bentar” maniknya memcing pada beberapa tempat yang masuk dalam rencana kunjungan Aletha. Ruang kepala sekolah, kelas fisika satu, dan belakang sekolah. Tempat yang tentu sudah Aletha kunjungi, tapi, “Kok lo tahu duplikat berkas ada di ruang kepala sekolah? Terus lo kok punya foto TKP, ini ilegal, Tha”

Kedua tatapan dingin itu kembali menguasai sekitar. Mengukung ketegangan yang dipertanyakan Khalil. Sebenarnya, rencana tetap rencana, dan harusnya tidak dibocorkan kepada siapapun bahkan kepala orang yang sudah tahu identitas diri Aletha yang sebenarnya.

“Oke, gue ngerti kenapa lo malsuin identitas diri lo walaupun itu juga termasuk tindak pidana”

“Sudah nggak penting”

Khalil menghela napas resah, bagaimana bisa dia berhadapan dengan Aletha? Gadis gila yang ternyata sudah melakukan semua hal bodoh diluar hal yang dia pikirkan. Khalil pikir, Aletha hanya mau menyelesaikan kasus dengan waras, tapi ternyata dengan bahasa psikopat yang sulit ditebak.

“Lo takut kan?”

Khalil menelan ludah, “gue bantu”

“Gue bukan orang waras yang mutilasi anak kecil dan buang mayatnya ke ladang jagung, lebih gila sedikit?”

“Athena”

Aletha tersenyum miring. Dia tahu, bahkan setiap gerik ketakutan yang Khalil tunjukkan. Lagian, semua orang yang menilainya sejauh ini memang menganggap Aletha sebagai psikopat yang baru saja membunuh orang. Padahal dia hanya sedang membantu agar bau busuk bangkai binatang tidak menganggu pengguna jalan.

“Hari pertama nggak ada reka ulang adegan, jadi gue yakin pasti mereka nggak nemuin pelakunya. Waktu itu, rasanya menyenangkan. Saat lihat mayat Revano yang katanya gantung diri dan nusuk dadanya sendiri, tapi itu aneh”

“Gue juga bakal mikir gitu kalo anggota keluarga gue mati dengan keadaan mengenaskan”

Alteha menghela napas panjang, “Menurut lo, kenapa lo nggak tahu kasus sebesar ini? Bukankah itu sekolahan yang mau lo masukin, waktu itu?”

Khalil hanya diam.

“Citra”

Khalil paham apa yang dikatakan gadis psikopat itu. Sejauh dia mengenal Samudra High School memang tidak ada citra buruk apapun yang beredar, sekolahan itu selalu punya banyak hal baik, dan prestasi luar biasa yang tidak bisa dikalahkan sekolah lain. Bisa jadi, tebakan atau justru misteri yang Aletha ciptakan adalah sebuah kebenaran yang tidak semua orang tahu, atau justru yang ditutupi semua orang.

“Gue inget banget aromanya, kaya kue redvelvet yang baru aja dipotong, dan diminum pake es matcha” Aletha tersenyum. Bayangan seputar darah yang berceceran di tembok dan lantai, pohon mangga rindang menggelantungkan mayat Revano.

“Bisa aja nanti lo yang gue bunuh, Al”

Aletha terkekeh lantas menghela napas, membuat Khalil takut ternyata bukan hal yang tepat. Saat memintanya pergi dengan kedinginan atau pernyataan konyol, tidak ada yang berhasil.

“Saat itu gue mikir cuman butuh cari berkas forensiknya, karena semua berita, media manapun udah ngehapus jejak kasus itu, habis itu besoknya dunia baik-baik aja. Termasuk kedua orang tua gue”

Aletha terdiam sejenak, menatap bagaimana Khalil masih ketakutan dengan tanda getar di tangannya.

“Gue foto semuanya, keculi berkas itu”

“Kepala sekolah nutupin semuanya, make sence karena dia nggak mau sekolahan itu image-nya buruk. Tapi kenapa dia masih nyimpen duplikatnya?”

“Nggak tahu”

“Seriously? Terus nggak menjawab pertanyaan gue yang tadi, Al”

“Yang mana?”

Khalil menghela napas resah. Bukankah ingatan psikopat itu lebih kuat dari ingatan manusia normal? Kenapa dia melupakan hal yang baru sepuluh menit mereka tinggalkan?

“Gue foto TKP pas semua penyelidik pergi, lagian nggak ada file cctv juga, buat apa takut kesana?”

“Jadi cctv belakang sekolah tuh nggak berfungsi?”

Aletha kembali menatap pekat. Semakin Khalil tahu banyak, justru semakin dia tidak tahu banyak hal. Semakin sedikit pria itu mengetahui mitos, maka akan jauh lebih baik.

“Hari itu gue nyeliap, gue denger hanya pihak rumah sakit yang otopsi Revano sama polisi aja yang punya hard file nya. Tapi Putra minta duplikat berkas, tujuan gue ya langsung ke ruangan dia”

“Karena itu satu-satunya ruang aman?”

Aletha mengangguk, “Selain itu dimana? Saat itu gue belum gila, jadi masih kalut, dan nggak bisa mikir apa-apa selain masuk ke ruangannya. Pas gue udah nemuin datanya, malah ada orang yang ikut masuk bawa pisau”

“Gue yakin lo bunuh mereka?”

“Buat apa? Tujuan utama gue buat nemuin berkasnya dan masuk penjara karena menyelinap tanpa ijin. At lease kasus Revano selesai dan nggak bawa gue sejauh ini”

“Terus?”

Alteha menghela napas panjang. Apa dengan sebutan ‘masuk penjara’ yang kedua kalinya tidak akan membuat pria itu bertahan? Atau pembicaraan ini sudah terlalu jauh? Aletha hanya tidak ingin menyeret siapapun, bahkan pada orang yang tidak dia kenal.

“Putra masuk dan dia yang ketusuk. Tujuan gue tercapai, yang masuk penjaranya aja. Berkasnya ilang dan gue ngebuang banyak waktu gue”

Khalil menelan ludahnya susah payah.

“Gue udah ngga punya banyak waktu lagi dan gue ngga butuh bantuan lo”

“Gue bingung kenapa lo nggak request tanpa kol aja tadi”

“Nggak ada yang nggak mungkin pembunuhan dilakuin sama sahabat lo sendiri”

Khalil melirik, “Guys, kita lagi ngomongin kenapa lo lebih milih ngabisin waktu buat nyisihin kol itu, dari pada sekedar kasih sedikit tenaga lo buat bilang ke bapaknya, buat nggak usah pake kol. Kok malah tiba-tiba sahabat gue pembunuh”

Aletha hanya diam.

“Lo tahu sejak awal nggak akan ada yang masuk akal kecuali gue”

“What? Lo juga nggak masuk akal?”

“Lo cukup cerdas untuk tahu maksud gue”

“Nggak mungkin, dia pelakunya?” Khalil tertawa renyah, dengan tatapan serius yang sudah biasa Aletha tunjukkan.

“Nggak akan ada yang masuk akal, termasuk gue”

To Be Continue...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!