NovelToon NovelToon
Pengganti Yang Mengisi Hati

Pengganti Yang Mengisi Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Tukar Pasangan
Popularitas:542
Nilai: 5
Nama Author: Vanesa Fidelika

Seharusnya hari itu jadi momen terindah bagi Tiny—gaun putih sudah terpakai, tamu sudah hadir, dan akad tinggal menunggu hitungan menit.
Tapi calon pengantin pria... justru menghilang tanpa kabar.

Di tengah keheningan yang mencekam, sang ayah mengusulkan sesuatu yang tak masuk akal: Xion—seseorang yang tak pernah Tiny bayangkan—diminta menggantikan posisi di pelaminan.

Akankah pernikahan darurat ini membawa luka yang lebih dalam, atau justru jalan takdir yang diam-diam mengisi hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanesa Fidelika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22: Rencana Yang Buyar

“...kalau aku nggak balik?” tanyanya pelan, seperti sedang menguji.

Xion menoleh setengah, lalu menatap dengan ekspresi tenang. “Ya, aku jemput.”

Tiny tertawa pelan. “Padahal aku ngetes doang.”

Xion mengangguk. “Aku jawabnya juga ngetes doang.”

Tiny mengalihkan topik, masih setia bersandar di bantal besar nya itu. “Berarti kalau jadi… kamu bisa nginep sehari di sana, kan?”

Xion mengangguk pelan. “Bisa.”

Tiny langsung menoleh, matanya berbinar lagi.

“Berarti sebelum ke rumah Mama Papa aku, nginep dulu di rumah orang tua kamu? Biar kamu bisa ketemu Papa Mama kamu juga.”

Xion diam sebentar. Wajahnya tidak menunjukkan antusiasme, tapi juga tidak menolak.

“Terserah aja,” jawabnya singkat.

Tiny memperhatikan wajah suaminya yang tetap datar. Ia tahu—Xion bukan tipe yang suka menunjuk-nunjuk perasaan. Apalagi soal keluarga.

“Terserah tuh berarti mau… atau pura-pura nggak penting padahal mau?” goda Tiny, suaranya mulai ceria lagi.

Xion tidak menjawab. Tapi sudut bibirnya naik sedikit. Sangat tipis. Seperti sinyal kecil bahwa... iya, dia mau.

Tiny mengalihkan pembicaraan lagi, masih bersandar manja di bantal besarnya.

“Kamu ada gitar nggak?” tanyanya ringan, sambil memainkan ujung bantal seperti anak bosan yang cari mainan baru.

Xion menjawab tanpa menoleh, “Ada. Cuma udah lama nggak kepakai.”

Tiny mengerutkan alis, “Lama tuh… seberapa lama?”

Xion akhirnya menoleh, memutar sedikit badannya. “Terakhir dipakai waktu awal kuliah.”

Tiny mengangguk-angguk, seolah sedang mencerna sebuah fakta besar. “Berarti udah lama banget dong.”

“Ya, lumayan.”

“Boleh aku pinjem gitarnya?”

Xion mengangguk. “Di atas lemari.”

Tiny langsung menoleh ke arah lemari tinggi di sudut kamar. Begitu melihat betapa tingginya lemari itu, ekspresi wajahnya langsung berubah.

Yang benar saja…

Tiny mengerucutkan bibir, memandangi lemari itu seolah sedang menatap musuh bebuyutannya. Tingginya... hampir dua kali tubuhnya.

“Lemari setinggi itu, Bang? Aku aja mana nyampe… Paling yang nyampe Cuma tatapan penuh harapan,” katanya sambil mendesah pelan.

Xion tak menyahut, hanya melirik malas ke arah lemari, tahu maksud istrinya.

Tiny masih mendelik ke atas, lalu bergumam, “Kalau aku yang maksa ambil sendiri… terus jatoh… terus kepala kebentur…”

Ia menoleh dramatis ke Xion. “Nanti kamu jadi duda muda.”

Xion mendesah pelan, lalu berdiri perlahan. “Dari tadi tuh, ngomongnya muter buat nyuruh aku yang ambil, ya?”

Tiny berkata santai, senyum iseng di wajahnya, “Enggak kok… aku Cuma mau uji kamu peka atau nggak aja.”

Xion tak menjawab. Buat apa? Mau debat pun percuma.

Dia dosen yang pandai bicara, tapi kalau sudah berhadapan dengan istri kecilnya yang cerewet dan penuh logika membelok itu—pasti kalah.

Akhirnya, Xion berdiri dan mengambil gitar di atas lemari. Dengan ekspresi datar, tentu saja.

“Ini,” katanya, menyerahkan gitar itu.

Tiny langsung menerima dengan semangat menggelegar seperti baru dikasih tiket konser gratis.

“Yey! Makasih, Bang!”

Ia duduk bersila, memeluk gitar seolah itu bayi kucing, lalu mulai memetik senar dengan gaya sok tahu.

Xion hanya menatap dari samping. Waspada. Karena berdasarkan data di otaknya, suara Tiny… ya, cempreng. Dan sekarang perempuan itu siap-siap nyanyi?

Bismillah... pikir Xion.

Tapi…

Begitu Tiny mulai menyanyikan satu lagu pendek, Xion langsung melirik. Keningnya naik.

Suaranya… lembut. Tak nyaring. Tak melengking. Justru… enak. Dan Tiny menyanyikannya pelan, senyum-senyum sendiri.

Biar hatiku kecil, yang penting ada kamu…

Tak perlu bunga, cukup tatapan yang lama…”

“Aku tak cari yang mewah…

Cuma mau kamu tiap hari ada di sampingku…”

Tiny terus memetik pelan.

Suara gitarnya tak sempurna, tapi justru itu yang membuat semuanya terasa jujur. Dan Xion masih menatap.

Mulutnya tak bilang apa-apa, tapi matanya… iya, dia tersenyum di situ.

Tiny menoleh. “Bagus nggak?”

Xion hanya menjawab pelan, “Lumayan.”

Tiny mengerucutkan bibirnya. “Cuma lumayan?” tanyanya, separuh protes, separuh manja.

Xion mengangguk, tenang. “Iya.”

Tiny masih manyun, tapi senyumnya mencuri jalan keluar juga. Kepuasan kecil di matanya tidak bisa ia sembunyikan.

Xion bangkit dari duduknya, menggeliat pelan sambil berkata, “Udah yuk tidur. Besok harus bangun pagi. Aku kerja, kamu kuliah. Yang online itu, kan?”

Tiny langsung menjentikkan jari dan memberi hormat ala tentara. “Siap, Kapten!” katanya lantang.

Lalu mereka pun bersiap.

Tiny naik ke ranjang, membetulkan bantal dan selimut dengan pose manja. Sementara Xion… menggelar kasur lipat di bawah. Di sisi yang sama.

Entahlah. Sudah beberapa hari sejak terakhir mereka tidur satu ranjang.

Tapi Xion belum juga pulih dari trauma kecil—tidur satu kasur dengan istri aktifnya itu.

Karena ternyata… bahkan dalam tidur pun, Tiny tetap aktif. Menendang. Mengigau. Meringkuk lalu memeluk tanpa aba-aba.

Dan meski itu beberapa hari yang lalu… Bayangannya masih terasa nyata.

Tiny tahu soal itu. Tapi dia tidak marah.

Justru kadang iseng turun diam-diam malam-malam Cuma buat nyelip di kasur Xion. Dengan alasan ia tidak bisa tidur.

Lalu Xion akan terbangun… dan pindah ke ranjang.

Mereka aneh. Tapi mereka tahu. Aneh versi mereka… adalah nyaman.

°°°°

Tiny dan Xion masih di rumah.

Padahal… hari ini seharusnya mereka sudah duduk di mobil, perjalanan menuju rumah orang tua mereka, sesuai rencana Tiny yang sempat ia ucapkan beberapa malam lalu.

Tapi semua rencana itu lenyap. Karena tanpa aba-aba, tanpa pemberitahuan, tanpa satu pesan pun…

Rez dan Layla, Gery dan Alicia tiba-tiba muncul di depan rumah.

Kini, mereka semua duduk di ruang tamu. Suasana ramai, tapi bukan yang mengganggu. Lebih ke… chaos yang akrab.

Tiny mengangkat alis, menatap Alicia sambil berkata setengah protes, “Kok tiba-tiba ke sini nggak kasih kabar dulu, Kak?”

Alicia tersenyum manis. Seperti biasa—tenang, dewasa, tidak bisa dibantah. “Spontan aja. Awalnya Cuma karena ada urusan di Jakarta…”

“Urusan apa?” potong Tiny cepat.

Setahunya, tidak ada bisnis keluarga yang berkaitan langsung dengan Jakarta.

Gery, yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya, menatap adik iparnya. “Urusan perusahaan. Tapi ya… bawa istri.”

Tiny menyeringit. “Kenapa bawa istri? Kan yang kerja bukan Kak Alicia sama Kak Layla…”

Rez, sambil menyeruput kopi, berkata cepat, “Dijelasin pun ke lo, lo juga nggak paham.”

Tiny langsung mengerucutkan bibir.

Komentar khas kakak pertamanya itu, yang sejak kecil selalu meragukan kemampuan logika Tiny. Dan entah kenapa… sekarang masih berlaku juga, padahal Tiny sudah menikah.

Rez mengangkat alis, senyum geli. “Jadi kita semua ini ganggu lo ya?”

Tiny menjawab ringan, tapi jujur, “Nggak terlalu sih. Tapi… gue sama Bang Xion rencananya mau pergi.”

Gery yang baru menyesap kopinya langsung tersedak. Batuk dua kali, lalu menatap Xion tajam,

“Honeymoon, ya?! Yah elah! Balik coy, balik! Pengantin baru mau honeymoon, kita malah dateng!”

1
Arisu75
Alur yang menarik
Vanesa Fidelika: makasih kak..

btw, ada novel tentang Rez Layla dan Gery Alicia lho..

bisa cek di..
Senyum dibalik masa depan, Fizz*novel
Potret yang mengubah segalanya, wat*pad
total 1 replies
Aiko
Gak bisa dijelaskan dengan kata-kata betapa keren penulisan cerita ini, continue the good work!
Vanesa Fidelika: aa seneng banget..makasih udah mau mampir kak. hehe

btw ada kisah Rez Layla dan juga Gery Alicia kok. silakan mampir kalau ada waktu..

Senyum Dibalik Masa Depan👉Fi*zonovel
Potret Yang Mengubah Segalanya👉Wat*pad
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!