Alexander "Lion" Kennedy, mantan komandan pasukan elite terhebat Amerika, sedang menikmati masa pensiunnya yang damai di pedalaman hutan. Namun sebuah kunjungan tak terduga dari Gedung Putih memaksanya kembali ke dunia yang ditinggalkannya - dunia operasi rahasia, konspirasi, dan bahaya yang tak terlihat.
Dengan masa lalu yang penuh luka dan dendam yang belum terselesaikan, Lion harus memimpin misi penyusupan paling berbahaya dalam kariernya. Didampingi oleh Tanikawa, sahabat lamanya yang jenius teknologi, perjalanan mereka segera berubah menjadi permainan kucing dan tikus yang mematikan di jalanan Moskow.
Ketika misi resmi berubah menjadi urusan pribadi, Lion menemukan dirinya terjebak dalam jaringan konspirasi dimana tidak ada yang bisa dipercaya. Setiap langkah membawanya lebih dalam ke dalam labirin pengkhianatan, sementara masa kelamnya terus membayangi setiap keputusan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MR. IRA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22: Lion Terluka
Shanghai, Cina.
Pria tua itu lagi-lagi duduk di kursi yang sama, namun kali ini ada yang berbeda. Di depannya, duduk seorang pria dengan mengenakan jas, masker hitam, kacamata, serta topi "Tuan, mereka berhasil dilacak intel kami. Sekarang apa yang harus saya lakukan?!" tanya pria yang duduk di depan pria tua itu.
Pria tua itu membuka lacinnya, dia mengambil sebuah kertas lalu memberikannya ke pria yang ada di depannya "Baik, tuan. Surat ini akan saya sampaikan!!" ucapnya setelah membaca kertas itu. Dia lalu keluar, meninggalkan pria tua itu sendirian di ruangannya yang megah.
"Prok... Prok... Prok..." pria tua itu tiba-tiba bertepuk tangan, sambil memberikan senyum sinis ke foto dua orang yang membelakangi pesawat F-15 "Alexander, mungkin dulu kita adalah teman, sahabat, dan juga serasa menjadi saudara. Tapi, semua itu sudah berakhir karena satu hal itu!!!" bisiknya pelan ke foto itu.
Disisi lain, Lion dan Tanikawa yang tengah mencoba menyelamatkan Nadachi "Tunggu, bau ini... Bom?!" gumam Tanikawa saat mencium aroma yang aneh dari arah kabin yang tengah dimasuki Lion.
"Tit... Tit... Tit..." suara yang terus terdengar sejak beberapa detik yang lalu. Lion segera menyadari bahaya "Ini, bom?!" ujar Lion. Dia langsung berlari menuju jendela melompat dari jendela, dan langsung mencoba berlari menjauh, tapi "Duuuuarrrr!!!" ledakan terjadi, Lion belum sempat berlari jauh "Astaga!!! Komandan!!!" teriak Tanikawa sambil berlari mendekat ke kabin yang sudah hancur, dan terbakar.
Tubuh Lion yang tak sempat menghindar jauh pun terpental beberapa meter, dia terpental dan berhenti saat tubuhnya menghantam sebuah pohon dengan keras "Ugh!!!" Lion terduduk lemas, dengan darah yang mengalir dari kepala dan tubuhnya, serta luka bakar yang cukup menyakitkan. Dengan pandangan yang samar, dia melihat sisa-sisa dari kabin itu. Dengan api yang terus berkobar dengan ganas, sebelum dia pingsan. Dia melihat Tanikawa berlari ke arahnya "Komandan!!" teriak Tanikawa.
Tanikawa langsung menggendong Lion pergi dari hutan, dia pergi dari hutan dengan menggendong Lion yang terluka. Dan juga, dia meninggalkan senjatanya karena itu akan membuat Tanikawa sulit membawa Lion untuk pergi "Komandan, apa yang sebenarnya terjadi?!!!" gumam Tanikawa sambil terus berjalan melewati semak-semak.
Darah dari tubuh Lion mengalir ke seragam polisi yang dikenakan Tanikawa "Komandan, aku yakin komandan pasti kuat!! Bertahanlah!!" ucap Tanikawa sambil berlinang air mata. Langkah demi langkah dilewati Tanikawa, didalam kegelapan yang diterangi oleh api, dan juga lebatnya semak belukar, dia harus membawa Lion ke mobil tadi. Karena, di sanalah tas Lion berada. Sesekali Tanikawa berhenti berjalan untuk bernapas, di belakang Tanikawa. Masih terlihat asap dan juga api yang terus berkobar, membuat malam yang seharusnya gelap gulita, menjadi sedikit lebih terang.
Tanikawa terus berjalan, setelah beberapa menit berjalan sambil menggendong Lion yang terluka. Dia akhirnya tiba di mobil yang tadi mereka pakai, Tanikawa langsung membaringkan tubuh Lion di tanah "Ayo, kotak P3K!!! Obat!!! Dimana!!!" ujar frustasi Tanikawa sambil mengacak-acak isi tas Lion.
Tanikawa terus mencari "Ini, obat!!" ujar Tanikawa yang senang. Dia langsung kembali ke Lion, dia lalu membuka topeng Lion yang sudah retak dan juga sedikit hangus. Dia langsung memperban luka Lion. Memberikan obat luka di beberapa luka Lion "Seandainya kami bukan buronan, pasti aku sudah membawa komandan ke rumah sakit!!!" ucap kecewa Tanikawa.
Setelah beberapa saat Tanikawa melakukan pengobatan, Tanikawa terduduk di samping tubuh Lion yang selesai dia obati. Dari kejauhan, terdengar suara helikopter "Helikopter? Mungkin helikopter dari tim pemadam kebakaran. Pasti sebentar lagi tim pemadam kebakaran, polisi, dan juga medis akan bergerak ke sini. Kalau kami tidak segera pergi, mungkin para polisi akan menangkap kami!!" gumam Tanikawa.
Lion tiba-tiba membuka matanya secara perlahan "Komandan!!!" teriak Tanikawa "T... Tanikawa, ayo kita pergi!!!" ucap Lion dengan tertatih-tatih, Tanikawa lalu mencoba mendudukkan Lion secara perlahan "Tapi, kondisi komandan sekarang tidak memungkinkan untuk pergi sekarang!!" jawab Tanikawa.
Lion menggerakkan tangannya, dia menyentuh kakinya yang terluka "Tanikawa, sepertinya tulang kaki kiriku patah!!" seru Lion sambil memegangi kaki kirinya, Tanikawa kaget, tapi itu pasti akan terjadi "Sungguh?! Bagaimana sekarang, jika kaki komandan patah. Kita harus segera mengoperasinya, dengan catatan. Kita siap menjadi tawanan kepolisian, karena kita buronan!!" jawab Tanikawa sambil menyentuh kaki kiri Lion yang patah.
Lion tiba-tiba mencoba berdiri dengan sekuat tenaganya "Komandan, jangan!!" ucap Tanikawa saat melihat Lion mencoba berdiri sendiri "Arrrghhh!!!" eraman kesakitan Lion. Lion tiba-tiba kehilangan keseimbangannya, dan sedikit terjatuh ke bawah. Beruntung Tanikawa sempat menangkap Lion sebelum terjatuh ke tanah "Kalau komandan memaksakannya, lukanya akan bertambah parah!!" nasihat Tanikawa.
Lion menatap wajah Tanikawa "Tanikawa, apa kamu lupa. Di belakang kita, kebakaran hebat sedang terjadi, dan sebentar lagi. Pasti para tim penyelamat akan segera datang untuk memadamkan api!!" ujar Lion dengan suara pelan.
Tanikawa membantu Lion untuk berdiri tegap "Iya, aku tahu komandan. Tapi, lukamu terlalu serius, dan darah masih membasahi pakaianmu!!" bantah Tanikawa lagi "Tanikawa, kita masih memiliki dendam untuk dibalaskan. Jadi, kalau kamu tidak ingin membantuku, maka pergilah!!!" bentak Lion dengan nada tinggi.
Kali ini Tanikawa tidak bisa bicara, dia lalu membantu menuntun Lion masuk ke dalam mobil "Aku yang akan menyetir, komandan!!" ucap Tanikawa.
Tanikawa lalu mendudukkan Lion di bangku belakang, "Arrghhh!!! Sakit!!!" ucap Lion saat Tanikawa memposisikan kaki Lion. Setelah selasai, Tanikawa membereskan tas Lion "Komandan, sekarang aku tidak memiliki siapapun selainmu. Jadi, tolong untuk bertahan bersamaku!!" gumam Tanikawa sambil mengemasi tas Lion.
Lion duduk sambil memandangi kaki, lalu pakaiannya, dan kemudian menyentuh perban di sekujur lukanya "Luka ini, ini masih lebih ringan daripada lukaku di misi beberapa tahun lalu. Dan perban ini, pasti Tanikawa yang memasangnya," batin Lion.
Tanikawa masuk ke mobil "Apa aku harus membawa komandan ke rumah sakit? Tidak, aku akan membawanya ke rumah sakit yang mau tutup mulut, walaupun harus dengan uang untuk menutup mulutnya!!" pikir Tanikawa dengan serius.
Dari kejauhan, suara sirine polisi, ambulan, pemadam kebakaran, dan suara baling-baling helikopter tim pemadam mulai mendekat. Tanikawa langsung menancap gas dengan cukup cepat, membuat sedikit benturan antara kaki kiri Lion dengan bangku mobil.
Lion menahan sakit, dia terus mengatur napasnya untuk mengurangi rasa sakitnya, Tanikawa terus melajukan mobilnya sampai masuk kembali ke masuk ke dalam kota "Tanikawa, kita sekarang menuju kemana?!" tanya Lion dengan nada menahan sakit.
Tanikawa menjawabnya dengan nada pelan juga dan seperti menahan sebuah luka yang dalam "Ikuti saja," jawab Tanikawa. Lion berhenti bertanya, dia kali ini menyerahkan kendali sepenuhnya ke Tanikawa.
Bersambung...