NovelToon NovelToon
GLORY SAGA

GLORY SAGA

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sistem / Dunia Lain / Robot AI / Game
Popularitas:426
Nilai: 5
Nama Author: Ismi Jannah

Sejak teknologi berkembang bertahun tahun yang lalu, perusahan game nomor satu di dunia yaitu Tensegame telah mengeluarkan versi Alpha dari game berjudul Glory Saga yang sebelum nya masih dalam tahap perkembangan dan masih bernama Crown heroes.

Nara Ananta adalah seorang lelaki berumur dua puluh lima tahun yang mengalami kecelakaan dan harus di rawat di rumah sakit selama beberapa tahun, setelah sembuh Nara kesulitan mencari pekerjaan hingga akhirnya seorang teman merekomendasikan game Glory Saga agar ia bisa mendapatkan pekerjaan dari sana.

Nara Ananta lalu memulai petualangannya sebagai Kane dan perlahan lahan mulai menorehkan jejak jejak perjalanan nya di dalam game.

"Kane? bukankah itu adalah nama dari seorang pemain legendaris dari crown heroes?"

"akhirnya king sword Kane telah kembali."

Nara Ananta atau Kane perlahan lahan menjadi terkenal tanpa disadarinya.

perjalanan Nara Ananta sebagai Kane pun dimulai dan menorehkan lagi gelar legendaris milik nya untuk di kenal dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ismi Jannah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ravian

Nara dan Vana pergi keruangan lain untuk mengobati luka di tangan Vana dan juga pipi nya yang terkena tamparan.

"apa yang terjadi?" Nara membentu Vana membuat kompres dan bertanya.

"entah lah, pasien itu sangat mesum dia mencoba menyentuh disana sini, jadi ku tekat saja perutnya kuat kuat, tak kukira dia akan mengamuk seperti itu." Vana mendengus.

"kau tau dia bahkan mencoba mencuri ciuman, ugh aku merinding." vana menggosok kedua bahu dan lengan nya.

"kau benar dia kehilangan pikiran nya, juga seluruh otak nya." Nara menyerahkan kompres nya dan Vana mulai mengompres pipi nya.

"sakit sekali aku tidak ingin bertemu dengan orang itu lagi."

"jika bertemu orang seperti itu, pukul saja dengan keras atau lari saja jangan menerima begitu saja, lain kali mungkin beremu penjahat membawa senjata." Nara menasehati dan Vana mengangguk lesu.

"dan apa yang kau lakukan disini? Berkunjung, cek kesehatan bukan kah masih lama."

Nara mengangguk lalu mulai bercerita dari game, gejala sisa dan saran saran dokter.

"ah..itu yang terjadi, kamu baik baik saja?" Vana jadi khawatir setelah mendengar kisah nya.

"tak apa apa, hanya butuh obat jika ada keadaan darurat."

Vana segera meraih resep dokter dari tangan Nara.

"mudah saja serahkan pada ku."

Setelah kemerahan di pipi Vana berkurang mereka pergi menuju ruang farmasi untuk mengambil obat, tapi di perjalanan mereka bertemu dengan pasien sebelum nya dengan dua pengawal nya dan seorang lelaki berjas rapi yang dikenal Vana dan Nar

"Vana kita bertemu lagi." sapa lelaki itu.

"Ian?" Vana menatap ke arah Ravian dengan wajah muram.

"Vana aku tau kau masih mencintaiku, kau membuat adikku kesal hanya untuk menarik perhatian ku. Katakan, apakah kau ingin kia menjalin hubungan."

Vana dan Nara memasang wajah dingin.

"pasien itu mengamuk untuk mengincar mu." Nara berbisik, vana mengangguk.

Ravian, lelaki ber-jas itu tersenyum sambil mendekati Vana tapi Nara menghalangi nya segera, Ravian mengerutkan dahi nya tidak senang.

"jangan memfitnah ian, aku tidak menyukai mu dan aku tidak peduli apakah adik mu kesal apalah terserah, adikmu lah yang membuat ku kesal."

Vana dan Ravian adalah sepasang kekasih setahun yang lalu, namun mereka berpisah karena Vana berpikir mereka tidak cocok dan berada di dunia yang berbeda dan memiliki pemikiran berbeda.

lama kelamaan Vana juga mulai tidak mencintai Ian karena Ian mulai bersikap kasar, Vana mun memutuskan hubungan mereka.

tapi Ravian tidak terima, ia berkali kali menemui Vana mengajak nya berbaikan tapi juga mulai mengancam nya, Vana semakin yakin tak ingin bersama nya lagi.

Apalagi Ravian mulai menunjukkan sifat nya yang sombong, ditambah ia berasal dari keluarga kolomerat yang kaya, sifat jahat nya semakin menjadi jadi.

"siapa yang memfitnah, vana ada bukti didepan mata, kau berusaha menarik perhatian ku lewat adik ku." Ravian melirik pasien sebelum nya yang mengamuk, menunjukkan pada vana ia yang memulai masalah.

"perhatian? Bicara omong kosong adik mu itu hampir melecehkan nya." Nara memasang wajah datar, Ravian membalas nya dengan tajam.

"aku ingat kau pasien tahun lalu, sudah sembuh?" Ravian mendekati nara berdiri dihadapan nya dengan angkuh.

"jangan ikut campur, apa kau ingin menjadi pasien lagi."

"Ian!"

Vana terkejut dengan ancaman Ravian, ia lalu menarik Nara mundur, Ravian adalah orang kaya yang tak bisa di bandingkan dengan mereka, jika Nara terseret Vana tidak akan bisa menolong nya.

"ian! Jika kau berani melakukan sesuatu aku akan melaporkan mu pada polisi."

Vana sebenarnya ketakutan, jika Ravian ingin melakukan sesuatu bahkan jika itu polisi datang, Vana tau yang jadi korban akan dirinya dan Nara, jantung nya mulai berdegup kencang memikirkan kemungkinan masalah dimasa depan.

'tolong jangan berkelahi' bisik nya dalam hati.

"Vana kenapa kau khawatir dengan nya, apa kau meninggalkan ku karena pria ini, kau suka dengan nya!." Ravian menatap Nara dengan amarah.

"harusnya aku tau, kau suka dengan pasien ini, Vana apa kau suka pria cacat."

"Ian hentikan! Ini tidak ada hubungan nya dengan Nara."

"kau membela nya!" Ravian melotot lalu meraih kerah baju Nara menarik nya hingga wajah mereka berdua berhadapan.

"Ravian berhanti!"

"sadarlah dia tidak menyukai mu, tak ada guna nya memaksa, apa? Merasa kalah dengan orang cacat ini. bodoh!" Nara hampir meludahi wajah Ravian, ia berucap santai.

"kau berani!" Ravian mengangkat tinju nya

"Ian berhenti...tolongg!"

Vana segera berteriak menghentikan tinju Ravian melayang.

Mereka berada di kordior luas, banyak pasien, suster dan orang orang berlalu lalang, sekejap orang orang yang mendengar teriakan Vana menoleh ke arah mereka dengan penasaran.

"cih!" Ravian berdecak melepaskaan Nara tak ingin menarik perhatian ke arah mereka.

"lihat saja Nara, berani mengambi pacar ku, ikut campur masalah ku, memprovokasi ku , menyebutku bodoh, kau akan mendapatkan akibatnya."

Nara mendengus tertawa mengejek.

"lakukan saja, ku tunggu kita lihat apa yang bisa kau lakukan."

Ravian mengepalkan tangan nya lalu tersenyum sinis.

"Nara bukan, mulai hari ini kita lihat hidup mu tidak akan tenang!"

Ravian lalu berbalik bersama antek-antek nya karena ada petugas keamanan yang bergegas menuju ke arah mereka.

Nara memperhatikan Ravian pergi, ada logo mencolok di jas bagian belakang baju nya sama juga dengan jas dua pengawal nya.

Lambang burung albatros berwarna biru.

"Nara kau harusnya tidak melakukan itu, ravian itu mereka bukan orang sembarangan." Vana menatap Nara dengan cemas.

"tak apa apa aku baik baik saja, dia tidak bisa mengancamku."

"tapi dia bisa melakukan apa saja pada mu!" Vana gelisah.

"jika ia datang lawan saja, tak ada msalah, sudah lah ayo ambil obat ku, aku merasa akan membutuhkan nya jika kita berlama lama memikirkan ini."

Vana merengut tapi tidak bisa berbuat apa apa.

"katakan pada ku jika kau mendapatkan masalah apapun."

"hmm akan kulakukan"

Mereka lalu pergi mengambil obat, makan siang bersama Vana lalu kembali pulang.

Sekembalinya ia ke apartement, ia mendapati masalah datang pada pasangan lansia pemilik apartement.

Mereka berdua berdiri di depan apartement dengan wajah tidak baik.

"kek, nek, apa yang terjadi?" Nara segera menghampiri mereka.

"nak, mereka mengambil tanah kita." nenek berucap sedih.

Nara menyernyit lalu melihat ke sekitar apartement ada garis garis kuning yang baru di pasang, mengelilingi seluruh apartement.

"ini.." Nara tidak bisa berkata kata.

"mereka membeli tanah ini secara paksa." kakek pemilik apartement mengeluh dan menceritakan pada Nara sebelum ia datang.

Ada sekelompok orang datang dan tiba tiba membeli tanah apartement mereka, mereka membawa berkas berkas langkap yang sebagian tidak di pahami kakek dan nenek pemilik, mereka juga megatakan hal hal seperti tuntutan dan lain nya memaksa kakek dan nenek menjual tanah mereka.

Untung nya mereka membeli tanah ini bukan merampasnya, kakek dan nenek tidak masalah kehilangan apartement dan tanah nya jika dengan bayaran yang setimpal tapi kakek mengkhawatirkan Nara yang menjadi penyewa lama mereka.

Nara menghela nafas lega, ia takut itu adalah rampasan untung nya hanya pemaksaan penjualan bukan perampasan dan kakek nenek itu tidak terluka.

Kakek dan nenek meminta maaf pada Nara, Nara menghibur mereka bahwa ia baik baik saja dan tidak keberatan, tidak ada dari mereka yang mengira akan ada seseorang yanh memaksa membeli apartement tua itu tiba tiba.

kakek dan nenek berencana untuk kembali ke kampung halaman mereka, mereka sudah tua dan ingin anak mereka menjaga mereka.

Nara sendiri tidak tau ingin pergi kemana, ia berpikir untuk pergi kerumah nya tapi segera menepis nya, saat ini ia pengangguran tak bisa kembali begitu saja, pilihannya hanya mencari apartement lain.

Waktu Nara berkemas hanya tiga hari, jadi Nara harus mulai merapikan barang barang nya, di balkon nya nara melihat bendera yang menancap di depan apartement itu.

Bendera dengan lambang burung albatros berwarna biru, mata tajam Nara memperhatikan bendera berkibar itu dengan dingin.

"aku akan mengingat ini."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!