NovelToon NovelToon
Selenophile

Selenophile

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Time Travel / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Healing / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:955
Nilai: 5
Nama Author:

Rasanya sangat menyakitkan, menjadi saksi dari insiden tragis yang mencabut nyawa dari orang terkasih. Menyaksikan dengan mata sendiri, bagaimana api itu melahap sosok yang begitu ia cintai. Hingga membuatnya terjebak dalam trauma selama bertahun-tahun. Trauma itu kemudian memunculkan alter ego yang memiliki sifat berkebalikan. Kirana, gadis yang mencoba melawan traumanya, dan Chandra—bukan hanya alter ego biasa—dia adalah jiwa dari dimensi lain yang terjebak di tubuh Kirana karena insiden berdarah yang terjadi di dunia aslinya. Mereka saling Dalam satu raga, mereka saling menguatkan. Hingga takdir membawa mereka pada kebenaran sejati—alasan di balik kondisi mereka saat ini. Takdir itu memang telah lama mengincar mereka

Berdamai Dengan Masa Lalu

Pada awalnya, hanya kegelapan yang menyelimuti. Suasana hitam pekat menyerap segala cahaya, membuat dada terasa sesak seakan tenggelam ke dasar lautan yang tak berujung. Semakin jatuh ke dalam, semakin besar tekanan yang diterima, menciptakan perasaan cemas yang sulit dijelaskan. Suara pun seakan lenyap, tertelan oleh kehampaan yang mengerikan.

Namun, di tengah rasa sesak yang kian menghimpit, ada secercah cahaya yang perlahan muncul dari kejauhan. Cahaya itu memancar dan menyebar secara abstrak, seperti bintang yang menyelinap melalui celah-celah malam yang gelap.

Hal pertama yang terlihat oleh Kirana kala itu adalah sosok seorang gadis yang berdiri sambil menatapnya dengan mata sendu. Kirana terkejut dengan keberadaan makhluk yang tiba-tiba muncul di hadapannya, tetapi yang paling membuatnya bergidik adalah wajah gadis itu, dia sangat mirip dengan Kirana saat berusia tujuh tahun.

Penampilan gadis kecil itu sangat menyedihkan, membuat Kirana sesak karena harus teringat dengan momen tragis kecelakaan yang merenggut nyawa bundanya, sepuluh tahun yang lalu. Wajah gadis kecil itu penuh dengan kesedihan dan luka batin yang tak terlupakan, seolah memanggil semua kenangan pahit yang telah lama dia coba lupakan.

Di tengah kesunyian yang mencekam, gadis kecil itu mulai berbicara dengan suara bergetar, penuh keputusasaan dan kesedihan. "Apa yang kamu dapatkan setelah bertahan hidup dan menjalani hidup di dunia yang tidak adil ini?"

Perasaan Kirana terombang-ambing dalam lautan emosi yang dahsyat. Ingatan masa kini dan juga ingatan sedari kecil bertumbuk menjadi satu, seperti badai yang menghantam dari berbagai arah. Dia bisa merasakan luka-luka masa lalu yang masih menyala dalam ingatannya, seolah itu semua baru terjadi kemarin. Momen-momen kebahagiaan saat orang tuanya masih hidup, dan juga pengabaiannya terhadap Lauri dan Sandra, melintas silih berganti. Membangkitkan kembali penderitaan yang telah lama terpendam.

Kirana terduduk dengan lemas di lantai yang dingin, tubuhnya gemetar hebat. Air mata membanjiri pipinya dengan deras, membentuk aliran sungai kecil. Kirana bisa melihat tangannya yang gemetaran. Dia menggenggamnya sekuat tenaga, berusaha menenangkan diri, tetapi perasaan cemas itu tak mampu reda begitu mudah.

Bahu Kirana naik turun mengikuti irama isak tangis yang tersedu-sedu, mengguncang tubuhnya yang sudah lemah dan rapuh. Suara isak tangis itu terdengar lirih dan penuh kepedihan, mengisi udara dengan duka yang mendalam. Beban emosi yang dirasakannya saat ini menyerupai batu besar yang menghimpit dada, membuat gadis itu kesulitan bahkan untuk sekadar bernapas.

"Aku juga tidak tahu mengapa aku memilih untuk tetap hidup. Aku juga lelah dan ingin pergi menyusul, Bunda. Tapi, apakah dengan mati semuanya akan selesai begitu saja? Aku hanya akan menambah luka di hati Kak Lauri dan Kak Sandra," lirih Kirana di sela isak tangisnya.

"Tidak ada gunanya tetap hidup jika setiap hari rasanya seperti mati!" bantah gadis kecil itu sambil menatap Kirana dengan penuh amaran dan kekecewaan yang besar, seolah semua yang dilakukan Kirana untuk terus bertahan hidup selama ini adalah sebuah kesia-siaan semata.

Kirana menitikkan air mata mendengar kata-kata dari dirinya yang lain itu. Benar sekali, selama ini dia memang hidup bagaikan raga yang tak lagi memiliki jiwa. Rasanya hampa, kosong, dan tak punya tujuan hidup. Jika kesedihannya mencapai puncak, bahkan melewati batas, dia hanya akan berakhir memikirkan sesuatu yang ekstrem, misalnya saja mencari cara untuk mengakhiri hidup tanpa rasa sakit. Meskipun pada akhirnya, Kirna tidak mampu melakukannya, karena selalu teringat dengan keluarga yang masih mengharapkan dirinya untuk tetap bertahan hidup.

"Kenapa kau diam saja?! Jawab aku! Apakah kau juga akan meninggalkanku?! Menyalahkanku? Aku tak ingin hidup seperti ini! Aku tak ingin merasakan sakit dan penderitaan ini lagi! Aku pergi! Aku ingin ikut dengan Bunda! Kenapa hidup begitu kejam padaku!" teriak gadis kecil itu terdengar menyayat hati.

Energi kesedihan, penyesalan, dan amarah menguar menyerupai asap hitam dari dalam gadis kecil itu. Lama kelamaan, energi itu saling terikat dan bersatu menyerupai pusaran angin puting beliung.

Energi negatif itu semakin lama semakin kuat, membuat Kirana terdorong oleh tekanan yang begitu besar. Namun, sebelum tubuhnya jatuh terhempas, secercah kekuatan muncul dan menyelamatkannya. 

Saat mengalihkan pandangan, Kirana tersentak melihat cahaya yang telah menyelamatkannya perlahan berubah menjadi sosok wanita yang cantik. Dia terperangah pada sosok yang dikelilingi dengan aura kehangatan itu. Senyuman yang masih sama cantiknya, wanita itu menggenggam tangan Kirana dengan penuh kasih sayang.

"Jangan takut, anakku. Bunda selalu di sini untukmu," bisiknya dengan suara lembut yang mengalir menembus hati Kirana.

Perasaan rindu yang sudah lama terpendam dalam diri Kirana, membuatnya tak mampu menahan diri untuk tidak menangis. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, keajaiban macam apa yang diturunkan oleh Tuhan saat ini. Namun yang pasti, Kirana tidak ingin melepaskan pelukannya pada Anin, dia bahkan menangis tersedu-sedu seperti anak kecil.

Anin membalas pelukan putrinya dengan penuh sayang. Sambil membelai rambut Kirana, dia kembali berbisik, "Bunda tahu, kamu sangat merindukan Bunda. Tapi, ini bukan saat yang tepat untuk melepas rindu. Sekarang, kamu harus mengalahkan kesedihan dan kemarahan dalam dirimu dahulu, Nak. Bunda ada di sini, mari kita hadapi bersama."

Kirana yang mulai sadar, segera melepaskan pelukannya. Anin membantu menghapus air mata yang mengalir di wajah putrinya. Keduanya saling melontarkan senyuman, dari sana Kirana mendapatkan suntikan semangat dan kepercayaan diri untuk menaklukkan bagian dari dirinya yang penuh dengan luka. Orang-orang biasa menyebutnya dengan Inner Child.

Inner child adalah konsep psikologis yang mengacu pada bagian dari diri manusia yang menyimpan perasaan, pengalaman, dan kenangan masa lalu, terutama yang berasal dari masa kanak-kanak.

Inner child bisa digambarkan sebagai respons atau reaksi alami yang dipelajari manusia sedari kecil saat menghadapi suatu kejadian atau pengalaman, yang menyenangkan atau traumatis. Misalnya, seperti perasaan takut, ditinggalkan, atau merasa tidak cukup baik sering kali merupakan cerminan dari pengalaman masa kecil seseorang. Akan tetapi, Inner child tidak selalu menyimpan trauma; ia juga menyimpan kenangan manis, kegembiraan, dan rasa kagum yang khas dari seorang anak.

Pertarungan melawan diri sendiri adalah salah satu pertarungan yang tidak mudah. Namun, Kirana tidak ingin membiarkan bagian dari dirinya itu terus terbekam dan terkurung dalam penderitaan masa lampau.

Berkat keberanian yang tumbuh dalam dirinya, serta kasih sayang dari seorang ibu yang memberikan kekuatan, pusaran energi negatif yang sempat menyerang Kirana beberapa saat yang lalu, tidak lagi berpengaruh padanya. Kirana terus melangkah, mendekati Inner Child-nya itu dalam jarak yang sangat dekat. Sampai akhirnya, Kirana berhasil membawa gadis itu ke dalam pelukannya.

"Maafkan aku, kamu harus hidup dalam penderitaan dan rasa sedih berkepanjangan," ucap Kirana dengan tulus. Meski suaranya terdengar bergetar, namun hatinya telah dipenuhi dengan kelapangan hati. "Aku akan mencoba merelakan semuanya dan mencari kebahagiaan kita bersama."

Gadis kecil itu tersentak dan segera tersadar dari energi negatif yang menguasainya. Semuanya terjadi dengan cepat. Setelah sadar, gadis itu langsung berlinang air mata, kemudian menangis dengan sangat kencang. Dia menerima pelukan Kirana dan terhanyut dalam kehangatan yang membuatnya merasa tenang.

Sedikit demi sedikit, energi gelap yang melingkupi Kirana kecil perlahan menghilang. Kirana juga merasakan hal yang sama; dada yang selalu sesak kini terasa lebih ringan. Seakan-akan, beban berat telah diangkat sepenuhnya.

Sementara itu, Anin yang melihat dari kejauhan tampak menyunggingkan senyum, merasa senang melihat keberanian Kirana yang berhasil menaklukkan bagian dari dirinya yang terluka parah. Anin menarik kedua sudut bibirnya ke atas, tersenyum dengan penuh kebanggaan dan rasa haru. Hatinya dipenuhi dengan kegembiraan melihat putrinya tumbuh kuat dan berani menghadapi masa lalu yang menyakitkan.

Untuk pertama kalinya, Kirana bisa merasakan keajaiban dalam hidup. Setelah sekian lama terbelenggu dalam derita dan nestapa yang tak berujung, dia akhirnya bisa melepaskan diri dari rantai-rantai penyesalan masa lalu. Dia bisa melihat wajah Kirana kecil tersenyum bahagia sebelum akhirnya menghilang seperti asap, meninggalkan kelegaan yang mendalam di hati Kirana.

"Bunda bangga padamu, Nak," ucap Anin sambil menyentuh kedua pipi Kirana yang tampak begitu kurus. "Bunda senang bisa melihatmu tumbuh dewasa. Kamu sangat cantik," sambungnya sambil mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas.

Di hadapan bundanya, Kirana tidak bisa hanya tersenyum. Air matanya menitik, bukan karena sedih, tetapi karena rasa haru dan bahagia. Dia merasa diberkati sebab diberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan seseorang yang sangat membuatnya rindu.

"Maaf, karena Bunda sudah meninggalkanmu dalam kesedihan yang panjang. Jika kamu ingin menangis, menangislah, Nak. Bunda ingin kamu melepaskan semuanya, sampai hatimu merasa lega," ucap Anin sambil mengelus rambut putri bungsunya dengan penuh kasih sayang.

Anin tidak ingin meninggalkan Kirana dengan masih menyisakan kesedihan dalam dirinya. Untuk itulah keberadaan Anin ada di sini. Dia akan mendengarkan luapan hati dan perasaan putri bungsunya tanpa melewatkan satu detik pun. Dia tahu Kirana butuh waktu untuk mengungkapkan semua yang terpendam sejak lama.

Setelah beberapa saat, Kirana akhirnya merasa tenang. Air matanya tak lagi mengalir deras, dan deru napasnya telah kembali normal.

Anin dengan lembut menyeka sisa air mata di pipi Kirana, kemudian berkata, "Kirana, seperti yang kamu tahu, Bunda tidak akan lama di sini. Mari kita saling melepaskan rindu sampai waktunya tiba. Kamu boleh menanyakan apa pun pada Bunda."

"Terima kasih, Bunda. Bunda sudah datang menemuiku. Bunda juga sudah menolongku. Aku berjanji, setelah ini, aku akan hidup dengan baik dan tidak membuat Bunda sedih lagi," jawab Kirana dengan suara yang masih terdengar sedikit serak karena habis menangis.

"Bunda percaya, kamu pasti bisa melakukannya, Nak," balas Anin sambil tersenyum lembut, matanya bersinar penuh kebanggaan.

"Ini sungguh ajaib. Apa Bunda tahu, hidupku seperti cerita novel saja. Aku terlempar ke dunia yang asing, kemudian aku bertemu dengan orang-orang baru. Mereka semua baik padaku. Lalu, Tuhan memberiku kesempatan untuk bertemu dengan Bunda. Apakah aku sebenarnya sedang bermimpi, Bun? Jika aku benar bermimpi, aku tidak ingin bangun."

"Kamu sedang tidak bermimpi, Nak. Yang kamu alami saat ini adalah nyata. Termasuk kenyataan bahwa jiwamu terdampar di universe lain." Anin memberikan penjelasan dengan penuh penjelasan.

"Apa Bunda tahu, mengapa jiwaku terlempar sampai sejauh ini?" Kirana merasa semakin tidak mengerti dengan semua yang terjadi dalam hidupnya.

Anin menghela napas sejenak. Sulit baginya untuk mengatakan yang sebenarnya. Namun, saat melihat wajah Kirana, dia tidak tega membiarkan putrinya dalam kebingungan. Akhirnya, dia pun mengatakan yang sebenarnya terjadi.

"Saat Chandra mengambil alih tubuhmu, dia terjatuh ke dalam kolam. Saat ini, tubuhmu yang asli sedang mengalami koma. Jiwa kalian terbawa sampai ke dunia ini."

Kirana menatap Anin dengan tatapan yang penuh tanda tanya, mencoba memahami situasi yang begitu rumit ini. "Bunda juga tahu soal Chandra?" tanyanya tampak keheranan.

"Tentu saja, Bunda tahu. Bunda selalu memperhatikanmu. Bunda selalu melihat kalian dari tempat yang jauh." Dia berhenti sejenak, menatap Kirana dengan penuh cinta dan kasih sayang. Ini adalah saatnya untuk memberitahukan Kirana, bahwa .... "Sesungguhnya, Chandra adalah jiwa yang telah menyelamatkanmu di malam kecelakaan sepuluh tahun yang lalu."

Bersambung

Sabtu, 04 Oktober 2025

1
Zeepree 1994
bagus ceritanya makin bikin penasaran, semangat ka author semoga rame yang mampir baca
Ismi Muthmainnah: Aamiin. Terima kasihhh💐
total 1 replies
Zeepree 1994
assalamualaikum ka othor semoga sukses ya ceritanya, aku izin baca ya Thor
Ismi Muthmainnah: Wa’alaikumussalaam. Terima kasih sudah tertarik buat baca dan kasih like juga😇 Aamiin, semoga ceritanya menghibur yaa🌹
total 1 replies
MARQUES
lanjutkan terus thor nulis novelnya kalau bisa bikin novel romansa fantasi aja terus tapi bikin nagih dan MC cewenya ga gampang luluh sama cowo🙏😄
Ismi Muthmainnah: Iya nih kak😂😭😭 Makasih banget yaa udah kasih masukan. Lumayan juga menurutku fantasi bangun wordbuldingnya
total 3 replies
Ismi Muthmainnah
Ini cerita pertama aku setelah hiatus lama. Selamat menikmati bagi yang suka cerita fantasi transmigrasi, tapi halal🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!