David Ferrero
adalah seorang pengusaha muda yang berbakat dan tampan namun sayang ketampanannya tertutup oleh sikap dingin dan galaknya sebagai CEO dari Ferrero grup. sikapnya yang dingin membuat para wanita takut untuk sekedar menyapa atau meliriknya
Bela diana putri
adalah wanita sederhana yang berasal dari desa terpencil. bela memiliki karakter ceria, ramah dan sangat baik terhadap semua orang, walaupun bela berasal dari desa terpencil tapi otaknya sangat cepat tanggap dalam menerima sesuatu yang berkaitan dengan ilmu atau perusahaan. oleh sebab itulah bela direkomendasikan bekerja oleh kampusnya di perusahaan terkenal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Yulianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 19
bela dan david kembali bekerja hingga tak terasa malam hari sudah tiba, mereka tidak menyadari waktu saking asiknya bergelut dengan pekerjaan
"aaahhh selesai" ucap bela menggeliat meregangkan tubuhnya
"ayo pulang" ajak david mengambil kunci mobil
"baik tuan" jawab bela dengan patuh
"jika jam kerja sudah habis jangan panggil tuan kau pikir setua apa aku" kata david
"mm baiklah" ujar bela tidak ingin bertengkar
mereka berjalan keluar kantor. sepi memang karena para karyawan sudah pulang sedari tadi, enak sekali mereka pulang jam 5 sore sedangkan bela harus bekerja 2 kali lipat dari mereka
"hay bela" sapa raka yang sedang bersender dipintu mobil
"oh hay kau menungguku?" tanya bela antusias
"seperti yang kau lihat, ayo aku antar pulang dimana tempat tinggal mu?" tanya raka tersenyum
bela berjalan mendekati raka namun tangannya dipegang erat oleh david. bela mengeryitkan dahi melihat kebawah kearah tangannya
"kau pergi dengan ku maka pulang juga dengan ku. siapa saja yang tinggal dirumah ku akan menjadi tanggung jawab ku" ucap david ketus lalu menarik bela masuk kedalam mobilnya
"hey"
"maaf raka lain kali saja, sampaikan salam pada ayahmu!!" teriak bela
"berani sekali kau!!" david menatap tajam kearah bela sedangkan bela mengangkat bahu tidak tahu menahu kenapa david sering sekali marah akhir akhir ini
mereka pun pulang tanpa sepatah kata diatas mobil
***
keesokan harinya dewi dan ervan mencegah semua orang untuk beraktivitas termasuk david, bela, dan syifa
"ada apa ma?" tanya syifa malas
"iya ma david harus bekerja, cepat katakan apa yang ingin mama sampaikan" saut david
dewi menatap bela dan david bergantian lalu tersenyum ramah
"sa,,,saya melakukan kesalahan nyonya?" tanya bela sambil menunduk
"tidak sayang, hari ini kita akan pergi kerumah mu" jawab dewi
uhuk,,,uhuk,,,uhuk
perkataan dewi berhasil membuat bela tersedak menelan ludahnya sendiri
"nyonya anda ti,,, tidak sakit kan?" tanya bela memastikan
"tidak sayang, syifa ingin sekali berkunjung kerumah mu jadi mama kabulkan hari ini" jawab dewi
"ma mama serius?" tanya syifa antusias
"serius sayang memang nya mama mu sedang bercanda" jawab papanya
"yee liburan kerumah kak belaa" syifa bertepuk tangan kecil
"baiklah jika tidak ada yang lain david harua kekantor" ucap david sudah berdiri
"kau juga ikut!!" kata ervan dengan tegas
hahhh
david sebenarnya sudah tahu maksud papa dan mamanya mengumpulkan semua orang
"kalian saja yang pergi, david sedang banyak kerjaan pa ma" ujar david
"baiklah mama tidak akan,,,,"
"jangan mengancam ku terus menerus, ayo jalan!" ucap david kesal
dewi dan ervan melakukan tos bersama begitu juga dengan syifa yang sedikit curiga dengan tingkah kedua orangtuanya
mereka semua pergi kerumah bela dengan perjalanan cukup panjang dan menggunakan 2 mobil. bela dengan david sedangkan syifa dan kedua orang tuanya menggunakan mobil yang berbeda
demi apapun perasaan ku tidak enak tapi apa itu aku tidak tau. batin bela
"lurus lagi atau bagaimana?" tanya david datar menatap jalanan yang sudah mulai kecil karena masuk kedalam area pedesaan
"iya tuan anda,,,,"
"Ck"
belum melanjutkan kalimatnya david sudah kesal dengan panggilan yang diberikan oleh bela
"mm maksud saya anda lurus saja sampai bertemu dengan gerbang hitam disamping nya ada sawah" jawab bela dengan cepat, aneh rasanya memanggil david dengan namanya sendiri
"Anda saya. bicara non formal!" titah david
"baik tu,,, aiih tidak bisa, aku memanggil mu dengan sebutan apa" ucap bela kesal
"namaku saja" jawab david
"baik" bela mengangguk patuh
"coba panggil aku" kata david masih dengan wajah datarnya. sulit sekali menebak wajah dingin ini
"da,,,vid" ucap bela
"bagus"
david akhirnya berhenti disebuah gerbang hitam yang dimaksud oleh bela