NovelToon NovelToon
Dendam Untuk Aurora

Dendam Untuk Aurora

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Romansa
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora Mecca

Aurora menjalani hukuman selama 5 tahun di balik jeruji besi. Bahkan setelah keluar dari penjara, Devandra Casarius tetap menyiksa Aurora , tanpa ampun. Apakah Devandra Casarius akan berhenti belas dendam ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Mecca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CURIGA

Rani memegang ponsel dengan wajah memerah , pandangan matanya tajam dan menusuk seakan akan ingin memangsa siapa saja yang ada di depannya.

Bagaimana tidak, kini Aurora telah melahirkan itu artinya William akan lebih sulit lagi berpisah dengan Aurora bahkan akan semakin terikat.

"Bu,,, kamu gak apa apa," tanya Hamdan yang sedang menepuk pundak Rani karena melihat ekspresi istrinya yang sedang tidak baik baik saja.

Rani nampak kaget dan mengangkat pundaknya sambil menepis tangan Hamdan dan memicingkan mata ke arah suaminya.

"Bapak ini kenapa toh?, ngagetin aja," Hardik Rani dengan alisnya yang bertaut dan mendengus.

Hamdan nampak linglung dan bingung atas jawaban Rani, bibirnya sedikit terbuka seolah olah ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak ada sesuatu yang keluar karena Hamdan menahannya dan takut jika Rani semakin marah yang tidak jelas.

Dahi Rani nampak berkerut melihat Hamdan yang terdiam, lalu pergi tanpa menoleh kebelakang.

"Gak tau ahhhh" ungkap Hamdan mengacak acak rambutnya yang awalnya rapi.

Mata Aurora berbinar binar penuh cahaya nampak bahagia, dia mencium kening Alvero, nama yang telah dia beri untuk anak semata wayangnya.

"Alvero sayang, kamu jangan sedih ya nak,, Bapak lagi mengusahakan untuk bisa datang kesini," Ujar Aurora dengan mengelus elus kening Alvero masih terus berfikir positif.

Tiba tiba saja Alvero menangis dengan kencang seakan akan mengerti dengan ucapan Aurora.

Melihat anaknya menangis mata Aurora berkaca kaca, bibirnya melengkung kebawah dan tumpah lah air matanya.

"Maafin ibu ya nak,,, kamu gak boleh marah sama Bapak,,,, ada ibu nak,, kamu mau nenen?" Tanya Aurora pada Alvero sambil memeluk Alvero dengan erat dan mencari posisi yang rileks agar Alvero merasa nyaman dan tenang saat menyusu.

"aaaaarg aaaarg, hemmm " Rintih Aurora sambil menggigit bibir bawahnya dan meringis karena putingnya terasa sakit saat Alvero menghisapnya dengan rakus , tapi Aurora mencoba untuk menahannya.

Aurora menyeka air susunya yang berlebih dan tumpah di dagu Alvero kemudian mengusap lembut rambutnya yang lebat.

Aurora merasa rambut Alvero nampak seperti rambut William, hitam, berkilau dan halus.

Senyum Aurora mengembang saat Alvero dengan perlahan lahan mulai tertidur lelap.

Sementara di kantor, John melirik ponsel disaku celananya yang dari tadi nampak bergetar, namun dia abaikan karena rapat masih belum selesai.

Setelah hampir satu jam berlalu, John menelpon dengan mondar mandir di ruangannya.

"Kok gak di angkat sih, kemana dia," Ungkap John dengan napas yang memburu dan dadanya naik turun dengan cepat.

"siallll," umpat John dengan rahang yang mengeras.

Saat dia akan memasukkan kembali ponselnya dalam saku, terasa ponselnya bergetar kembali tanpa menunggu lama John langsung mengangkat dan bersua

"Laki laki??" Tanya John dengan membelalakkan mata.

"Terus keadaan ibunya bagaimana," tanya John penasaran sambil ujung sepatunya mengetuk ngetuk lantai.

"Kamu pantau terus keadaannya, jangan sampai ada yang terlewat," perintah John pada seseorang diseberang telpon.

John menarik nafas dan merasa lega, mendengar bayi dan ibunya dalam keadaan sehat, namun dia bingung apakah dia harus berbagi informasi ini untuk Devandra atau tidak.

"Kamu kenapa John, dari tadi terlihat gelisah," Tanya Devandra mengernyitkan dahinya.

John menoleh ke asal suara tersebut kemudian dia beranjak dari tempatnya

"Hanya masalah kecil saja dan masih bisa saya atasi," Ucap John yakin dengan suara tegas.

"Oke segera selesaikan masalah itu, dan fokus ke kerjaan yang lain," Pinta Devandra sambil menepuk nepuk pundak John yang menegang.

Sementara di tempat yang sama,

William nampak mondar mandir di ruangannya, dia cemas sekaligus bingung harus melakukan apa.

Dengan berat hati dan segala konsekuensinya, William melangkah keluar untuk menuju ke Rumah Sakit tempat Aurora melahirkan, namun baru membuka pintu, sesosok wanita berhidung mancung, berkulit putih bersih dan tubuhnya nampak seksi dengan lekuk tubuhnya yang tercetak jelas di balik kemeja salur bewarna navy yang di padu padankan dengan rok pendek bewarna putih berada tepat di depan pintu.

William nampak tertegun sejenak kemudian menggelengkan kepala.

"Hai Clarisa," ucap William pelan dengan mata yang berbinar binar dengan tawa yang sumringah.

"Kamu mau kemana? lagi sibuk ya ? atau mau keluar,?" cecar Clarisa dengan suara khasnya yang lembut.

Willian tersenyum sekilas kemudian menjawab "Aku cuma mau nyari angin segar, kamu mau ketemu pak Devan ya?" tanya William ragu ragu.

"No....No ..aku mau ajak kamu makan?" sanggah Clarisa.

"ayokkkk kebetulan aku belum makan," Sahut William dengan semangat, seakan dia lupa tujuan awalnya keluar kantor.

William dan Clarisa nampak berjalan beriringan sementara di seberang berjarak sepuluh meter tanpa mereka sadari ada dua pasang mata sedang memperhatikan mereka berdua.

"Aku gak salah lihat kan kalau Clarisa dan William pergi keluar, bersama" Tanya Devandra sambil menoleh kearah John.

John menggeleng kemudian mencoba melihat kembali ke arah William dan Clarisa

"Benar pak, mereka Pak William dan Bu Clarisa," Tutur John dengan fikiran yang agak bingung.

Mendengar jawaban John, Devandra langsung melangkah pergi seolah olah itu bukan urusannya dan tidak mau tau.

Sesampainya di kafe pilihan Clarisa, William nampak begitu perhatian terhadap Clarisa.

Dia menarik kursi dan mempersilakan Clarisa untuk duduk dan dia menunggu datangnya menu sambil bersenda gurau.

"Gimana hubungan kamu dengan pacarmu," tanya Clarisa dengan penasaran dan dengan tersenyum manis membuat jantung William tidak karuan.

"hemmmm entahlah!!! Jawab William dengan tatapan kosong dan mata memerah seakan sedang mengalami kesedihan.

Melihat ekspresi dan jawaban William, Clarisa nampak paham bahwa hubungan mereka sedang tidak baik baik saja kemudian Clarisa mulai mengalihkan pembicaraan mereka.

"Apakah selama kamu kerja disini pernah melihat Devan jalan atau kedatangan tamu perempuan," Tanya Clarisa ragu ragu sambil jari jarinya mengetuk ngetuk meja.

"Sepertinya tidak, pak Devan selalu sibuk dengan kerjaannya atau mungkin aku yang kurang tau karena kita jarang bertatap muka" Ungkap William apa adanya.

Saat mereka lagi asyik mengobrol ponsel William berbunyi nyaring sampai membuat mereka berdua kaget kemudian saling pandang.

Melihat nomornya saja, William sudah bisa menebak bahwa yang menelponnya adalah Aurora.

Dengan tanpa ragu ragu William menolak panggilan suara tersebut kemudian menaruh kembali ponselnya di atas meja.

Mulut William setengah terbuka untuk melanjutkan obrolan mereka yang tadi sempat terputus namun ponsel tersebut berdering kembali, dan hal itu terjadi sampai lima kali hingga akhirnya William menonaktifkan ponselnya.

"Tadi berdering, tapi kenapa sekarang tidak aktif," ucap Aurora sambil mengusap air matanya yang mengalir deras.

Aurora mencoba menyekanya dengan tangan, namun air mata itu terus saja keluar seakan akan ingin menemaninya sambil memangku Alvero.

"Kamu semakin berubah, apa kamu mengkhianati ku," gumam Aurora yang merasa hatinya saat ini terasa hampa.

1
Yuki Nagato
Makin ketagihan.
Hebe
Ceritanya keren banget, semangat terus thorr!
Bea Rdz
Gak bisa tidur sampai selesai baca ini cerita, tapi gak rugi sama sekali.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!