Dendam Untuk Aurora
Aurora berjalan dengan gontai saat kedua tangannya di borgol , terasa dingin dan tenggorokan Aurora seakan tercekat seperti tak mampu lagi menelan ludah.
Air mata Aurora menetes, kemudian dia tersenyum tipis mencoba menguatkan diri sendiri. Aurora mencoba melirik petugas di samping kanan dan kiri, terlihat mereka berdua mengejek Aurora dengan tersenyum sinis sambil melirik.
Aurora di gelandang dalam sel yang terletak di pojok. Aurora masuk dan dia melihat salah satu petugas mengunci dan kemudian melepas borgolnya. Kini Aurora telah resmi menjadi tahanan nomor 81.
Dia tak menyangka akan jadi seperti ini. Aura diam dan duduk di lantai tanpa beralaskan tikar. Terasa dingin seakan menusuk tulang. Dia melihat di sekeliling sel.
Hampa itu yang dia rasa. Dia melihat langit langit atap yang berwarna putih seakan menambah kehampaan dan kesedihan.
Aurora menerawang dan mengingat kenangannya, saat dia masih bahagia bersama kekasihnya.
flashback....
Aurora menyiapkan rantang makanan untuk William pacarnya yang sudah berjalan selama 4 tahun. Hari ini Aurora memasak sayur tumis kangkung dan telur balado kesukaan William.
Tak lupa Aurora juga membawakan buah melon kesukaan William dan susu kedelai. Aurora tampak cantik menggunakan kaos dan celana jeans.
Aurora membawa rantang dengan semangat karena hari ini adalah hari pertama william kerja menjadi Manager di Perusahaan ternama di Ibukota.
Aurora memegang ponsel karena dia akan memesan taksi online untuk mengantar makanan di tempat William. Taksi online nampak tiba dan sopir pun membuka jendela mobil mengkonfirmasi Aurora.
Setelah sampai di tempat William, Aurora mengirim pesan sambil tersenyum.
Aurora menunggu di lantai bawah sambil melambaikan tangan ke William saat William menengok ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Aurora.
"Sayang,,,, aku bawain makanan kesukaan kamu," ucap Aurora dengan tersenyum.
William membalas senyum Aurora dengan berucap, " harusnya kamu gak perlu repot repot apalagi kamu kan bentar lagi kerja shift kedua, aku gak mau kamu lelah dan sakit."
"Gak masalah sayang, aku pulang dulu ya mau siap siap ." ucap Aurora sambil memegang tangan William.
Saat William akan mengantar Aurora keluar , Aurora mencegah William.
"Sayang,,, kamu gak perlu nganterin aku keluar, kamu masuk aja kerjaan kamu masih banyak kan," ucap Aurora sambil mendorong pelan William.
William melihat Aurora dari kejauhan yang sedang berjalan mau pulang,
William bergumam, "Aku akan segera menikahi mu , pengorbananmu cukup besar terhadapku."
William kembali ke tempat duduk yang selama ini ia impikan. Dia melihat namanya tertulis di meja, William Alexander.
Dia sama sekali tidak menyangka dia berada di posisi sekarang saat ini. Menjadi manager itu adalah impiannya dari dulu. Ini semua juga dia dapat tidak terlepas dari usaha Aurora.
William sama sekali tidak bisa lupa pengorbanan Aurora terhadapnya, mulai dari ikut membantu biaya kuliah William, biaya adik William sekolah dan juga untuk membeli mobil yang sekarang ini William pakai untuk bekerja.
Aurora telah sampai dirumah, dia mandi kemudian berganti baju dengan baju kerja.
Dia bekerja sebagai pramuniaga di pusat belanja terbesar di kotanya. Tak lupa dia membawa bekal sama seperti makanan yang ia bawakan untuk William tadi.
Aurora pergi bekerja dengan membawa motor bututnya, ia hidup hemat demi cita cita William dan untuk masa depannya.
Sesampainya di tempat dia bekerja dan menaruh tas di loker, Marina teman Aurora menyapa dengan mencolek lengan Aurora karena Aurora terlihat wajahnya penuh keringat dan nafasnya tak teratur.
"Tadi aku lihat dari kejauhan kamu mendorong sepeda motormu, memang kenapa lagi motornya?"
"Hemmmmm iya nih, ban motornya bocor," jawab Aurora dengan tersenyum tipis.
"Kamu nie kenapa sih, kamu sudah kerja keras mulai dari pagi sampai pagi lagi, kerja disini, di warung makan, jadi ojek online semua kamu lakuin demi William.
Kini saatnya kamu bersantai ria apalagi William sekarang sudah jadi manager. Lihat aja kamu sudah pacaran selama 4 tahun lo , William masih aja gak ada niat buat lamar kamu?", celoteh Marina dengan nada keras sedikit emosi.
Aurora mendengar celotehan Marina sambil tersenyum, lalu meraih tangan Marina.
"Kamu tu gak usah khawatir, lagian ini kan hari pertama William kerja jadi manager, selama ini William jadi karyawan biasa gajinya gak cukup buat ini itu."
Marina melepas tangan Aurora sambil menaruh tasnya di loker, " Terserah kamu aja deh, bebal banget di kasih tau, aku tu gak mau kamu diperalat sama William.
Lihat aja kamu naik motor butut sedangkan dia, pakai mobil yang kamu cicil. Aku kasihan sama kamu Aurora Mecca".
Aurora tersenyum dan meraih tangan Marina untuk bergandeng tangan masuk ke tempat kerja.
Aurora menyapa para pelanggan dengan penuh semangat dan tersenyum walaupun hari ini Aurora merasa sedikit lelah.
Jam telah menunjukkan pukul 22.00 WIB, itu pertanda jam kerja Aurora telah selesai. Aurora menunggu Marina di belakang pintu masuk ruang ganti karyawan. Marina tersenyum sambil mengerlingkan mata.
"Kita makan nasi goreng depan toko yuk perut ku sudah keroncongan ?" ajak Marina penuh semangat.
Aurora memanyunkan bibirnya kedepan Marina sambil berucap
"Maaf,,,,, aku mau langsung pulang aku harus nyuci baju pelanggan ," jawab Aurora memelas.
Marina melotot sambil mengendorkan pegangan tangan Aurora.
"Kamu masih nerima cucian baju, Ya Allah Aurora,,,, bener bener ya kamu punya pacar nyusahin melulu, tau ah aku pulang aja pusing kepalaku ngadepin kamu," jawab Marina sambil berseloroh pergi.
Aurora tau, Marina pasti sangat kecewa terhadapnya namun ada baju pelanggan yang belum dia cuci. Marina buru buru pulang agar cepat sampai rumah.
Marina melepas baju kerjanya dan makan, setelah itu dia mencuci baju pelanggan dengan hati hati.
Aurora melihat jam di ponsel yang terletak di atas meja. Terlihat pukul 01.00 dini hari, Aurora juga mengecek apakah ada pesan dari William. Ternyata tak ada satu pun pesan dari William, padahal hari ini adalah tahun ke lima anniversary mereka.
"Mungkin dia lupa dan kelelahan bekerja," gumam Aurora kemudian Aurora bersiap untuk tidur.
Pukul 04.30 Aurora bersiap untuk sholat kemudian menyiapkan bekal yang akan diantar kerumah William.
Dia memasak tumis brokoli dan baso daging. Aurora menyiapkan bumbu bumbu dengan perasaan senang, dia ingin memberi surprise dan membuat kue sederhana untuk perayaan anniversary nya.
Aurora menuju rumah William dengan motor bututnya. Sesampainya dirumah orang tua William, Aurora mengetok pintu dan yang membuka pintunya adalah ibunya William.
"Selamat pagi ibu", salam Aurora sambil meraih tangan ibunya William.
Baginya Ibu William sudah seperti ibunya sendiri, karena selama ini Aurora cuma hidup bersama neneknya setelah kepergian orang tuanya.
Ibu William yakni Rani mencoba melepas tangan Aurora saat bibirnya mencium punggung tangannya.
"Kamu selalu begitu, kamu belum jadi menantuku jadi stop panggil aku ibu, ayo masuk", ucap Rani sinis sambil melirik dan heran melihat barang barang yang di bawa Aurora.
"Buk,,,,, William mana ?, apa dia masih tidur?", tanya Aurora.
"Dia gak pulang semalam, emang dia gak ngasih tau?" tanya Rani.
Aurora terlihat kaget dan berfikir lalu menggelengkan kepala.
"Mungkin dia tertidur di kantor buk, aku coba telfon William dulu" ucap Aurora sambil mengambil ponsel di saku celananya.
Dering ketiga Aurora tidak ada respon, Aurora terlihat khawatir dan gelisah. Sampai dering keempat baru ada jawaban.
"Hallo ini siapa," Ucap seorang lelaki yang Aurora bahkan tidak mengenali suara tersebut, terasa asing bagi Aurora suara itu.
" Maaf ,,,,, ini siapa bukankah ini nomor William", tanya Aurora curiga.
Tiba tiba panggilan telepon terputus begitu saja.
Aurora berniat untuk menelpon kembali nomor William, namun belum ada jawaban lagi.
Saat Aurora akan memasukkan Ponsel kedalam saku celananya, ada panggilan telepon dari William dan Aurora langsung mengangkatnya.
"Sayang, kamu kenapa gak jawab telpon aku dan kenapa kamu gak pulang kerumah," tanya Aurora tanpa menunggu jawaban suara telepon dari William.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments