Xeena Restitalya, hidupnya selalu tidak menyenangkan setelah ibunya meningal. Ayahnya tak pernah peduli dengannya setelah memiliki istri dan juga anak lelaki.
Xeena harus berjuang sendiri untuk hidupnya. Diusianya yang sudah 25 tahun, dia bersyukur masih diberi kesempatan bekerja di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
Tapi siapa sangka, bos di tempat kerjanya yang baru itu begitu terobsesi kepadanya.
"Tetaplah di sisiku, kemanapun kau pergi, aku tetap akan bisa menemukanmu, Xeena."
Jeremy Suryoprojo atau Jeremy Wang, dia merupakan bos Xeena.
Pria yang selalu acuh terhadap orang lain itu tiba-tiba tertarik kepada Xeena.
Xeena yang hanya ingin hidup dengan tenang kini malah berurusan dengan bos obsesif sekaligus ketua Geng Wang.
Lalu bagaimana kehidupan Xeena setelah bertemu dengan Jeremy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawanan Cinta 22
Drrtzzzz
Jeremy mengerutkan alisnya. Ponsel lain miliknya kembali berbunyi. Dan dilayar itu terpampang nama Paijo.
"Ya?"
"Bos, bisa ke markas bentaran. Ada sesuatu."
"Oke!"
Tuuuut
Tanpa banyak bicara, Jeremy langsung bergegas. Dia juga menelpon Boni untuk memberitahu tentang kepergiannya itu.
"Terus kerjaan gimana, Mas Bos?"
'"Kelarin Bon, ntar aku jajanin."
Boni hanya mendengus kesal. Mau menolak pastinya dia tidak bisa. Yang ada dirinya nanti semakin tidak aman saja.
"Minta bantuan Olive, tuh kerjaan pokonya kudu kelar hari ini."
Haaaa
Mulut Boni menganga dengan sangat lebar. Dia hanya bisa bereaksi seperti itu.
Sebenarnya sebagai asisten Boni terkadang merasa bingung. Ada beberapa hal yang tidak dia ketahui terkait tuannya tersebut.
Terlebih jika tiba-tiba pergi seperti ini. Dia sama sekalu tidak tahu kemana dan apa tujuan kepergian dari Jeremy. Seolah Jeremy memang membuat tembok pembatas bagi Boni untuk tidak terlibat.
Hanya saja, itu tidak jadi masalah baginya. Perkejaan utamanya adalah asisten Jeremy. Maka sudah sewajarnya dia mengerjakan pekerjaan yang ada kantor seperti ini. Sedangkan sesuatu yang tidak ia ketahui, maka dia tidak berhak mengetahuinya juga.
"Baik Mas Bos,"ucapnya lirih. Dan itu pun tidak terdengar oleh Jeremy karena Jeremy sudah menghilang dari pandangannya.
Tring
Suara lift terbuka. Jeremy sudah berada di lobi. Ketika dia menuju ke tempat dimana mobilnya berada, lebih dulu Jeremy memanggil Maman.
"Aku mau ke markas, inget jangan sampai lengah."
"SIAP BOS!"
Meski Maman masih bertanya-tanya mengapa sang tuan begitu mengkhawatirkan gadis OG itu, dia tak perlu tahu alasannya juga. Yang penting adalah menjalankan tugas dengan sangat baik.
Bruuummm
Jeremy melajukan mobilnya ke markas. Jika Paijo menghubunginya dan tampak mendesak, mungkin itu ada kaitannya dengan apa yang ingin dia ketahui. Yakni tentang permintaan mencelakai Erlan.
"Siapa orang itu?"
Ckiit
Drap drap drap
"Piye(gimana)? Udah ketemu?" tanya Jeremy saat masuk ke dalam markas dan langsung di sambut oleh Paijo.
"Belum sepenuhnya, Bos. Tapi ada titik terang."
Paijo langsung membawa ke ruangan dimana apa yang dia cari sudah ditemukan. Sebenarnya itu ruangan Jeremy yang dialih fungsikan menjadi tempat Paijo untuk mengerjakan tugas-tugasnya.
"Dia hanya pakai akun sekali pakai. Alias, dia memalsukan identitasnya. Tapi ada secuil hal yang terdeteksi. Gaya penulisannya, hampir mirip dengan seseorang. Dimana orang itu pernah membuat masalah dengan Tuan Erlan."
"Balas dendam?"
Penjelasan dari Paijo langsung bisa di tangkap oleh Jeremy. Dan kata balas dendam dalah kata yang mewakili semuanya.
Jeremy memang meminta Paijo untuk mencaritahu tentang orang-orang yang bersinggungan dengan Erlan di masa lalu. Dan Paijo melakukan itu dengan sangat baik serta teliti rupanya.
"Terus, siapa kira-kira kandidatnya?"
Sreeet
Paijo menarik laptopnya dan memperlihatkan penemuannya kepada Jeremy. Ada dua nama, dan dua orang itu memang pernah bersinggungan dengan Erlan.
"Yanto dan Maya. Kalau ndak salah, mereka ini temen kerja Erlan pas dia ilang ingatan di RSPK (Rumah Sakit Persahabatan Kita)."
"Yups betul Bos, dua orang ini dulu pernah dibuat ndak bisa berkutik dengan Tuan Erlan. Tapi mungkin lho ini, ini masih sekedar asumsi saya tok. Salah satu orang ini yang meminta hal demikian, di belakangnya ada orang lain."
Hmmm
Jeremy mengusap dagunya dengan ibu jari dan telunjuknya. Apa yang dikatakan oleh Paijo ini sangat masuk akal.
Dia tahu bahwa Yanti sudah dibuat hidup segan mati pun tak mau oleh Erlan. Sedangkan Maya, karirnya amblas begitu saja setelah kabar dirinya jadi orang ketiga tersiar dengan hubungan intim di tempat kerja.
"Oke, terus selidiki soal ini. Aku bakalan bilang ini ke Erlan."
"Siap!"
Jeremy sudah cukup mengeri. Dia kemudian pergi dari markas dan menuju ke tempat dimana sekarang ini Erlan berada.
Ternyata Erlan hari ini sedang libur, jadi dia berada di Omah Putih, yakni nama rumah pribadinya.
Tentu saja Jeremy harus kesana, sekaligus dia bisa menengok kakak dan juga keponakannya.
"Haaaaaiiii, Rooooos Paklek (paman) dateeeeng niiih."
Sttttttt
Tatapan tajam nan menusuk dilayangkan oleh semua orang di Omah Putih. Mengapa demikian, karena Rose yakni putri dari Yasmin dan Erlan saat ini baru saja tertidur.
"Laah, tidur. Padahal kan aku mau gendong Rose,"ucap Jeremy sedikit kecewa karena ponakannya tidur saat dia berkunjung.
"Jangan cerewet, Jer. Kamu ngobrol dulu sana sama Mas Erlan."
Jeremy mengerucutkan bibirnya. Mau tidak mau dia menurut dengan ucapan Yasmin. Padahal dia ingin sekali bermain dengan keponakannya yang usianya baru 1 tahun lebih beberapa bulan itu.
"Yowes lah (yaudah). Daaaa Rose, Paklek nanti datang lagi oke."
Jeremy hendak mencium Rose, tapi tidak jadi. Dia ingat bahwa dirinya baru dari mana-mana, pastinya banyak debu dan kuman yang menempel. Alhasil dia menahan dirinya untuk tidak bersentuhan dengan sang keponakan.
"Ayo ngobrol di ruang kerja,"ucap Erlan. Dia tahu kedatangan Jeremy ke rumahnya bukan hanya sekedar kunjungan keluarga. Pasti ada yang ingin Jeremy sampaikan.
Sreeet
Sesampainya di ruang kerja milik Erlan, Jeremy langsung menunjukkan ponselnya. Dia menunjukkan dua nama yang tidak asing bagi Erlan.
"Maya dan Yanto, kamu ngrasa mereka yang buat permintaan?" tanya Erlan.
"Paijo, dia yang bilang begitu. Meskipun alamat surelnya hanya sekali pake, tapi Paijo merasa gaya tulisan nya mirip dengan Yanto. Tapi Paijo tetep masukin nama Maya, dan mungkin satu lagi, Anam. Orang-orang itu pernah bermasalah sama kamu kan, Lan," jawab Jeremy panjang.
Sambil mengetuk-ngetuk kan jarinya di meja, Erlan menganggukkan kepala. Memang benar bahwa Maya dan Yanto pernah crash dengan dirinya. Tapi jika itu Yanto, seharusnya dia saat ini menderita dengan formula yang waktu itu diberikannya, atau bahkan orang itu sudah mati.
Sedangkan Maya, mungkin saja itu terjadi. Tapi yang jadi pertanyaan, kenapa baru bertindak sekarang?
"Mereka mesti ndak gerak dewe(sendiri), Lan,"ucap Jeremy.
"Iyo, aku yo ngerti. Bisa juga, Yanto dapat dukungan, atau dia digunakan objek penelitian,"sahut Erlan. Dia tentu paham bahwa mereka tidak akan bisa bergerak dengan sendirinya sampai berani membuat pemintaan seperti itu ke sebuah gangster.
"Nah iku maksud ku. Yo wes nek gitu, aku balik kantor yo. Pokokmen hati-hati. Aku juga bakalan nyelidiki mereka berdua."
Erlan mengangguk, dia kemudian mengantarkan Jeremy ke depan.
"Suwun (makasih) yo, Jer."
"Ah elah, kaya sama siapa aja. Dulu kamu temanku, sekarang kita keluarga. Sudah sewajarnya kan saling tolong dan saling melindungi."
Erlan tersenyum, dia pun juga akan melakukan hal yang sama jika terjadi apa-apa dengan Jeremy.
"Hati-hati di jalan, Jer."
"Yoi!!!"
Bruuum
Erlan melambaikan tangannya ke arah mobil Jeremy yang menjauh. Entah mengapa dia merasakan perasaan yang tidak enak.
TBC
santai wae
kok medok bangett