NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Ke Dalam Tubuh Putri Buangan

Reinkarnasi Ke Dalam Tubuh Putri Buangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nfzx25r

Seorang gadis muda yang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun ke dalam laut lepas. Tetapi, alih-alih meninggal dengan damai, dia malah bereinkarnasi ke dalam tubuh putri buangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nfzx25r, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gua

Suasana yang semakin gelap disertai hujan deras membuat Putri Minghua semakin khawatir. Ia memandang Tantan yang tampak ketakutan dan memutuskan untuk keluar dari kamarnya.

Dengan hati-hati, ia menggendong Tantan sambil mengenakan mantel panjang, lalu melangkah keluar perlahan.

Namun, belum sempat ia berjalan jauh, seorang penjaga tiba-tiba menghadangnya.

“Putri, sebaiknya Anda tetap berada di dalam ruangan agar lebih aman,” ucap penjaga itu dengan nada khawatir. Pakaian yang dikenakannya sudah basah kuyup karena hujan.

“Kau... Jinhai, kan?” tanya Putri Minghua penasaran. Wajah penjaga itu sangat mirip dengan pria yang pernah memberitahunya bahwa racun yang diberikan kepada Putri Xiaolan adalah racun yang sama dengan yang membunuh ibunya.

“Benar, Yang Mulia,” jawabnya sambil memberikan hormat.

“Aku hanya ingin mencari tempat berlindung yang lebih aman. Kamarku sepertinya terlalu rapuh untuk menghadapi badai ini,” jelas Putri Minghua, wajahnya tampak cemas.

“Jika Anda memang ingin mencari tempat yang lebih kokoh, izinkan saya mengantar. Mari ikuti hamba,” ujarnya sopan.

Wajah Putri Minghua sempat menampakkan rasa curiga, membuat Jinhai menyadarinya.

“Tenang saja, Yang Mulia. Saya tidak berniat jahat pada Anda,” katanya sambil tersenyum meyakinkan.

Putri Minghua mengangguk perlahan. Ia akhirnya mengikuti langkah Jinhai dari belakang tanpa menaruh curiga lagi.

Putri Minghua mengikuti langkah Jinhai dengan hati-hati, menyusuri jalan sempit yang licin dan tertutup dedaunan basah. Tangannya menggenggam erat tubuh kecil Tantan yang masih meringkuk di dalam pelukan, kepalanya tersembunyi di balik mantel panjang yang sedikit menghangatkan tubuh mereka dari dinginnya hujan.

Di tangan kanan Jinhai tergenggam obor yang nyalanya terlindungi oleh wadah kaca transparan. Tetesan air hujan mengenai permukaan kaca, mengalir turun membentuk pola-pola aneh, tetapi api tetap menyala kokoh, seolah menolak padam di tengah badai yang menggila.

“Apa masih jauh tempatnya?” tanya Putri Minghua lirih, hampir tenggelam oleh suara hujan.

“Tidak jauh lagi, Yang Mulia. Gua itu berada di tengah hutan, tapi cukup tersembunyi. Tempatnya kokoh dan aman dari angin,” jawab Jinhai tanpa menoleh.

Hutan seakan menelan mereka bulat-bulat. Semakin dalam mereka melangkah, semakin rapat pepohonan, semakin gelap sekeliling. Hanya cahaya obor Jinhai yang menjadi satu-satunya penuntun dalam kegelapan yang memeluk dari segala arah.

Tak lama, mereka pun tiba di hadapan dinding batu yang tersembunyi di balik semak belukar tebal. Jinhai menyibakkan semak itu dan terlihatlah mulut gua sempit yang gelap dan lembap. Dari luar, tempat itu tampak biasa saja, namun begitu masuk, udara terasa lebih hangat, dan suara hujan berubah menjadi gema samar di kejauhan.

“Lewat sini,” ujar Jinhai pelan sambil melangkah masuk.

Putri Minghua mengikutinya dengan ragu. Bau tanah basah dan batu tua memenuhi hidungnya. Ia menggenggam Tantan lebih erat. Suara gemericik air terdengar dari dinding gua yang lembap, dan sesekali, tetesan air jatuh dari langit-langit, mengenai bahunya.

Beberapa meter ke dalam, cahaya oranye hangat tiba-tiba muncul dari kejauhan. Putri Minghua menyipitkan mata.

Jinhai berhenti dan mengangkat tangannya, seolah menyuruhnya berjalan pelan-pelan. “Tunggu di sini, Yang Mulia.”

Namun Putri Minghua tidak bisa hanya diam. Nalurinya menuntunnya untuk melangkah lebih dekat. Ia melangkah hati-hati melewati tikungan sempit dan…

Deg!

Matanya membelalak. Mulutnya terbuka, tapi tak ada suara yang keluar.

Di dalam ruangan batu alami yang diterangi beberapa obor dan lentera sederhana, ia melihat Sanghyun sedang duduk di depan perapian, di sampingnya terlihat Xiaolan dengan tubuhnya yang lemas. Wajah Xiaolan penuh luka dan debu, namun sorot matanya masih kuat. Mereka duduk di sisi seorang pria tak dikenal yang terbaring di atas tikar jerami, terlihat banyak darah kering yang melekat di bajunya.

Putri Minghua melangkah pelan, matanya bergantian memandang mereka semua. Tantan menggeliat dalam pelukannya, lalu menyembunyikan wajah di balik kerah mantelnya.

“Sanghyun?” suaranya bergetar.

Sanghyun menoleh, ekspresi wajahnya berubah antara terkejut dan lega.

Putri Xiaolan juga menatapnya, matanya menyipit seolah tak percaya. Namun tak ada waktu untuk saling mengungkapkan perasaan. Pria yang terluka itu mengerang, dan Xiaolan segera menekankan kain basah ke luka di bahunya yang terbuka.

Putri Minghua menatap pria yang terbaring itu dengan penuh prihatin. “Siapa dia, dan kenapa tubuhnya bisa terluka begitu parah?” tanyanya pelan sambil mendekat, lalu berlutut di samping pria itu untuk memeriksa lukanya.

Putri Xiaolan menjawab dengan suara lemah, “Dia... terkena serangan binatang buas. Itu sebabnya kondisinya seperti ini.” Wajahnya tampak sedih dan khawatir.

Tanpa pikir panjang, Putri Minghua meletakkan Tantan dengan hati-hati di atas mantelnya, lalu membaringkan tubuh kecil itu di tanah agar tetap hangat dan kering.

Ia kemudian menunduk, meletakkan telapak tangannya di atas luka pria itu. Meskipun tubuhnya sendiri belum sepenuhnya pulih, ia tahu ia harus menolong pria itu demi Putri Xiaolan yang kini memandanginya dengan sorot mata penuh harap dan kesedihan.

Sementara itu, Jinhai hanya berdiri di sisi gua, memperhatikan tanpa berkata sepatah kata pun. Ia tidak menyela, tidak pula ikut bergabung dalam percakapan. Wajahnya tetap tenang dan diam, menyimpan pikirannya sendiri dalam keheningan yang mencekam.

Butuh waktu yang cukup lama bagi Putri Minghua untuk benar-benar menyembuhkan luka pria di hadapannya. Tubuhnya mulai melemah, napasnya tersengal, dan keringat membasahi pelipisnya. Energinya hampir habis saat tiba-tiba Sanghyun memegangi pundaknya dari belakang.

“Jangan paksa dirimu, lebih baik istirahatlah,” ucap Sanghyun dengan suara tenang yang menenangkan hati. Nada bicaranya lembut namun tegas, membuat Putri Minghua mengangguk dan menuruti perkataannya.

Sanghyun kemudian menariknya perlahan dan menyandarkan tubuh lelah Putri Minghua ke dadanya yang kokoh dan hangat. Dalam dekapan itu, Putri Minghua merasa tenang, seolah beban yang dipikulnya sedikit berkurang.

Beberapa saat kemudian, dengan suara pelan, ia bertanya, “Kenapa kau tiba-tiba pergi kemarin?”

Sanghyun menghela napas panjang, terdengar berat dan penuh beban. “Aku... aku telah menemukan bukti mengenai racun itu. Tapi… aku masih harus memastikan semuanya. Aku perlu bukti yang benar-benar nyata.”

Putri Minghua mendongakkan kepala, menatap wajahnya dengan penuh rasa ingin tahu. “Siapa pelakunya?” tanyanya, suaranya terdengar serius dan penuh rasa penasaran.

Namun Sanghyun hanya tersenyum tipis. “Nanti aku akan memberitahumu,” jawabnya singkat, membuat rasa penasaran Putri Minghua semakin membuncah.

"Baiklah," jawab Putri Minghua dengan pasrah. Ia kembali menyandarkan tubuhnya di dada Sanghyun sambil memejamkan mata, mencoba menenangkan pikirannya yang masih dipenuhi tanya.

Sanghyun membelai rambut Putri Minghua dengan lembut, sentuhannya penuh kasih dan ketulusan. Sesekali, ia mengecup pucuk kepala wanita itu dengan sayang, seolah ingin meyakinkan bahwa ia selalu ada untuknya.

1
Cha Sumuk
ap ga ada ingatan yg tertggl hemmm
Murni Dewita
double up thor dan tetap semangat
Nfzx25r: Iya, makasi
total 1 replies
Murni Dewita
next
Murni Dewita
nyimak
Murni Dewita
👣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!