NovelToon NovelToon
TERJEBAK DI DALAM PELUKAN MANIPULASI By NADA

TERJEBAK DI DALAM PELUKAN MANIPULASI By NADA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Trauma masa lalu / Kekasih misterius
Popularitas:505
Nilai: 5
Nama Author: nandra 999

Sebuah kisah tentang cinta yang berubah menjadi jeruji. Tentang perempuan yang harus memilih: tetap dalam pelukan yang menyakitkan, atau berjuang pulang ke dirinya sendiri.
Terjebak di Pelukan Manipulasi menceritakan kisah Aira, seorang perempuan yang awalnya hanya ingin bermitra bisnis dengan Gibran, pria karismatik .

Namun, di balik kata-kata manis dan janji yang terdengar sempurna, tersembunyi perangkap manipulasi halus yang perlahan menghapus jati dirinya.

Ia kehilangan kontrol, dijauhkan dari dunia luar, bahkan diputus dari akses kesehatannya sendiri.

Ini bukan kisah cinta. Ini kisah bagaimana seseorang bisa dikendalikan, dikurung secara emosional, dan dibuat merasa bersalah karena ingin bebas.

Akankah Aira menemukan kekuatannya kembali sebelum segalanya terlambat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nandra 999, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab - 22 Suara yang Tak Lagi di Bungkam

Hari itu langit mendung.

Aira berdiri di depan gedung mediasi, menggenggam erat tas kecil berisi dokumen dan catatan yang sudah ia siapkan seminggu penuh. Napasnya terasa berat, tapi langkahnya tak mundur. Hari ini, ia akan berhadapan langsung dengan Gibran —pria yang pernah ia cintai, sekaligus pria yang pernah membuatnya tak mengenali dirinya sendiri.

Hati kecilnya berkata :

“Kalau kamu gugup, itu bukan berarti kamu lemah"

“Kamu sudah membuktikannya jauh sebelum hari ini.”

Ruang mediasi itu dingin dan sunyi.

Aira duduk di seberang meja besar, berhadapan langsung dengan Gibran. Sosok itu tampak berbeda—lebih kurus, tapi dengan tatapan yang masih sama: licik, manipulatif, dan penuh kepercayaan diri.

“Lucu sekali kita ketemu di sini,” kata Gibran sambil menyeringai. “Ternyata kamu belum puas menghancurkan nama baikku di luar sana?”

Aira diam. Ia hanya memandangi Gibran dengan mata tenang, lalu menoleh ke arah mediator.

“Saya di sini bukan untuk drama. Saya hanya ingin didengar. Dan saya akan bicara.”

Gibran tertawa kecil, meremehkan. Tapi Aira tak lagi gentar. Ia mengeluarkan lembaran kronologinya, lalu mulai membaca. Suaranya tegas, meski kadang sedikit bergetar.

“Tanggal 22 Juni 2023, dia membentak saya karena saya pulang terlambat. Dua hari kemudian, dia mendorong saya hingga terbentur pintu. Bulan berikutnya, saya dikunci di dalam kamar karena dia cemburu. Semua itu terjadi... bukan sekali. Tapi berkali-kali Bahkan saya pernah hampir kehilangan nyawa .”

Gibran menyela, “Kamu itu lebay! Emosi sedikit langsung disebut kekerasan?”

Aira menatapnya. Kali ini dengan suara yang lebih kuat:

“Emosi bukan alasan untuk menyakiti orang lain. Kalau itu bukan kekerasan, lalu apa? Kasih sayang?”

Mediator menengahi, meminta ketenangan. Tapi Aira tidak berhenti. Ia menunjukkan bukti—rekaman, tangkapan layar pesan ancaman, bahkan hasil visum dari luka memar yang dulu ia sembunyikan dari semua orang.

Ruangan itu sunyi.

Terlalu sunyi.

Gibran mulai kehilangan kendalinya. Ia memukul meja, berdiri, dan berkata keras:

“Kamu pikir kamu siapa? Kamu cuma perempuan gagal yang nggak tahu diri! Semua ini cuma karena kamu dendam!”

Petugas keamanan bergerak cepat. di belakang Aira, siaga. Tapi Aira tetap duduk. Tenang. Tegak. Tidak mundur satu inci pun.

Lalu ia bicara, untuk semua perempuan yang pernah merasa kecil karena disalahkan:

“Saya bukan pendendam. Saya adalah penyintas. Dan saya di sini untuk tidak diam lagi.”

Mediasi hari itu berakhir tanpa titik damai.

Tapi Aira tahu, ia tidak membutuhkan damai dari pelaku. Ia hanya butuh menyuarakan kebenarannya. Ia tahu ini belum selesai. Proses hukum akan panjang, melelahkan. Tapi untuk pertama kalinya, ia tahu arah hidupnya.

Saat keluar dari ruangan itu, langit akhirnya hujan.

Tapi bukan hujan yang menakutkan.

Melainkan hujan yang membersihkan.

Aira mendongak, membiarkan air itu membasahi wajahnya.

“Aku sudah bicara. Dan kali ini, dunia mendengarnya.”

Malamnya Aira duduk di meja makan, membuka laptop, dan mulai menulis tulisan yang akan ia bagikan esok hari:

“Hari ini aku berdiri di hadapan laki-laki yang dulu menahanku hidup-hidup dalam kandang manipulasi.

Aku pernah mencintainya. Aku pernah membelanya. Tapi yang paling menyakitkan, aku pernah menyalahkan diriku sendiri atas luka yang dia buat.

Sekarang aku tahu, aku tidak pernah salah.

Aku hanya terlalu mencintai seseorang yang tidak pernah benar.”

Aira menutup laptopnya.

Ia keluar ke balkon, melihat lampu-lampu kota .

Di balik semua rasa takut dan trauma, ia kini tahu satu hal yang pasti:

Suara yang selama ini dibungkam...

… kini sudah tumbuh sayap.

Dan tak ada siapa pun yang bisa mematahkan lagi.

1
gaby
Jgn2 Gibran pasien RSJ yg melarikan diri.
gaby
Di awal bab Gibran selalu mengatakan cm Gibran yg mau menerima Aira yg rusak. Dan kata2 Aira rusak berkali2 di sebutkan di bab pertama. Maksud Rusak itu gmn y thor?? Apa Aira korban pelecehan atau korban pergaulan bebas??
gaby
Smangat thor nulisnya. Ternyata ini novel pertamamu di NT y. Tp keren loh utk ukuran pemula, ga ada typo. Dr awal bab aja dah menarik, Gibran si pria manipulatif
Robert
Suka banget sama cerita ini, thor!
nandra 999: Thks yeah 🥰
total 1 replies
Gấu bông
Terinspirasi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!