NovelToon NovelToon
Gu Xiulan, Harapan Dan Pembalasan

Gu Xiulan, Harapan Dan Pembalasan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: samsuryati

Dulu aku menangis dalam diam—sekarang, mereka yang akan menangis di hadapanku.”

“Mereka menjualku demi bertahan hidup, kini aku kembali untuk membeli harga diri mereka.”

“Gu Xiulan yang lama telah mati. Yang kembali… tidak akan diam lagi.”
Dari lumpur desa hingga langit kekuasaan—aku akan memijak siapa pun yang dulu menginjakku.”

“Satu kehidupan kuhabiskan sebagai alat. Di kehidupan kedua, aku akan jadi pisau.”

“Mereka pikir aku hanya gadis desa. Tapi aku membawa masa depan dalam genggamanku.”

“Mereka membuangku seolah aku sampah. Tapi kini aku datang… dan aku membawa emas.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

Malam sudah menggantung pekat di atas langit desa saat nenek Gu mendorong pintu rumah kayu yang telah reyot itu. Di belakangnya, ayah Ulan menyusul dengan langkah gontai, tanpa sepatah kata pun sejak mereka keluar dari rumah kepala desa. Bau tanah lembap menyusup masuk dari sela-sela ruangan .membuat udara di dalam rumah terasa lebih dingin dari biasanya.

Ketika ibu dan anak ini masuk ke rumah, keduanya disambut dengan pandangan gelap dan kosong.

 Meja makan masih kosong, belum ada satu pun makanan yang tersaji, padahal malam sudah lewat jauh dari jam makan biasa. Di desa ini, makan malam biasanya disiapkan sebelum matahari tenggelam sepenuhnya, sekitar jam enam sore. Bukan hanya kebiasaan, tapi juga penghematan karena minyak lampu mahal.

Nenek menghela napas panjang, meletakkan sendalnya pelan, lalu duduk di bangku . Matanya menatap kosong ke arah panci yang sudah lama dingin. “Kemana semua orang, apa kalian cuma mati?” gumamnya.

Ibu ulan tahu diri dia bangkit dan berkata "ibu aku ingin memasak tapi kunci lemari belum ibu berikan"

lemari makanan memang dikunci oleh ibu mertuanya ini. paling-paling dia akan mengeluarkannya sedikit jika ingin memasak. tapi ketika pulang dia tadi buru-buru pergi dan lupa tentang hal itu.

Wajar jika keluarga mereka belum masak dan belum makan.

Nenek gu bangkit lagi dan pergi ke arah lemari mengeluarkan beberapa genggam jagung dan segenggam gandum hitam.ini lah makan malam mereka satu keluarga.

Dia menyerahkannya kepada ibu ulan dan berkata,"jika aku tidak kembali apakah kalian rela mati kelaparan. bodoh tidak punya akal"

Ibu ulan segera ke dapur diikuti oleh bibi kedua.

saat suaminya masih ada dia mungkin bisa bermalas-malasan. tapi setelah menjadi janda dia harus menjaga hati ibu mertuanya. ditambah lagi putrinya sudah menikah sekarang.

jadi bibit kedua sudah lebih rajin daripada sebelumnya

Lampu minyak kembali berkedip tertiup angin dari celah dinding yang renggang. Malam ini, rumah itu terasa lebih dingin, lebih kosong—dan lebih berat dari sebelumnya.

Malam itu, suasana rumah keluarga Gu diterangi oleh lampu minyak yang redup. Semua anggota keluarga duduk mengelilingi meja makan, meskipun tidak ada sepiring pun makanan yang tersaji. Jam sudah menunjukkan lewat dari waktu makan malam biasa di desa, tapi tak seorang pun tampak lapar—yang ada hanyalah rasa penasaran dan kegembiraan yang aneh.

Topik pembicaraan mengarah pada kejadian sore tadi, tentang Ulan dan pria misterius yang ternyata adalah kerabat jauh kepala desa.

Nenek menghela napas panjang lalu membuka suara.

"Memang seperti itu kejadiannya. Tapi jangan khawatir, pihak laki-laki bersedia bertanggung jawab. Mahar sudah ditentukan, lima ratus rupiah."

Semua mata menoleh kepadanya.

"Itu belum termasuk tambahan lima ratus rupiah lagi dari Paman Lu, yang ingin mengambil Ulan sebagai putri angkatnya," lanjut nenek, nada suaranya terdengar bangga.

Kakek mengangguk perlahan, seolah mendukung semua keputusan yang telah dibuat. Ibu Ulan tampak diam saja, tapi jelas dari ekspresinya, ia juga mulai merasa lebih ringan.

"Dan kepala desa sendiri akan melunasi utang keluarga kita ke kantor desa," tambah ayah Ulan dengan suara rendah namun terdengar lega.

Mendengar itu, suasana langsung berubah. Dua adik laki-laki Ulan, yang masih kecil, bertepuk tangan dengan riang.

"Kalau begitu, kami tetap dapat dua bagian, kan?" tanya salah satu dari mereka polos.

"Tenang, tenang," jawab nenek sambil tersenyum lebar. "Kalian akan dapat sepasang baju baru, nanti bisa dipakai saat Tahun Baru nanti."

Tawa kecil pecah dari bibi kedua, juga dari Gu Yongliang yang duduk sambil mengangguk puas. Tak seorang pun menyebut nama Ulan lagi. Semua kegembiraan malam itu seolah menutup segala hal yang pernah terjadi padanya. Mereka lupa kesedihan sebelumnya—bahkan melupakan gadis yang menjadi sumber semua ‘keuntungan’ ini.

Ulan telah dilupakan.

Di tengah tawa dan kegembiraan itu, suara nyaring Gu Yonglian tiba-tiba memecah suasana.

"Eh, bukannya malam ini Ulan harusnya dikirim menginap ke rumah seseorang? Bukankah itu sudah dibayar dua ratus rupiah?!"

Seketika semua wajah berubah. Senyuman hilang, digantikan dengan raut terkejut dan panik. Nenek yang tadi tertawa paling keras, langsung terdiam. Kepalanya menoleh ke arah kakek, dan seketika kakek menepuk meja dengan keras.

"Kalau begitu, uang itu harus dikembalikan malam ini juga! Kita tidak bisa mengambil uang tanpa mengirim orangnya! Ini bisa jadi masalah besar kalau ketahuan!"

"Tapi ...

"Ada apa lagi, kembalikan saja uangnya agar tidak menyimpulkan masalah yang tidak perlu"kata kakek lagi.

Nada suara kakek serius, menggema di ruangan yang mulai menegang. Nenek berdiri dengan cepat, wajahnya mulai gelisah. "Iya… iya… aku simpan uang itu di lemari… tunggu sebentar, aku ambil dulu," ucapnya tergesa sambil berbalik menuju kamarnya.

Tapi siapa sangka, saat ia membuka lemari tua itu, tak ada apa pun di sana. Tangannya mengaduk-aduk laci dengan tergesa, membuka laci kecil yang lain, bahkan membongkar tumpukan pakaian lusuh.

Wajah nenek mulai pucat. Ia berjongkok dan mengangkat papan lantai di bawah tempat tidurnya, tempat biasanya ia menyimpan sesuatu secara diam-diam. Tapi tetap saja.

Uang nya ...tidak ada.

Tiba-tiba, nenek mengerang dan menangis keras.

"Uangnya hilang! Uang dua ratus itu… dicuri! Dicuri lagi!"

Keluarga yang duduk di luar langsung panik, mendengar teriakan nenek. Semua orang bangkit dari duduknya, dan dalam sekejap suasana di rumah itu seperti disambar badai.

"Ibu mertua... coba ibu mertua ingat lagi. apakah ibu mertua salah ingat di mana ibu meletakkan uangnya?"kata bibi kedua.

"Tidak... huhuhu.. aku sudah tua tapi kalau masalah uang aku tidak akan pernah melupakannya huhuhu... uangku hilang.. huhuhu.. tadi pagi masih ada dan itu di lemari di bawah pakaian huhuhu.

Bibi kedua buru-buru menuju lemari pakaian nenek dan mulai menggeledah ulang. Ibu Ulan juga masuk sambil bersungut-sungut, membuka bantal dan memeriksa kolong tempat tidur. bahkan gua adik laki-laki Ulan ikut membongkar segala barang yang ada di kamar nenek.

Sedangkan kakek hanya berdiri di pintu masuk.

Tapi siapa pun tahu jika hati kakek sekarang tidak senang. jari jemarinya bergetar ketika dia menggenggam tongkatnya.

"Bagaimana ini?! Kalau orang itu tidak dapat anak yang dijanjikan, mereka bisa menuntut kita!" seru ayah Ulan dengan nada cemas.

"Ini.... apakah rumah kita ada pencuri? siapa yang tega mencuri di rumah miskin seperti kita ??"

Bibi kedua melambaikan tangannya dengan sedih. tapi dia tidak lupa menabur perselisihan."ini adalah kali kedua ada uang hilang di rumah ini. jangan-jangan orang yang mencurinya masih orang dalam"

"Orang dalam, siapa?"

"Siapa yang berani mengambilnya? Ini rumah sendiri, masa ada yang berani mencuri?!" teriak Gu Yonglian, sementara dua adik laki-laki Ulan saling tuduh dengan polosnya bahwa salah satu dari mereka mungkin memainkannya tanpa sengaja.

"Kalau memang benar dicuri, siapa yang akan menggantinya?! Dari mana kita ambil uang sebanyak itu lagi?!" pekik bibi kedua.

Tangis nenek makin menjadi-jadi.

"Aku sudah menaruhnya rapi… aku yakin! Uang itu ada di situ! Ini pasti Ulan…gadis itu adalah bintang bencana.itu dia ...!"nenek sangat sedih sampai dia hampir pingsan karena menangis.

Tapi tak ada yang bisa menyalahkan Ulan kali ini. Ia tidak di rumah sejak sore. Yang ada hanya kekacauan, panik, dan kecemasan yang membayangi keluarga Gu karena uang dua ratus rupiah itu tak lagi ditemukan.

"Nenek.... kenapa tidak aku pergi ke kota untuk meminta keringanan pada temanku. palingan kita harus menambahkan sedikit sebagai kompensasi agar dia tidak marah. beri saja dia 50 sen tambahan bagaimana nenek?"kata gu yonglian.

Nenek gu juga ingin seperti itu tapi dia tidak punya uang.

Younglian sangat pintar dan dia membujuk nenek dan kakeknya.Dia berkata,"uang mahar Ulan ada banyak Ambil sedikit untuk menghindari bencana. bukankah kata nenek kita masih akan mendapatkan beberapa keuntungan lagi dari gadis itu?"

Nenek gu yang menangis tersedu-sedu akhirnya diam dan dia tersenyum lagi meskipun senyumnya pahit. padahal uang belum ditangan tapi masih ada hutang yang perlu dibayar dan itu tidak sedikit.

rp200 dan 50 sen.

Oh uang ku...

Kakek gu tidak punya alasan untuk menolak ide cucunya ini. jadi semua orang sepakat dan younglian pergi ke kota malam itu juga.

Hanya saja masalah pencurian kali ini, jangan di sebarluaskan. warga sudah mengetahui jika mereka tidak memiliki uang tambahan setelah mengalami pencurian terakhir kali.

seandainya niat mereka untuk menjual ulan ke kota diketahui, mungkin mereka harus pergi ke penjara dalam waktu yang lama.

Jadi lebih baik duduk mulut dan pura-pura tidak tahu saja lebih dulu.

Tapi jika pencuri kurang ajar itu diketahui, mereka pasti tidak akan memaafkannya. membiarkan sang pencuri mengutuk leluhurnya di dalam tanah.

Hei, andai saja mereka tahu leluhur pencuri dan leluhur mereka sendiri adalah orang yang sama.

Hem ?

Dan malam itu, rumah yang semula penuh canda berubah menjadi ladang keributan,di mana setiap langkah, setiap suara, dipenuhi dengan pertanyaan yang tak berjawab.

Siapakah yang mencuri uang di rumah keluarga Gu.

Tapi di tempat berbeda, Ulan berbaring di ranjang bambu yang sempit, berbagi tempat tidur dengan cucu kepala desa.Lulu nama nya,gadis kecil yang usianya lebih muda beberapa tahun darinya dan sudah lama tertidur pulas. Lampu minyak yang redup memantulkan cahaya temaram di dinding tanah, namun senyum tipis di wajah Ulan justru terlihat jelas.

Dia mengingat kembali sore tadi, sebelum berangkat mencuci ke sungai. Diam-diam dia telah mengambil uang dua ratus rupiah yang disimpan neneknya, lalu langsung memasukkannya ke dalam sistem jual beli transparan miliknya. Sederhana, cepat, dan tak meninggalkan jejak. Kini, setelah sebelumnya berhasil mencuri lima ratus dari uang mahar, dan ada juga sih rp1.000 simpanan nenek juga dua ratus dari pencurian terakhir.total uang simpanannya sudah lebih dari seribu tujuh ratus rupiah, bahkan setelah memotong beberapa pembelian kecil.

"tahun ini dan tahun depan adalah musim kelaparan yang paling parah. harga makanan akan meningkat tajam tapi barang habis sulit ditemukan. ratusan orang bahkan ribuan orang akan mati dalam 2 tahun ini karena kelaparan ada yang memakan kulit pohon dan ada yang memakan tanah liat"

Saat ini, di kehidupan sebelumnya dia selamat melewati musim kelaparan karena menikah dengan keluarga Li. kebetulan dia sedang hamil dan keluarga itu berpikir anak dalam kandungannya adalah laki-laki. meskipun dia tidak makan kenyang tapi sebenarnya dia tidak lapar .

Setelah melahirkan satu anak, dia tidak berhenti hamil di tahun berikutnya. dengan cara seperti itulah dia melewati musim kelaparan.

Sekarang dia masih harus melewati musim itu tanpa bantuan dari keluarga Li.

Tapi bukankah dia punya sesuatu yang memiliki banyak barang dan juga dia memiliki uang yang cukup untuk melewati waktu-waktu itu.

Ulan bahagia lagi memikirkannya.

Pikirannya kembali melayang membayangkan kehebohan di rumah keluarga Gu saat mereka menyadari uang itu hilang. Sayang, ia tidak bisa melihatnya langsung,itulah satu-satunya penyesalannya malam ini.

Hahaha... jangan salahkan aku karena kejam. uang ini adalah uang yang kalian hasilkan dengan cara yang tidak terpuji. ingin menjual aku.. hehehe tidak mungkin.

Dengan tawa kecil yang tertahan, Ulan memejamkan mata, membiarkan senyum licik menghiasi bibirnya hingga ia tertidur.

Akhirnya dia punya uang. jumlah yang jika digabungkan di dua kehidupan adalah uang yang paling banyak yang pernah dia dapatkan.

1
Etty Rohaeti
lanjut
Fauziah Daud
yup betul ulan.. trusemangattt
Fauziah Daud
trusemangattt... lanjut
Fauziah Daud
trusemangattt
Cha Sumuk
sdh bab 3 tp mc cewek nya msh bodoh ms ga phm2 bahwa dirinya lg ngulang waktu, cerita ga jls berbelit Belit kesan nya,
samsuryati: say mc nya, sejak awal hanyalah seorang gadis tanpa pengalaman bahkan tanpa ilmu pengetahuan. tidak seperti kita yang tahu membaca dia hanya tahu desa bahkan belum pernah menikmati kota. meninggal pada tahun 70 sekian, hidupnya memang seperti katak di bawah tempurung.

jadi kelahiran kembali memberikan dia pilihan namun pilihan itu belum serta merta membuat dirinya berubah dari gadis muda yang bodoh menjadi gadis muda yang pintar.
ingatlah di dalam dua kehidupan dia bahkan belum pernah belajar.
Ini bukan tentang transmigrasi gadis pintar era 21 ke zaman 60-an di mana era kelaparan terjadi.
bukan say, cerita ini di buat membuat ulan mampu merubah hidupnya selangkah demi selangkah tidak langsung instan.

salah satunya adalah dia yang tidak pernah belajar sebenarnya bisa membaca tulisan-tulisan yang dipaparkan oleh layar virtual.
ya say, anggap saja itu adalah modal pertama dia untuk berubah.
jadi aku masih perlu kamu untuk mendukung agar perubahannya bisa membuatmu puas
total 1 replies
Fauziah Daud
bagus.. trusemangattt
Fauziah Daud
trusemangattt
Andira Rahmawati
ulan nya terlalu lambat telminya kelamaan..😔
Fauziah Daud
bijak ulang.. trusemangattt
Fauziah Daud
trusemangattt.. lanjut
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Fauziah Daud
trusemangattt
Fauziah Daud
lanjuttt
Fauziah Daud
luarbiasa
Fauziah Daud
trusemangattt
Fauziah Daud
hadir thor
Cilel Cilel
luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!