NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Gadis Bercadar Gamon

Mengejar Cinta Gadis Bercadar Gamon

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Duda / CEO / Cinta Paksa / Beda Usia
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Cengzz

KISAH PERJUANGAN SEORANG LAKI-LAKI MENGEJAR CINTA GADIS BERCADAR YANG BELUM MOVEON SAMA PRIA MASA LALUNYA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

Byur!

Benar saja. Seseorang wanita melewatinya, menumpahkan segelas minuman air dingin.

Bella terperanjat, ia memegang pakaiannya dibagian perut yang kini basah kuyup.

"Ma-maaf ngga sengaja!" Kata wanita itu, memasang wajah bersalah namun dalam hati berteriak kesenangan.

"Ngg-"

Lucky melangkah maju, menatap tajam.

"Hei! Kamu pikir saya nggak lihat? Nggak punya mata! Jelas-jelas kamu sengaja." ucapnya dingin, memotong ucapan Bella. Perhatian semua orang teralihkan.

Wanita itu menelan ludahnya, gugup. Tubuhnya seolah membeku ditempat.

"Kamu kira keren begitu? Kalau mau mencari perhatian, jangan rendahin diri sendiri. Malu sedikit, dong." Ujar lucky pelan namun tajam.

Wanita itu meremas jemarinya mati kutu, ia memandang lucky yang tampak khawatir dan bertanya-tanya kepada Bella.

"Lain kali berpikirlah sebelum bertindak! Jangan merendahkan orang lain!" Tegas lucky, lalu merangkul pinggang rampingnya, Bella terhenyak nyaris berteriak namun terpaksa diurungkan karena banyak orang.

Setelah lucky pergi. Wanita itu disoraki ramai-ramai sama pengunjung restoran. Ia pergi membawa rasa malu tak bisa ditutup-tutupi.

Melihat Bella yang terlihat tak nyaman dengan cairan basah itu, segera lucky melajukan mobilnya tinggi-tinggi, menyalip kendaraan bak pebalap. Bella menjerit-jerit, meminta dipelankan. Tapi lucky tak menjawab, ia semakin memacu cepat mobilnya. Matanya menajam, fokus menahan kegeraman atas perlakuan kurang ajar wanita tadi.

"Kita ngapain ke mall?" Tanya Bella setelah turun dari mobilnya, nafasnya tersengal-sengal bak orang habis maraton.

"Ikut saja!" Lucky menggulurkan tangannya.

Bella hanya menatap tanpa menyambut ulurannya. Ia paham lucky pengen modus gandengan tangan.

"Nggak usah modus lucky!" Ketus Bella menghentakan kakinya, pergi meninggalkan lucky yang melongo, menarik uluran tangannya.

Ia berlari menyusul gadis itu. Langkahnya disejajarkan. Keduanya berjalan beriringan tanpa adanya obrolan. Begitu masuk kedalam henz mall. Keduanya langsung jadi pusat perhatian orang-orang. Bella yang mengenakan cadar dan lucky yang berdiri disampingnya, gagah. Berbagai bisikan mulai mulai terdengar. Bella tampak canggung, tak terbiasa. Sementara lucky terkuat tak peduli, seolah menggangap mereka itu angin, tak nampak namun terasa berisik.

"Santai saja, bel! Jangan dipeduliin." Bisik lucky merangkul pinggang Bella, mengambil kesempatan dalam kesempitan.

'arghhhh!' Bella hanya berani berteriak dalam hati dengan sikap lancang lucky.

'body dia bagus banget.' batin lucky seperti biasanya. Sudah tidak heran lagi, antek-anteknya Revan. Kelakuan nggak beda jauh, sama-sama mesum tak tertolong kan lagi.

Disepanjang melangkah, Bella terus menggerutu dalam hati, ia malu ditatap orang-orang sekitar, bisa menimbulkan gosip-gosip tak benar antara dirinya dan lucky. Bella mendelik sinis lucky yang tengah senyum-senyum sendiri, seolah tak merasa malu dan bersalah.

"Kita ngapain ke-toko pakaian?" Tanya Bella pelan, matanya menelusuri berbagai pakaian disekelilingnya.

"Pilih pakaianmu bel, yang tertutup seperti ini."

"Buat?"

"Ganti pakaian. Pakaian kamu basah." Titah lucky lembut, penuh perhatian.

"Nggak mau!" Cicit Bella, menggeleng pelan. "Cuman sedikit doang, nanti juga kering."

"Mbak!" Tiba-tiba lucky memanggil pegawai toko.

"Ada yang bisa saya bantu, tuan?" Tanya seorang pegawai perempuan, menghampiri dengan gestur sopan.

"Tolong Carikan 5 pakaian tertutup modelan seperti ini untuk istri saya." Ujar lucky, sambil menatap Bella penuh perhatian.

Bella tercengang, tak menyangka lucky mengakuinya sebagai istri. Padahal kan dia dan lucky bukan siapa-siapa.

Pegawai itu tertegun sesaat. Sebelum akhirnya menurut dengan sopan, lalu pergi mencarikan pakaian.

"Kamu nggak usah ngaku-ngakuin saya istri, lucky. Kita asing! Gak kenal!" Bisik Bella geram.

Lucky mengedikkan kedua bahunya sambil mengedipkan satu matanya ke arah bella.

"Sok ganteng aki-aki!" Ketus Bella tak tertarik sama sekali.

Lucky mengerjab-ngerjabkan matanya. "Awas nanti jatuh cinta lagi sama aki-aki tampan ini."

"Narsis! Menjijikan!" Ucap Bella sinis nyaris berbisik dengan eskpresi jijik.

Lucky mendengus pelan. Ia tak mau mengoceh lagi. Tak lama pegawai muncul membawa 5 set gamis lengkap dengan cadar dan kerudung.

Bella disuruh mencoba satu per satu pakaian yang dibawa pegawai itu. Dengan terpaksa , Bella mencoba Satu demi satu gamis, cadar, dan kerudung dikenakannya dengan hati-hati diruang ganti. Lucky menunggu, matanya langsung terpaku melihat penampilan Bella yang berubah—setiap set pakaian tampak cocok, menambah kesan anggun dan tertutup pada gadis itu. Tak bisa disangkal, Bella memang sangat cantik, cantik sekali. Kecantikannya bisa mengalahkan supermodel, seperti Karina (super model nomor 2 didunia) dan juga Jihan (super model nomor 1 didunia untuk saat ini). Kalau disuruh membandingkan. Lucky teguh memegang Bella soal kecantikan dari sudut pandang orang biasa.

Matanya tak lepas dari Bella, seolah tak percaya betapa pas dan serasinya ia dalam busana tersebut. Meski Bella tetap terlihat dingin dan kaku, tapi Lucky tahu, di balik itu ada pesona yang sulit untuk diabaikan.

Setelah membayar. Lucky membawakan masing-masing paper bag tersebut di kedua tangannya. Bella berjalan sambil mengomel-ngomel pelan, ia tak suka dibayarin dan diperlakukan seperti ini.

"Anggap rezeki, Bella."

"Saya tidak mau berhutang Budi dengan kamu, lucky. Nanti saya bayar."

"Saya tolak!"

"Lucky. Tolong jangan gitu. Saya nggak mau memberi harapan sama kamu, saya nggak mau merasa punya hutang sama kamu."

Lucky tersenyum lembut. "Saya tidak menggangap hutang, bel."

"Kamu ngerti merasa nggak? Merasa! Astaghfirullah. Kamu ini sudah tua, tapi itu saja nggak ngerti! Ngerti!" Bella menepuk jidatnya, kesal sendiri.

"Nggak boleh marah.... Udah adzan tuh! Kamu mau sholat?" Alih lucky.

"Alhamdulillah" Bella terdiam sesaat. "Saya sholat dulu."

"Silahkan, saya tunggu disini ya. Apa perlu saya anterin?" Tawar lucky perhatian.

"Tidak usah. Tempatnya didepan mata, kok." Tutur Bella lembut. Hati lucky terasa sejuk mendengar nada suara Bella yang berbeda, penuh kesopanan.

"Saya pergi dulu ya, lucky." Pamit Bella lembut.

"I-iya sa-sayang." Cicit lucky malu sendiri setelah mengucapkan itu.

Disela-sela menunggu, lucky sibuk bermain ponsel. Mengirimkan pesan kepada orang suruhannya. Setelah menyampaikan maksudnya, ia tersenyum sumringah dengan harapan semoga terkabulkan.

Melihat kedatangan Bella. Lucky langsung mendekati. Ia mengajak Bella kesuatu tempat. Percuma Bella menolak, lucky akan terus memaksa habis-habisan.

'ck, dasar laki-laki pemaksa! Pantes single!' gerutu Bella dalam hati, mendadak kesal sendiri dengan sikap pemaksa lucky.

Keduanya masuk ke ruangan private bernuansa romantis. Lampu temaram, lilin menyala, dan musik lembut mengisi suasana. Bella terdiam sejenak mengamati ruangan ini, bagus sangat indah.

"Luc.... Eh! Hilang! Kemana dia?" Tanya Bella celingukan pasalnya lucky menghilang, menyisakan dia sendiri didalam ruangan.

Bella menghela nafas, matanya tertuju pada tanda love besar di-dinding. Ditengah-tengahnya terdapat gambar seorang laki-laki menekuk lutut, menyodorkan buket bunga pada seorang wanita yang berdiri anggun.

Bella terkesima. Hatinya baper bukan karena gambar itu. Tapi karena fantasinya sendiri. Ia membayangkan Arhan, sosok yang dicintainya, bertekuk lutut didepannya dan menyodorkan buket bunga dengan sorot mata lembut, cinta, penuh ketulusan padanya.

"Sayang, ini untukmu, selalu untukmu!"  Ucapan arhan dalam fantasinya.

Mata Bella berkaca-kaca, terharu. "Makasih, sayang." Suaranya bergetar dan ia menerima buket bunga itu, lalu memeluk arhan dengan perasaan bahagia dalam fantasinya.

"Ehem!" Deheman itu membuyarkan seluruh fantasinya.

Bella nyaris tenggelam dalam momen itu, namun dipatahkan oleh suara lucky.

Ia mendelik sinis, terganggu dengan kehadiran pria itu.

Tiba-tiba lucky bertekuk lutut di hadapannya. Kepalanya terangkat. Sorot matanya lembut, penuh ketulusan.

Bella mengerutkan alisnya, heran. Namun tak bertanya.

Lucky menatap Bella dalam-dalam, ia mengumpulkan keberaniannya, lalu mengeluarkan buket bunga dari balik punggungnya. "Bella, sejak pertama aku mengenalmu, hatiku tak pernah berhenti memanggil namamu. Aku ingin menjadi pelabuhan tempatmu berlabuh, pelindung di setiap gelombang hidupmu, dan alasan di balik setiap senyummu. Berikan aku kehormatan untuk mencintaimu, merawatmu, dan berjalan bersamamu hingga akhir waktu. Maukah kamu menjadi cintaku, bukan hanya hari ini, tapi untuk selamanya?" Ucap lucky mantap setelah berlatih berulang kali, Mambawa harapan sangat besar dalam pernyataan ini.

Diam sejenak, Bella menyambar buket bunga itu dengan kasar, lalu melemparnya kelantai. Ia menginjak-injak buket itu sampai tak berbentuk.

Lucky memandangi buket bunga tak terbentuk itu dengan hati hancur lebur. Harapannya sirna. Pandangannya kosong. Ketulusan yang ia membawa sepenuh hati dibalas dengan penolakan, kehinaan, bahkan direndahkan serendah-rendahnya.

"Jangan pernah berharap saya butuh cinta dari orang sepertimu!" Ujar Bella dingin, berjongkok dan mengumpulkan buket yang hancur.

Mata lucky mengamati dengan hati yang sedih dan sesak.

Bella berjalan santai melewati lucky yang memandangnya.

Bella berhenti didepan tong sampah. "Cinta kamu? Tempatnya disini!" Ia melempar buket itu kedalam tong sampah.

Lucky terpaku, menatap nanar bunga dalam tong sampah. "Ternyata… segigih apapun aku mencintai, tetap tidak cukup. Bahkan untuk sekadar dihargai" lirihnya menunduk nyaris nangis.

"Laki-laki brengsek seperti mu tidak perlu dihargai!" Kecam Bella tanpa belas kasihan.

Mata lucky terpejam, menahan perih yang menyerukan didada.

Drtttt! Drttt!

*

*

"Aku datang dengan niat tulus, bukan untuk dijatuhkan... Tapi kamu memilih menginjak-injak, bukan cuma bunga ini, tapi juga harga diriku, perasaanku. Mungkin aku memang bukan siapa-siapa di hidupmu, Bella. Tapi di hatiku, kamu lebih dari segalanya. Dan kalau rasa sayang ini membuatku terlihat rendahan, maka biarlah aku jadi serendah-rendahnya manusia, asal kamu tahu, aku pernah mencintaimu setinggi langit."

—Lucky Raze

"Seandainya kamu itu Arhan, aku pasti gak akan pernah buang buket ini. Aku pasti simpan dengan harapan dan rasa yang sebenar-benarnya. Tapi kamu bukan dia. Kamu cuma bayangan yang gak pernah bisa gantiin tempatnya di hatiku. Aku capek berharap sama seseorang yang gak pernah bener-bener ada. Kalau kamu seperti Arhan, mungkin semuanya bakal beda. Tapi kamu bukan dia. Dia aku harapkan. Sedangkan kamu? Nggak pernah aku harapkan."

—Bella Salsabila Evalina

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!