Di tengah hiruk pikuk kota Jakarta, jauh di balik gemerlap gedung pencakar langit dan pusat perbelanjaan, tersimpan sebuah dunia rahasia. Dunia yang dihuni oleh sindikat tersembunyi dan organisasi rahasia yang beroperasi di bawah permukaan masyarakat.
Di antara semua itu, hiduplah Revan Anggara. Seorang pemuda lulusan Universitas Harvard yang menguasai berbagai bahasa asing, mahir dalam seni bela diri, dan memiliki beragam keterampilan praktis lainnya. Namun ia memilih jalan hidup yang tidak biasa, yaitu menjadi penjual sate ayam di jalanan.
Di sisi lain kota, ada Nayla Prameswari. Seorang CEO cantik yang memimpin perusahaan Techno Nusantara, sebuah perusahaan raksasa di bidang teknologi dengan omset miliaran rupiah. Kecantikan dan pembawaannya yang dingin, dikenal luas dan tak tertandingi di kota Jakarta.
Takdir mempertemukan mereka dalam sebuah malam yang penuh dengan alkohol, dan entah bagaimana mereka terikat dalam pernikahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J Star, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara Hidup dan Mati
Setelah keluar dari Kafe Kembang Citra, Revan memacu mobilnya untuk pulang, namun hampir saja salah mengambil jalan. Maklum, Revan masih belum terbiasa dengan alamat barunya di Komplek Permata Hijau. Ketika membayangkan harus kembali berhadapan dengan wajah cantik namun dingin milik Nayla di rumah, Revan justru merasa tertantang. Istrinya itu selalu memancing hasratnya untuk menggodanya, seolah-olah mereka adalah musuh bebuyutan dari kehidupan sebelumnya.
Mobilnya melaju melewati pinggiran kota, lalu mencapai pintu masuk jalan tol. Tiba-tiba Revan menyadari mobil di belakangnya menyorotkan lampu jauh kepadanya.
Sambil mengerutkan kening, Revan memilih untuk berpindah jalur. Namun siapa sangka, begitu ia berpindah lajur, sebuah mobil lain di belakangnya juga mulai menembakkan lampu jauh, memantulkan cahaya yang menyilaukan di kaca spionnya.
Saat itu lalu lintas di jalan tol sangat sepi. Ini adalah jalan satu arah dengan dua lajur, dan Revan dengan muram menyadari bahwa dirinya telah menjadi target sebuah komunitas mobil arogan.
Namun, sebuah BMW M3 bukanlah mobil sembarangan. Mobil ini praktis merupakan kasta tertinggi di antara kendaraan produksi massal, dan tidak mudah untuk disalip oleh mobil biasa. Para anggota komunitas mobil ini jelas bukan berasal dari kalangan biasa.
Benar saja, tanpa menunggu Revan memikirkan cara untuk menghadapi mereka, dua mobil itu langsung menyalipnya secara terpisah dari kiri dan kanan!
Dua bayangan mobil itu satu hitam dan satu putih, tiba-tiba menunjukkan kekuatannya. Dengan kecepatan 120 km/jam, BMW M3 milik Revan ditinggalkan begitu saja. Kemudian, kedua mobil itu berbaris sejajar untuk memblokir jalan di depannya!
Revan akhirnya bisa melihat kedua mobil itu dengan jelas. Jika ia tidak melihatnya, mungkin tidak akan tahu. Apalagi ketika melihatnya, itu justru membuatnya terkejut. Ternyata itu sebuah Ferrari F430 dan BMW M6! Keduanya merupakan mobil super yang spesifikasinya jauh mengalahkan M3 miliknya. Meskipun di antara lini Ferrari, F430 hanyalah pengembangan dari F360 dan tergolong kelas pemula, faktanya itu tetaplah sebuah Ferrari. Kecepatan puncaknya yang mencapai 320 km/jam bukanlah bualan, melainkan raungan nyata dari mesinnya!
Adapun BMW M6, meskipun angkanya hanya selisih tiga dari M3, mobil ini termasuk dalam BMW Seri 6. Bagaimana mungkin mesin dengan kapasitas 5.0L bisa dianggap enteng? Harganya saja lebih dari dua miliar rupiah, sebuah produk kemewahan mutlak!
Revan merasa sedikit tidak berdaya. Jika hanya dua mobil ini yang mengganggunya, ia masih percaya diri bisa mengandalkan keterampilan mengemudinya untuk mencari celah dan kabur. Tetapi saat Revan melihat sekilas mobil yang memblokirnya dari belakang, hanya bisa menyerah. Ternyata itu sebuah Porsche 911 berwarna merah menyala!
Model ini telah diproduksi oleh Porsche selama lebih dari 40 tahun. Dengan reformasi dan pembaruan selama bertahun-tahun, desain intinya tetap hampir sama. Orang bisa membayangkan betapa sempurnanya kualitas desain aslinya.
Perbandingan kecepatan puncak antara BMW M3 miliknya dan mobil itu saja sudah berselisih 70 hingga 80 km/jam, sebuah perbedaan yang tidak mungkin diatasi dengan cara biasa.
Hanya dengan melihat mobil-mobil ini, Revan sudah memahami beberapa hal. Mereka ini bukan gerombolan perampok mobil, orang-orang yang bisa membeli mobil seperti ini jelas tidak akan kekurangan uang. Tampaknya mereka hanyalah sekumpulan anak orang kaya yang sedang iseng di jalan, mencoba mempermainkan mobil sport miliknya yang dianggap lebih rendah.
Revan sekali lagi meratapi dunia, mengapa bocah-bocah zaman sekarang lebih suka mencari masalah daripada belajar. Namun di saat yang sama, Revan juga terlalu malas untuk berurusan dengan mereka. Lebih baik mengurangi satu masalah daripada menambah satu. Karena itu, ia memperlambat laju mobilnya, berniat membiarkan mereka lewat.
Akan tetapi, semua tidak berjalan sesuai rencana. Tanpa menunggu Revan melambat, Porsche di belakang sudah mulai membunyikan klaksonnya. Dua mobil di depan kemudian ikut melambat, menempel di mobilnya dan tidak mau membiarkannya pergi!
Saat ini, menurut aturan tidak tertulis di jalan tol, jika mobil di belakang menabrak mobil di depan, maka mobil di belakanglah yang harus menanggung semua kerugian. Dengan skenario ini, jika Revan menabrak dua mobil di depan, maka harus membayar ganti rugi untuk keduanya. Tetapi jika Porsche di belakang yang menabraknya, pengemudinya hanya perlu membayar ganti rugi untuk mobil Revan saja. Jelas, ini adalah posisi yang sangat merugikan baginya!
Begitu memahami jalan pikiran anak-anak manja ini, Revan menunjukkan senyuman iblis. ’Selera yang buruk.’
Jika ini tentang adu nyali di jalanan, Revan mungkin tidak berani menyebut dirinya yang terbaik, tetapi jelas ia masih berada di kelas atas. Dulu ia mengendarai puluhan mobil ternama di sirkuit Nürburgring Jerman, dan hampir memecahkan rekor terbaik untuk sebagian besar dari mereka.
Setelah melakukan beberapa perhitungan, Revan dengan tegas memutuskan untuk memberi mereka balasan yang setimpal. Seperti kata pepatah, sekali berbuat salah akan membuatmu lebih bijak. ’Karena orang tua mereka tidak mendidik mereka dengan baik, biarlah paman muda ini yang melakukannya untuk mereka.’
Dalam sepersekian detik pemikiran itu, tangan Revan sudah mulai bergerak, kopling, rem, rem tangan, dan setir yang diputar dengan keras! Setelah serangkaian gerakan yang menyilaukan mata, seluruh bodi M3 miliknya berputar 180 derajat dalam sekejap!
Ciiiiittt....!
Ban mobil berdecit keras di atas aspal, diiringi kepulan asap putih yang sangat mencolok di malam hari!
Lampu belakang merahnya menyisakan garis tajam yang indah. Ketika M3 itu kembali melaju, posisinya sudah mundur ke arah Porsche 911, seolah siap untuk menabraknya!
Perubahan yang tiba-tiba ini, membuat para pengemudi mobil-mobil itu tercengang. ’Bagaimana orang ini melakukannya!? Drifting!? Apa dia berfikir inging seperti adegan dalam Film Fast and Furious!?’
Namun naluri manusia memberitahu pengemudi Porsche di belakang, ’orang ini benar-benar ingin bertabrakan langsung denganku. Dia ingin melakukan tabrakan langsung pada kecepatan di atas 100 km/jam!’
Dua bayangan mobil yang melesat, seperti dua peluru ganas, akan segera bertabrakan secara langsung!
Saat pengemudi Porsche yang melaju kencang dengan kecepatan 160 km/jam itu melihat pemandangan ini, tanpa ragu hanya bisa membanting setir ke arah bahu jalan!
Hal yang membuat para pengemudi ini ketakutan setengah mati, BMW M3 itu ternyata tidak menunjukkan niat sedikit pun untuk mengubah arah! Mobil itu melesat lurus memotong jalur awalnya!
Jika saja Porsche itu tidak segera mengubah arah, maka ini pasti akan menyebabkan kecelakaan fatal yang melukai parah kedua belah pihak, dan menghancurkan total kedua mobil! Lebih parahnya lagi, salah satu dari mereka bisa saja tergencet menjadi lempengan logam!
Keringat dingin mengucur deras di dahi para pemilik mobil itu. ’Orang ini sedang mempermainkan nyawanya! Apa dia tidak takut mati!?’
M6 dan F430 di depan ikut berhenti dan menepi. Dua pemuda berkaus mahal turun dari mobil dan memblokir jalan di depan dengan ekspresi tidak ramah.
Revan dengan perlahan memutar mobilnya kembali, menghentikannya di tepi jalan, dan berjalan ke arah kedua pemuda itu. Ia tahu bahwa tanpa menyelesaikan masalah ini dengan jelas, mereka tidak akan memberinya jalan.
Pemilik Porsche itu juga turun dari mobilnya, tetapi yang membuat Revan terkejut, dia ternyata seorang gadis. Namun cara berpakaian gadis ini sangat tidak biasa, mengenakan wig pink berbentuk jamur, kaus kartun putih, dan celana jins pendek penuh sobekan. Yang membuat penampilannya semakin aneh, anting-anting yang berbentuk dua tengkorak, serta gelang dan kalungnya yang berliontin salib perak.
Berbeda dengan penampilannya yang eksentrik, wajahnya begitu halus dan lembut dengan alis yang rapi serta mata yang indah, terutama sepasang mata yang sudah menunjukkan pesona muda yang sedikit jahil. Hanya saja tubuhnya belum berkembang sepenuhnya, masih terlihat seperti buah apel yang ranum, dan usianya mungkin masih setingkat SMA.
Sepasang mata indah gadis itu, menatap lurus ke arah Revan saat mendekatinya. Ketika berhadapan, gadis itu segera mengulurkan tangan kecilnya yang dihiasi tato kupu-kupu ungu, memperlihatkan dua gigi gingsulnya yang imut, lalu tertawa renyah dan berkata, "Namaku Tania, salam kenal."
Revan menatap gadis ini dengan sedikit terkejut. Awalnya ia mengira akan ada adegan besar yang penuh tangisan, bukan jabat tangan yang ramah.
Tanpa ragu, Revan mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Tania dengan lembut. "Namaku Revan, dan aku sama sekali tidak senang bertemu kalian semua."