NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / Selingkuh / Romansa / Ibu Mertua Kejam / Office Romance
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: alfphyrizhmi

"Hans, cukup! kamu udah kelewat batas dan keterlaluan menuduh mas Arka seperti itu! Dia suamiku, dan dia mencintaiku, Hans. Mana mungkin memberikan racun untuk istri tersayangnya?" sanggah Nadine.

"Terserah kamu, Nad. Tapi kamu sekarang sedang berada di rumah sakit! Apapun barang atau kiriman yang akan kamu terima, harus dicek terlebih dahulu." ucap dokter Hans, masih mencegah Nadine agar tidak memakan kue tersebut.

"Tidak perlu, Hans. Justru dengan begini, aku lebih yakin apakah mas Arka benar-benar mencintaiku, atau sudah mengkhianatiku." ucap Nadine pelan sambil memandangi kue itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22 - Tawaran Baik (bagian 01)

Hans cuma mengambil napas panjang. Menatap wajah Nadine dengan bingung, takut kalau kabar yang akan ia sampaikan membuat pujaan hatinya kecewa berat.

"Nad... tolong jangan marah dulu, ya." ucapnya dengan hati-hati.

"Kenapa, Hans? Teman kamu gagal menyelidiki kasus abah dan umi?" balas Nadine.

"Bukan... bukan begitu. Tapi, Kelvin dan timnya kewalahan menangani kasus mendiang kedua orang tuamu. Apalagi mereka sedang menangani kasus besar yang sedang viral di televisi. Jadi, Kelvin meminta paling cepat 6 minggu baru selesai. Bagaimana?" kata Hans panjang lebar.

"Tapi benar ya, kasus Abah dan Umi tetap dilanjutkan dan tidak ditutup?" tanya Nadine sedikit berharap.

"Pastinya, dong."

Akhirnya, mereka hanya duduk di teras rumah Pakde Rusli, menatap orang-orang yang lewat dengan wajah tidak bersemangat.

------

Mereka, baik Hans maupun Nadine, menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasa. Hans seminggu ini tidak mampir ke kediaman pakde Rusli, dikarenakan sibuk dan pasien full atau menumpuk. Bahkan harus mengambil lembur selama empat hari penuh.

Sementara Nadine, hanya memikirkan balas dendam untuk abah dan umi nya. Namun kali ini, ia lebih aktif lagi. Nadine mulai membantu Bude Cici memasak di rumah tersebut. Bu Minah yang memutuskan untuk ikut Nadine, pun membantu sebisa dan sebanyaknya.

"Nad... kamu pintar masak, lho. Makanan buatanmu enak semua. Kenapa nggak buka restoran atau rumah makan saja?" kata Bude Cici memberikan saran.

"Masa sih, Bude? Ah, nggak kok. Mungkin perut bude aja lagi laper. Jadi, masakan saya dilahap dan dibilang enak. Hehe," ucap Nadine.

Pakde Rusli yang juga sedang menikmati hidangan buatan Nadine, menggelengkan kepala sambil memejamkan mata. Menikmati rendang enak dan empuk buatan keponakannya.

"Ini nggak salah lagi, Nad. Enak banget." pakde Rusli tak henti-hentinya memuji masakan Nadine sambil memberikan dua jempol.

"Tuh kan... kalo pakdemu udah bilang gitu, artinya enak banget. Tau sendiri kan... lidahnya pakdemu ini agak sensitif dan milih-milih makanan." sambung Bude Cici.

Bu Minah hanya senyum sumringah ke arah Nadine. Usaha dan bantuannya kepada Nadine selama di dapur, berbuah manis berupa sanjungan dan pujian. Lelahnya terbayar sudah.

Malam harinya, di sudut ruang tamu, saat pakde Rusli dan Bude Cici sudah terlelap dan istirahat, Nadine duduk termenung menatap foto lama keluarganya.

"Abah, Umi, apa nanti aku akan kuat menjalani hidup tanpa kalian?" bisiknya lirih, disusul tetesan air mata yang perlahan jatuh membasahi pipinya.

Bu Minah, wanita paruh baya yang sebelumnya mengabdi pada keluarga Arka, kini ikut Nadine, hanya bisa memeluknya dari belakang.

"Nyonya, jangan terus-terusan begini, ya. Hidup anda harus terus berjalan. Almarhum Abah dan Umi pasti pingin melihat anda bahagia," ucap Bu Minah pelan.

Nadine mengangguk lemah, "Tapi saya nggak tahu harus ke mana, Bu. Semua kenangan di sini bikin saya tambah sedih. Di lain sisi, saya sekarang janda tanpa anak, udah nggak punya tujuan dan arah pulang lagi," ucap Nadine lirih.

Keesokan harinya, pada sore hari, ketukan pelan di pintu mengusik kesunyian rumah. Ternyata, dokter Hans datang.

Kehadirannya sangat dirindukan semua orang di kediaman pakde Rusli. Malahan, Bude Cici menganggap bahwa Nadine dan dokter Hans telah putus. Padahal, pacaran saja belum dimulai.

"Apa kabar, dok? Wah... nampaknya sibuk banget sampe lupain bude nih," kata Bude Cici basa-basi, seusai kema-tian Abah dan Umi Nadine, Hans rutin ke rumah pakde Rusli. Dna semenjak itu pun mereka memang sudah sangat akrab. Hans pun sudah tidak malu dan tidak canggung lagi.

"Baik, bude. Maafin yah, pasien full terus. Lembur pula!" ucap Hans dengan nada mengeluh.

"Gapapa dong, yang penting fulus nya kenceng, dok. Hehehe," kata Bude Cici dengan sedikit bercanda.

"Oh ya, Nad... aku ke sini bawa sedikit kabar dan tawaran untukmu," seru dokter itu dengan wajah sedikit sumringah.

"Tawaran apa, Hans? Jangan bilang lamaran tau menikah, ya! Aku lagi nggak mood memikirkan hal yang satu itu," tanya Nadine pelan, diiringi sedikit ancaman.

"Hush, nggak boleh gitu, Nad. Dokter Hans ini sudah membantu kita banyak sekali. Hargai dong ketulusan dan pengorbanannya selama ini untukmu!" Bude Cici menginggatkan Nadine atas kebaikan Hans padanya.

"Gapapa, Bude. Emang begitu wataknya Nadine sejak kecil," sahut Hans. Tidak ingin terlalu dipuji, juga tidak mau membuat Nadine semakin berada dalam tekanan karena bantuannya selama ini.

"Iya, dari kecil Nadine emang luNadinen keras kepala, dok. Kami sudah tahu dan paham. Eh, kamu kok udah tau sejauh itu ya... karakternya Nadine? Cie... cie... Wah... Cocok deh! Nad, kalau sama dokter yang satu ini, Bude dan Pakde langsung setuju dan merestui," ucap Bude Cici sembari memberikan senyum plus kedua jempolnya. Setelah kepergian Abah dan Umi nya, kini wali tertua dan pantas untuk Nadine memang Pakde Rusli dan Bude Cici.

Pakde Rusli dan beberapa kerabat tertawa penuh kebahagiaan. Bu Minah hanya senyam-senyum saja, tak ingin menambah riuh suasana.

Setelah kondisi dalam kediaman pakde Rusli sudah hangat dan kondusif, akhirnya dokter Hans kembali pada tujuan utama. Ia kembali menawArkan niat baiknya pada Nadine.

Dokter Hans duduk di kursi tamu dan memandang Nadine dengan tatapan lurus, tak bergeming sedikitpun.

"Mohon maaf seminggu ini tidak mampir ke sini, Nad." Hans membuka obrolan.

" Nggak apa-apa, Hans. Lagipula kamu punya duniamu sendiri. Aku pun di sini sama, dengan duniaku."

"Bagaimana keadaan di wajahmu? Apakah sudah baikan? Perawatan mandiri yang kusarankan, kamu terapkan, nggak?" tanya Hans, basa-basi sebelum ke topik utama.

"Iya, Hans. Aku udah ganti kain kasa di wajah ini sampai dua kali. Mungkin karena Bu Minah bukan lulusan keperawatan, jadi, wajahku sekarang sudah mirip mumi, kan?" ujar Nadine dengan niat bercanda.

"Bercanda lho Bu Minah.... Hehe," tambahnya.

Bu Minah hanya menangguk dan memberikan respon dengan gerakan meminta maaf.

"Baguslah. Jadi, aku nggak harus terus-terusan memantau kondisi wajahmu." kata Hans.

"Lalu, apa tawaranmu, Hans?" Nadine kembali mengingatkan dokter itu pada tujuan utamanya.

"Nad, aku tahu kondisi saat ini sangat sulit untukmu. Apalagi, bersama Bu Minah yang sudah bukan lagi bagian dari keluarga Arka. Aku sangat paham kondisi keuangan kalian. Maka dari itu, aku datang membawa tawaran." ucap Hans.

"Gimana kalau kamu ikut aku ke kota lagi, dan tinggal di sana?" ujar dokter Hans begitu hati-hati.

Nadine mengernyitkan dahi, "Hah?! Tinggal bersamamu di kota?"

Semua orang yang ada di kediaman Pakde Rusli kaget dan terkejut oleh ucapan Nadine, terlebih Hans seorang.

Bagi dokter muda tampan itu, Nadine salah tafsir maksud dari ucapannya.

"Maksudku, kamu kuajak ke kota lagi, tapi bukan tinggal bersamaku. Melainkan di kost-kostan, bersama Bu Minah. Bagaimana?" ujar Hans.

"Aku mau aja sih, tapi bayarnya pakai apa? Emang kamu mau nanggung lagi biaya hidupku?" tantang Nadine.

Bersambung......

1
Isma Isma
kejamn sekali keluarga arka
alfphyrizhmi: iya, kejam banget emang kak... 🥺
total 1 replies
arniya
mampir kak
alfphyrizhmi: terima kasih sudah mampir, kak. Semoga betah yaaa sama ceritanyaaa... ^_^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!