Perpisahan Kedua

Strike menggendong tubuh Helena dan ingin membawanya ke mobil. Wanita itu tertidur di kursi besi yang ada di pinggir jalan. Perlahan tapi pasti, Strike melangkahkan kakinya untuk menyebrang jalan.

Clous berdiri di dekat mobil Strike. Pria itu bersandar di sana. Dia menatap ke arah Helena sejenak sebelum membukakan pintu. Strike tidak terlalu banyak protes. Kini tujuan mereka semua melindungi nyawa Helena. Tidak peduli siapa dulu yang tiba.

"Aku akan menjebak Clara besok sore. Kau saja yang membunuhnya. Aku tidak bisa membunuh wanita hamil," ucap Clous sambil memandang ke depan.

"Tidak semudah itu menghabisi Clara. Dia juga wanita yang licik." Strike mulai mau mengeluarkan suara untuk mengobrol bersama Clous. Dia tidak terlalu membahas penghianatan Clous kemarin. Percuma juga. Tidak akan ada akhirnya.

"Kau benar. Tapi, tidak ada salahnya mencoba. Siapa tahu setelah Clara tewas, Helena bisa sembuh." Clous menghisap rokoknya lagi. Pria itu juga ikut depresi saat ini. Dia dihadapkan pilihan yang sulit. Kenapa Clara harus mengandung anaknya? Jika saja semua itu tidak terjadi, mungkin Clara sudah tewas di tangannya sejak kemarin.

"Besok aku akan ke sana. Kirimkan lokasinya." Clous menyerahkan nomor teleponnya kepada Clous. Setelah itu dia masuk ke dalam mobil.

Clous menjauh dari mobil Strike. Pria itu menyimpan nomor telepon Strike dan berjalan pergi dari sana. Sambil berjalan pria itu tersenyum pahit. "Jika waktu itu aku gagal melindungimu. Kali ini aku tidak mau melakukan kesalahan yang sama. Kau harus tetap hidup Helena. Aku akan mengalahkan semua orang yang sudah menyakitimu. Apapun caranya. Meskipun nyawa taruhannya."

***

Strike membawa Helena menginap di salah satu hotel yang ada di Meksiko. Rumah persembunyian mereka sudah diketahui musuh. Strike tidak nyaman lagi ada di sana.

Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Helena menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya. Kedua kakinya menapak di lantai yang dingin. Dia memandang ke depan untuk menikmati cahaya matahari yang indah.

Helena tidak tahu harus kemana hari ini. Apa dia kembali menemui Clara di markasnya dan membunuh wanita itu? Tapi Helena yakin kalau empat pria yang selama ini mengikutinya tidak akan membiarkan hal itu sampai terjadi.

Helena memandang ke arah paper bag yang ada di tempat tidur. Dia memeriksa isinya. Strike begitu telaten menjaga Helena. Kini pria itu selalu mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan Helena. Bahkan sampai makanan dan vitamin juga selalu diperhatikan oleh Strike. Dia tidak akan membiarkan Helena sampai jatuh sakit.

Helena membawa paper bag itu ke dalam kamar mandi. Pagi ini rasanya dia ingin sarapan di luar. Helena tidak berselera untuk memakan sarapan yang sudah disajikan oleh Strike. Perutnya terasa mual saat ini. Efek kehamilannya mulai terasa. Dan sedikit menganggu.

Strike berdiri di depan pintu kamar Helena. Pria itu memandang ke samping. Beberapa anggota King Tiger juga berjaga-jaga di sana. Sekarang mereka masih ada di Meksiko. Wilayah kekuasaan Clara. Bisa saja wanita licik itu kembali mengirim pembunuh bayaran untuk menghabisi nyawa Helena. Mereka tetap harus selalu waspada.

"Bos, Clara belum ada muncul di markas. Sepertinya dia sengaja menyembunyikan diri," ucap salah satu pasukan King Tiger.

Strike memutar tubuhnya saat mendengar suara pintu terbuka. Kini Helena sudah terlihat jauh lebih cantik dari sebelumnya. Dia telah memakai baju yang dipilihkan oleh Strike. Celana panjang dengan baju lengan panjang pula.

"Aku mau sarapan di restoran yang ada di depan hotel," pinta Helena. Tadi setelah mandi dia sempat berdiri di depan jendela. Tanpa sengaja melihat restoran yang berdiri kokoh di depan bangunan hotel tempat mereka menginap.

"Silahkan, Nona." Strike memberi jalan.

Helena segera melangkah menuju ke lift. Wanita itu tidak terlalu peduli dengan pasukan King Tiger yang kini menjaganya. Dia menghela napas sejenak sambil memikirkan cara untuk bertemu dengan Clara lagi.

Restoran yang dimasuki Helena merupakan restoran yang cukup terkenal di Meksiko. Restoran itu menyajikan tema makanan all you can eat. Aneka makanan dan minuman telah tersaji rapi di meja-meja. Para pelanggan bisa memilih makanan sesuai dengan selera mereka masing-masing setelah melakukan pembayaran.

Helena mengambil makanan yang tersaji dan meletakkannya di piring. Dia juga dibantu oleh Strike untuk membawa beberapa makanan lainnya. Salah satunya salad buah dan jus buah. Pagi itu Helena terlihat baik-baik saja. Dia tidak lagi terlihat seperti wanita yang tidak memiliki semangat hidup.

"Ada lagi, Nona?" tanya Strike dengan serius. Meskipun kini meja berbentuk lingkaran itu sudah dipenuhi dengan aneka makanan dan minuman. Tetap saja Strike kembali memberi penawaran kepada Helena. Lebih baik Helena makan banyak seperti ini daripada jalan-jalan tidak jelas yang berujung bunuh diri.

"Sebenarnya ada satu lagi. Tapi nanti saja setelah aku menghabiskan makanan ini," sahut Helena. Dia mulai memasukkan makanan pilihannya ke dalam mulut.

Jason dan Ben muncul di depan Helena. Pria itu duduk di meja yang tidak terlalu jauh dari Helena. Strike memandang ke Jason dengan ekspresi dingin. Meskipun Jason sudah berjasa menyelamatkan nyawa Helena. Tapi itu semua tidak bisa merubah prinsip Strike. Jason tetap tidak boleh sembarangan menyentuh Helena. Apa lagi sampai terlalu dekat dengan istri kesayangan big boss nya itu.

Clous yang juga baru saja muncul berjalan dengan santai menuju ke meja Helena. Pria itu melirik ke arah Jason dan Ben sejenak sebelum duduk di kursi kosong yang ada di depan Helena.

"Kau sudah terlihat jauh lebih baik, Helena." Tanpa permisi Clous mengambil makanan Helena dan melahapnya.

"Aku masih belum memaafkanmu, Clous." Helena kembali melanjutkan sarapan paginya.

"Nggak masalah. Aku juga tidak berniat untuk minta maaf." Clous terlihat tenang. Pria itu juga dengan lancang mengambil gelas yang ada di genggaman Helena. Meminumnya dengan tenang.

"Di dekat sini ada kolam renang. Berhati-hatilah, siapa tahu dia memutuskan untuk bunuh diri lagi dengan cara melompat ke kolam renang." Clous menyerahkan sebuah kertas kepada Strike. Disana tertulis jam dan lokasi dia akan membawa Clara. "Aku tidak bisa menjagamu. Hari ini aku sangat sibuk. Ketiga pria ini yang akan melindungimu, Helena."

Clous merapikan penampilannya. Dia ingin segera pergi dari sana. Perutnya juga sudah kenyang. "Clous!" teriak Helena. Wanita itu beranjak dari duduknya.

Jason melirik ke arah Helena dan Clous bergantian. Pria itu kembali melanjutkan sarapan paginya.

Clous berhenti. Pria itu tersenyum sebelum memutar tubuhnya. Dia tahu betapa kesalnya hati Helena saat ini ketika melihat sikapnya yang begitu menjengkelkan.

"Maafkan aku, gadis kecil. Aku salah. Seharusnya semalam aku membunuhnya. Tapi aku juga kaget. Dia hamil anakku. Bisa dibilang aku pria pertamanya," ucap Clous dengan sungguh-sungguh. "Aku akan membereskannya. Tenanglah."

Helena kini bisa bernapas dengan lega. Dia kembali duduk dan melanjutkan sarapan paginya. Clous mengeluarkan sesuatu dari dalam saku. Dia mengambil tangan Helena dan meletakan sebuah cincin di tangan wanita itu.

"Apa ini?"

"Cincin pertunanganku dengan Clara. Aku ingin kau tahu kalau mulai detik ini aku sudah memandangnya sebagai musuh. Meskipun ada anakku di dalam rahimnya. Aku sudah memutuskan untuk ada dipihakmu."

Helena melempar cincin itu dengan kesal. "Aku percaya padamu."

"Bagus. Jangan bunuh diri lagi. Kau harus menyaksikan kematian Clara."

"Tunggu."

Clous kembali menahan langkah kakinya. Dia memandang Helena dengan tatapan bertanya. "Ada apa lagi?

"Buatkan aku tato."

"No," sahut Clous cepat. "Di situasi seperti ini kau memikirkan tato."

"Jika kau tidak mau, aku bisa pergi ke tempat pembuat tato. Tidak akan lama juga pasti sudah selesai." Helena memandang Clous dengan wajah menantang.

Clous tertawa mendengarnya. "Kau mengancamku, Helena?"

"Nggak. Itu tadi penawaran. Bukan paksaan." Helena kembali duduk dan melanjutkan sarapan paginya.

"Nona, kenapa tiba-tiba anda ingin pasang tato? Itu.... Sangat menyakitkan. Anda mau menyiksa diri anda sendiri?" Strike juga khawatir. Kini dia berusaha membujuk Helena.

"Oke. Di mana? Cepet katakan. Kau mau memasang tato di mana?" Clous mendekati Helena. Duduk di depannya.

Helena meletakkan tangan kanannya di depan Clous. Memamerkan pergelangan tangannya yang bersih. "Di sini." Helena menunjuk bagian yang ingin dipasang tato. "Aku mau kau membuat nama Aberzio di situ. Jadi setiap kali aku mau bunuh diri, aku akan membaca namanya dan melupakan keinginanku."