Elena Rosalina Smith memiliki seorang tunangan yang tiba-tiba di rebut oleh saudari tiri nya. Dan sebagai ganti nya, Elena terpaksa harus menikahi tunangan dari saudari tiri nya- seorang miliarder kaya yang telah di tolak oleh saudari nya karena pria itu cacat.
Terikat oleh perjanjian antar keluarga dan ingin merebut kembali pusat perbelanjaan mendiang ibu nya, membuat Elena setuju untuk menggantikan saudari nya menikah dengan CEO cacat.
Elena tidak menyadari jika diri nya telah melempar batu dan mengambil berlian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
~Place your lips in front of mine, darling. ( letakkan bibir mu di atas bibir ku, sayang).
~Would you kiss me just once, darling?. ( Maukah kamu mencium ku sekali saja, sayang ?).
Elena menelan ludah nya sendiri dengan susah payah saat mendengar lirik lagu tersebut, Karena saat ini wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saja. Gadis itu bahkan bisa mencium aroma mint dari napas pria asing itu, yang terhembus mengenai wajah nya.
Entah mengapa, desiran aneh kembali diri nya rasakan.
Siapa pria ini ?.
Elena menatap lekat pada mata pria itu seolah tengah mencari sesuatu dan gadis itu seakan memiliki perasaan yang kuat bahwa ia tau siapa pria itu.
~Just a kiss goodnight, Maybe you and I will fall in love. ( Hanya ciuman selamat malam, mungkin kamu dan aku akan jatuh cinta).
Mereka bergerak bebas di atas lantai dansa, memancarkan ketenangan dan memperlihatkan keterampilan mereka. Chemistry di antara mereka terlihat jelas dari cara mereka menatap mata satu sama lain, saat mereka berdua mencocokan gerakan satu sama lain.
Seolah mereka telah berlatih menari bersama selama bertahun - tahun.
Ya— karena tarian waltz tidak segampang kelihatan nya dan memang perlu tekad untuk dapat menguasai tarian itu dengan sempurna.
Banyak penonton yang terpikat dengan aksi mereka berdua. Para penonton itu juga merasa tidak menyangka akan menyaksikan penampilan spektakuler di lantai dansa tersebut.
Beberapa saat berlalu, musik dan tarian mereka pun berakhir. Kedua nya menyelesaikan dengan napas mereka yang terengah - engah, namun ke dua nya masih masing saling berdekatan, berpelukan. Tatapan Elena semakin dalam menatap mata biru yang sangat familiar bagi nya.
Sementara jantung gadis itu berdebar tak karuan seakan ia tengah bersama dengan seseorang yang ada di pikiran nya. Bahkan diri nya sendiri tak dapat menguasai tatapan pria itu yang juga tajam menatap diri nya.
Tangan pria itu masih belum mau lepas dari pinggang kecil Elena dan begitu juga dengan tangan Elena yang masih menyentuh bahu pria asing itu.
Mengapa orang asing ini memiliki pengaruh yang begitu kuat bagi Elena?.
Tepuk tangan dari para penonton terdengar pecah di dalam ruangan, banyak yang merasa terhibur dan bahagia.
Membuat Elena dan pria asing itu membuyarkan tatapan mereka dan pria asing itu melepaskan tangan nya dari pinggang ramping Elena.
" Aku merasa senang karena bisa berdansa bersama mu, Elena". Setelah mengatakan nya, pria asing itu berbalik dan langsung pergi berjalan meninggalkan Elena.
" Tunggu! Siapa nama mu?". Elena memanggil nya, tetapi pria asing itu justru berjalan lebih cepat dan hilang di antara kerumunan orang - orang yang bertepuk tangan.
Elena pun tidak ada pilihan lain, gadis itu kembali tersenyum ke arah penonton.
" Itu indah sekali, apakah mereka penari profesional? ". Kata salah satu penonton pada teman nya yang lain
" mungkin mereka pasangan ".
" Chemistry mereka sangat kuat".
" Gadis itu sangat cantik, kamu pernah melihat nya ? Aku pernah melihat gaun yang di kenakan nya karena itu adalah gaun buatan Marta desainer terkenal itu ".
Di tempat yang sama, seorang gadis yang awal nya sangat ingin melihat kehancuran saudari tiri nya, justru kini terlihat nampak harus berulang kali merasakan kekecewaan di dalam diri nya. Pasal nya rencana nya malah berulang kali menjadi keuntungan bagi saudari tiri nya.
Suasana hati nya telah berubah menjadi sangat suram saat ini, padahal sebelum nya ia telah membayangkan jika Elena pasti akan berlari karena ia tak dapat melakukan tarian waltz.
Tapi ternyata tidak, karena dengan sempurna Elena menari bersama dengan orang asing yang entah pergi kemana dia sekarang, membuat Maya merasa sangat kesal.
' kapan dia mulai belajar menari?' Kata Maya bingung.
Maya lah yang selama ini mengikuti les menari dengan instruktur terbaik! Bagiamanaa mungkin Elena bisa menjadi lebih baik daripada Maya ?.
Pada saat yang sama, Alvaro tadi juga sempat mengamati tarian tersebut, pria itu merasa heran dan berfikir jika diri nya juga merasa familiar dengan orang yang berdansa bersama elena tapi ia tak tau pasti.
Karena setiap orang memakai topeng di wajah mereka sehingga sulit untuk mengetahui nya kecuali jika mereka sendiri yang memperkenalkan diri atau membuka topeng mereka.
Selain itu, Alvaro menyadari jika Elena cukup pintar dan seperti nya memiliki berbagai keterampilan yang tersembunyi. Tak seperti apa yang Maya katakan dulu pada nya, jika Elena sama sekali tidak memiliki keterampilan apa pun .
Pria itu terdiam di tempat nya berdiri sembari memperhatikan Elena yang kini berjalan menuju pintu keluar. Mata nya menyipit saat sebuah tekad terlintas dalam diri nya.
" Aku akan menjadikan dia sebagai milik ku". Gumam Alvaro lirih lalu menyeringai.
Alvaro merasa tidak nyaman ketika mengetahui gadis yang ia tolak terlihat baik - baik saja tanpa diri nya. Alvaro merasa Elena di takdirkan untuk nya dan dia akan mengambil nya kembali dari Malvin, apa pun yang terjadi.
Sementara itu, Elena terkejut saat diri nya telah keluar dari gedung. Pasal nya, Elena menemukan tunangan nya tengah duduk di kursi roda menunggu nya di dekat mobil Limosin nya.
" Tuan Malvin? Kamu ada di sini ?". Tanya Elena, jantung nya berdegup kencang saat gadis itu menatap bola mata biru Malvin.
' Mata itu... menawan'.
" Aku datang untuk menjemput mu ". Balas Malvin membuat Elena merasa curiga.
Elena terus memperhatikan Malvin tetapi pria itu memakai kaos putih dan celana olahraga hitam. Rambut nya acak - acakan, hampir seperti dia sering menyisir rambut nya dengan jari - jari nya sendiri.
" Jam berapa tuan Malvin sampai ke sini ?". Tanya Elena lagi , dengan penuh rasa ingin tahu.
" Baru saja ". Balas Malvin acuh tak acuh.
Elena memperhatikan jika raut wajah Malvin seakan tidak menyembunyikan sesuatu, lalu tatapan Elena tertuju pada kaki Malvin dan perasaan nya merasa tidak enak pada pria itu.
Malvin pasti juga ingin mendatangi acara pesta topeng ini, tetapi pria itu tidak dapat hadir karena kondisi nya yang tidak memungkinkan seperti ini .
' apa yang telah aku pikirin? gak mungkin pria tadi itu Malvin'. Gumam Elena lalu menggelengkan kepala nya agar tidak terlalu memikirkan pria yang berdansa bersama nya tadi.
Lantas tersenyum ke arah Malvin. " Terima kasih, ayo pergi! Sepatu hak tinggi ini membunuh ku ". Kata Elena masuk ke dalam mobil.
Malvin menghela napas lega, tetapi Elena tidak menyadari itu. Tak lama dari itu Malvin ikut masuk ke dalam mobil dengan di bantu oleh Ace dan Sam— bodyguard Malvin.
**
Dalam perjalanan, Elena ternyata masih memikirkan soal pria asing itu yang memiliki kesamaan yang sama persis dengan Malvin.
Ruang terbatas di dalam mobil membuat Elena tersadar akan keharuman cologne yang tercium dari tubuh Malvin. Aroma musky kayu yang nikmat itu terus meresap ke dalam lubang hidung nya, perlahan membuat Elena tertarik.
Gadis itu tidak sengaja menunduk kan kepala saat mencium wangi dari parfum Malvin, namun ia berhenti menghirup wangi itu saat melihat tangan Malvin yang bertumpu pada sandaran kursi.
Elena ingin memegang tangan Malvin, hanya untuk melihat apakah diri nya akan merasakan hal yang sama seperti diri nya rasakan saat menyentuh tangan pria asing tadi.
Dengan mengumpulkan keberanian nya juga jantung yang berdebar kencang. Perlahan Elena menyentuh tangan Malvin tapi pria itu malah menarik tangan nya dari Elena dengan lembut.
Elena mengerutkan keningnya. ' kenapa dia menghindari sentuhan ku?'.
Malvin menoleh dan mengangkat sebelah alis nya ke atas. " Jika kamu ingin menyentuh tangan ku, yang perlu kamu lakukan hanyalah bertanya dan meminta izin".
Hawa panas kembali merayapi wajah Elena , gadis itu menelan saliva dengan perlahan. " Bukan itu yang mau aku lakukan".
" Jangan khawatir, aku menghindari mu karena seharusnya aku lah yang mengambil langkah pertama ". Suara serak nya dan napas yang hangat mengipas kulit Elena, membuat getaran aneh merambat di tulang punggung nya.
Elena dapat melihat pria itu mencondongkan tubuh nya ke arah nya dan jantung nya semakin berdebar kencang tak karuan.
" a-- apa yang mau tuan lakukan?". Kata Elena dengan hati - hati.
" Biarkan aku mengambil inisiatif".
Elena terdiam setelah ke dua nya saling bertatapan. Perlahan Malvin meraih dagu Elena dan....
Cup
Untuk pertama kali nya, Malvin mencium bibir Elena dalam sebuah ciuman pertama yang panas.