Dikehidupan sebelumnya, Lin Feng merupakan seorang Dewa Obat. Mengalami kematian, dibunuh istrinya yang berselingkuh darinya. Siapa sangka, jiwanya melintasi waktu ke masa depan. Masuk ke dalam pria tidak berguna yang mati karena kecelakaan.
Identitas saat ini, masih menyandang nama yang sama. Lin Feng merupakan seorang suami pengangguran dan tidak berguna. Seorang suami dan ayah yang tidak berguna dalam keluarga. Bahkan ia tinggal sendirian di apartemen dengan mengandalkan istrinya yang bekerja keras untuk seluruh keluarganya.
Alysa Lien merupakan wanita cantik dan seksi. Sejak remaja dipaksa menjalankan perusahaan keluarga. Sedangkan keluarga lainnya hanya berfoya-foya. Ia juga menyembunyikan pernikahan serta anaknya dari publik. Bahkan keluarganya tidak tahu dirinya sudah menikah.
Hidup di tubuh orang lain, Lin Feng bangkit dan mengubah hidupnya yang baru. Dengan identitasnya saat ini, merubah hidupnya menjadi lebih baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanto Trisno 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memberikan Pil
Makanan di atas meja telah dibereskan oleh Hanna. Sementara Lin Feng mengajak Lin Yu'er dan Alysa ke tempat yang sepi. Di ruangan yang menjadi tempat berkumpulnya keluarga. Tidak ada maksud lain pada diri Lin Feng. Ia hanya ingin memberikan sesuatu pada mereka.
"Yu'er. Papa punya satu permen untuk kamu. Jangan bilang ke siapapun, permen ini hanya diproduksi oleh satu orang di dunia. Dan sulit untuk mendapatkannya. Jadi, kamu boleh makan ini."
Lin Feng menunjukan pil yang ia buat di apartemen. Ia telah membuatnya mirip dengan permen lolipop dengan tangkai dan bungkus yang dibuat dadakan. Ia telah membubuhkan gula agar terasa manis.
"Permen? Kenapa kamu tiba-tiba memberikan sesuatu yang aneh pada Yu'er?" Alysa ragu membiarkan putrinya mengambil permen itu. Ia tidak ingin terjadi apapun terhadap Lin Yu'er.
"Tidak apa-apa. Itu aku beli sebelum datang ke sini. Sebenarnya aku tidak punya cukup uang untuk untuk membeli hadiah. Jadi hanya bisa membeli permen dan ada juga untukmu."
Lin Feng khusus memberikan pil peremajaan dan penyegar pikiran untuk Alysa. Membungkusnya dengan sebuah kotak kecil. Ia hanya ingin memberikan yang terbaik agar tidak terlalu memikirkan banyak beban di hatinya.
"Apa ini? Pil? Dari mana kamu mendapatkan semua ini? Aku tidak tahu masalah pil. Tapi bagaimana kamu memilikinya?"
Alysa hanya pernah mendengar adanya pil dalam bentuk seperti yang dilihat. Hanya warna dan auranya yang berbeda satu sama lainnya. Tidak disangka, ia melihat langsung pil yang hanya mendengar dari rumor belaka.
"Apa kamu tahu? Ini adalah pil peremajaan. Dan satunya adalah pil penyegar pikiran. Ini dijamin berguna untukmu. Agar pikiranmu tidak kacau dalam bekerja. Juga membuat kulitmu lebih kencang dan terlihat lebih muda."
Wajah Alysa memerah setelah mendengar perkataan Lin Feng. Sebenarnya ia juga mengeluhkan kondisi kulitnya yang kusam. Karena stres dengan pikirannya, tidak sempat merawat tubuh sendiri. Meski banyak pria yang mendambakan dirinya.
"Mama. Permennya sangat enak. Papa, apa masih ada permennya lagi? Yu'er minta yang lebih banyak!" Meskipun belum habis, Lin Yu'er menginginkannya lagi. Bahkan rasa manis pada pil obat itu membuatnya ketagihan.
"Sayang, kamu makan pelan-pelan. Besok papa akan kasih satu lagi. Jangan makan banyak-banyak dulu. Nanti sakit gigimu," balas Lin Feng.
"Janji? Besok mau kasih permen lagi, yah. Papa jangan bohong." Lin Yu'er sangat bersemangat. Ia memasukan permennya ke dalam mulut.
Lin Feng menghampiri Alysa dan berbisik, "Apa kamu tidak mau mencobanya? Setelah ini, kamu harus mandi untuk membersihkan kotoran yang keluar dari pori-pori kulitmu."
Alysa gugup dan mengerti. Ia juga tidak sepenuhnya percaya dengan ucapan Lin Feng. Karena sudah mandi, tidak mungkin mau mandi lagi, kan? Namun tetap saja perasaan gugup itu muncul begitu wajah Lin Feng semakin dekat.
Ada rahasia yang perlu dikatakan dan ada juga yang harus disimpan rapat-rapat. Meski istri sendiri, kemampuannya tidak boleh sampai tahu. Apalagi terkait dengan reinkarnasi atau kehidupan kedua. Biarkan itu menjadi rahasia diri sendiri.
Hingga saatnya nanti, mungkin akan terbongkar cepat atau lambat. Namun selama masih bisa menutupi semuanya, maka hanya dapat merahasiakan segalanya sejak awal hingga akhir hidupnya.
Bukan tidak percaya pada sang istri maupun orang terdekat laiknya. Sebaik mungkin ia tidak ingin kehidupan sebelumnya kembali terjadi. Istri yang selalu ia percaya saja sudah mau membunuhnya. Jika pada suatu saat nanti Alysa akan sama dengan Shu Mei, maka hanya bisa melakukan hal semestinya.
Sebelum itu, Lin Feng tidak ingin merusak kebahagiaannya. Ia tidak berharap adanya penghianatan dari Alysa Lien. Namun tetap harus waspada. Ada juga Lin Yu'er sekalipun. Saat sudah tumbuh dewasa, bisa saja menyerang dan membunuhnya.
'Kuharap tidak ada hari seperti itu. Mungkin ini hanya kekhawatiran yang kurasakan. Lin Yu'er, Alysa Lien. Kuharap hari ini dan seterusnya, kalian tetap menjadi wanita yang bersikap baik padaku. Tidak menghianatiku dan tidak ada niatan untuk membunhku seperti Shu Mei di kehidupan sebelumnya.'
Misteri hidup manusia tidak ada yang pasti. Hari ini saling mencintai dan esoknya saling membunuh. Itu bisa menjadi pelajaran hidup. Hidup penuh dengan kecurigaan dan kehati-hatian, membuat Lin Feng tidak percaya pada siapapun. Bahkan ia tidak dapat mempercayai dirinya sendiri. Apakah hari ini masih menjadi sosok Lin Feng yang bersahaja? Atau menjadi sosok lain yang tidak dapat dibayangkan.
Hati manusia tidak ada yang tahu kepastiannya. Hanya masalah waktu yang dapat menjawab semuanya. Yah, masa depan nanti, akan dilihatnya dengan segenap kemampuan yang ada.
Melihat Lin Yu'er hari ini, begitu manja dan imut. Lin Feng tidak dapat menahan godaan gadis mungil itu untuk memberikan kasih sayang. Kecupan di dahi tanda kasih sayang. Lalu ia menatap Alysa Lien dengan penuh harap. Ia memajukan kepalanya untuk melakukan hal yang berbeda.
"Ah, jangan," tolak Alysa Lien. Ia tahu tujuan Lin Feng adalah bibirnya. Meski mereka suami-istri, tidak pernah melakukan itu sebelumnya. Juga merasa belum siap menjalani peran sebagai wanita milik pria di depannya.
Kecewa tentu ada perasaan kecewa. Hari ini gagal mendapatkan apa yang diinginkan. Lin Feng meninggalkan wanita itu dengan rasa tak karuan. Ia merasa menjadi pria tak masuk akal dan hampir melalukan sesuatu yang buruk. Ia merasa tidak pantas untuk memaksa seorang wanita menerimanya begitu saja.
Lain halnya dengan Alysa. Ia merasa telah melakukan suatu kesalahan. Bukan hanya menolak Lin Feng, ia juga telah membuat perasaan pria itu hancur dan malu. Bagaimana dia bisa begitu tidak tahu diri? Ia sudah mendapatkan sesuatu yang berharga. Sudah sepantasnya seorang suami menginginkan sesuatu padanya. Namun ia tidak membiarkan itu terjadi.
'Apa aku salah? Ahh, apa yang telah aku perbuat? Lin Feng tidak marah padaku, kan? Alysa, mengapa kamu begitu egois? Kenapa sikapmu seperti ini pada orang ini? Apakah aku wanita paling kejam di dunia?'
"Mama? Kenapa papa pergi? Apa papa marah pada Yu'er? Yu'er pasti berbuat salah pada papa, kan? Dia terlihat seram saat marah," ungkap Lin Yu'er takut. Ia memeluk Alysa dengan rasa takut.
'Tidak, Yu'er. Ini salah mama. Mama yang buat papamu kecewa. Wanita macam apa aku ini?' Alysa tidak dapat mengatakan terus terang. Ia hanya bisa menyalahkan dirinya di dalam hati. Juga tidak berani menjelaskan semuanya pada putri kecilnya.
Pasti sangat sulit bagi Lin Feng untuk membuat semua ini. Alysa melihat dirinya dalam cermin. Ia siap untuk mencoba pil yang diberikan Lin Feng. Karena tidak tahu harus makan yang mana, ia memutuskan untuk memaksa kedua pil sekaligus. Ia juga tidak tahu harus dikunyah atau langsung ditelan. Ia juga tidak membawa air minum.
Karena perasaan campur aduk, Alysa tanpa berpikir, langsung menelan satu persatu pil sebesar kelereng tersebut. Dan anehnya kedua pil itu langsung tertelan setelahnya. Tubuhnya terasa panas dan berkeringat. Ada lendir berwarna keruh yang keluar dari pori-pori kulitnya.
***
Dengan sifat mc yang tak menunjukkan jiwa yg penah hidup dipuncak tapi banyak plot remehan jalan cerita yg mengarah mc seorang yg fobia lebih memikirkan ketakutan itu ini. Padahal kekuatan itu semua jawapannya
makin gabjelas kalimat nya