Dicintai Pangeran Lato-Lato

Sudah beberapa minggu, aku dan Abyan pacaran. Dia tuh konyol, segala hal bisa dijadiin bahan gombalan ala dia. Awalnya aku enek sih, suka bilang hueexx gitu tiap dia mulai bergombal gambel, tapi sekarang.. Ah sudah lah, tiap dia berkreatifitas dengan bahan apa aja yang dia lihat terus dijadiin perumpamaan buat ungkapin perasaannya, aku hanya tanggapi dengan mesem aja. Mesem sambil ngelus dada!

Kek misal waktu aku sama dia masuk ke mini market alipmart, dia ambil bola coklat kesukaan sepuluh juta anak manusia. Yes, kinderjoi itu. Dia tanya ke aku..

"Num.. Lihat deh. Kamu tahu nggak kenapa di sebelah coklat kinder itu isinya mainan?" Tanyanya sambil memberikan suapan coklat padaku.

Selain males mikir, aku juga nggak tau jawabannya apa. Makanya aku hanya geleng-geleng asoy sebagai bentuk ketidak mudenganku.

"Karena kalau isinya kasih sayang tempatnya bukan di sini (nunjuk kinderjoi.) Tapi, di sini (nunjuk dadanya) Dan aku pastiin cuma kamu pemilik hatiku. Nggak diperjualbelikan kayak gini."

Mataku menatap tak percaya. Wes lah mas karepmu.

Sore ini aku mau jalan sama dia, dia bilang mau beli kado ulang tahun. Buat siapa aku nggak tahu. Aslinya kepo tapi aku males tanya tanya.

"Mau kemana Num?" Bella bertanya basa-basi karena melihat ada kang lato udah standby di depan kos ku.

"Jalan lah Bel, punya gandengan.. Wajar. Lha kamu betah banget menyandang gelar jones. Baek-baek tangan dipake laba-laba buat bikin rumah saking nggak pernah nya di gandeng pasangan." Yang menjawab bukan aku tapi Dieska.

"Mulutmu minta di ratain sama buldoser hah? Meski jombloh gini juga aku tuh pilih-pilih. Aku jomblo yang berkualitas! Kreatip, pandai cari duit, nggak pernah punya sangkutan sama pinjol, anti korupsi, cinta tanah air, berjiwa-" Belum kelar, Bella bahkan bicara sambil merem-merem. Mungkin menghayati semua sifat emejing dalam dirinya.

"Stop Bella stop, aku tau.. iya tauuuu banget kalau kamu lagi menyemangati diri sendiri sebagai satu-satunya jones yang masih bertahan dengan statusmu di sini... tapi gosah panjang panjang ngomongnya. Aku berasa dengerin pidato pak rt yang naik jabatan jadi pak rw lho. Gemeter kupingku dengernya!" Dieska bikin aku nggak bisa menahan tawa. Dia sekarang pinter ngadepin mulut lemezz si belek!

Drama mereka tentu tak hanya sekelebat itu aja. Aku masih bisa mendengar beberapa tahapan yang bikin mulutku beristighfar. Mereka lucu, mereka menghibur banget. Meski mereka nggak punya keturunan darah pelawak dalam diri mereka, tapi mereka beneran bisa menghibur lho.

"Aku pergi dulu ya, kelian baek-baek di sini. Pintu ga tak kunci, silahkan aja kalau mau ngeludruk di sana." Pamit ku kepada kedua bestie bestianku.

"Ka_win aja kelian udah.. Bikin jiwa polosku berubah barbar pengen ngata-ngatain kelian!" Bella nampak kesal melihat Abyan memakaikan helm padaku. Abyan ngakak aja.

"Iri bilang bos." Ucapku udah naik di motor pacar.

"Ya Allah aku pasrahkan diriku sepenuhnya pada saat ini pada penguasa langit dan bumi, aku ikhlas ya Allah.. Aku ikhlas.." Bukan kesian, aku, Abyan dan Dieska justru ngakak brutal mendengar Bella seperti itu.

_____

Abyan duduk santai di depanku, katanya dia nggak jadi beli kado buat siapalah tadi. Katanya, bisa jalan bareng kayak gini sama aku lebih penting dari pada ngabisin waktu buat muterin toko nggak penting.

Kami menikmati es kelapa yang emang segernya bisa ngademin ati. Hahaha lebay ya. Dari jauh aku lihat cewek berjalan ke arah kami duduk.

"Byan.. Sayang, kamu di sini juga. Kok nggak bilang sih kalo mau ke sini."

Wait... Sayang? Dia bilang Byan sayang? Ngebul nggak? Ngebul dong masa nggak! Ya kali, mas pacar dipanggil sayang cewek lain di depan mata terus aku woles woles aja.

Tuh cewek siapa dah, matanya apa nggak bisa mendeteksi ada manusia lain di sini? Dia kira aku mahkluk tak kasat mata atau gimana?!

Abyan langsung memegang tangan ku. Seakan menegaskan 'Gue bawa herder nih, macem-macem digigit lu!'

"Siapa?" Liriknya tak bersahabat ke arah ku, saat Abyan tak merespon apapun celotehnya tadi.

"Calon istri." Uwuu.. Jadi itu kedudukan ku. Aku tahan untuk tidak tersenyum. Entah kenapa dua kata itu mampu membuat hatiku kek kena tiupan angen syurga.. Wuuzzh ngono!

"Calon apa? Apaan? Nggak nggak, kudu aku yang jadi calon istrimu. Siapa sih kamu?? Mau jadi pela_kor ya?" Wah dia ngegas!

Belum tahu aja gimana kalo aku udah keluarin jurus tapak seribu dan mulut miss ghibah lambe turah, semua bakal rata ku kuliti dari atas nyampe bawah ku nyinyirin! Bahkan Bella aja kalah julidnya sama aku kalo aku udah mode nggak baik-baik aja.

"Pergi aja Chik. Aku nggak mau calon istriku menghajar kamu di sini." Kalimat ancaman pertama udah dilontarkan Abyan. Aku masih keep kalem.

"Pergi kemana sayaaang.. Kalau arah tujuanku hanya kamu seorang! ABy sayaaang.. Kita ini pasangan serasi, kamu pantesnya sama aku lho say.. Lihat kan?! Aku cantik, kamu ganteng, aku seksi, kamu gagah, aku kira kamu bakal nembak aku pas di restoran minggu lalu. Tapi.. Tapi, kenapa malah kamu nemuin kuman macam itu. Demi seblak level begal, aku nggak rela kamu yang seperfect itu dapetnya cuma itik buruk rupa!!"

Wah mbak.. Ngajak ribut ini orang! Baru juga ketemu gayanya sengak banget!

"Bilang mau nyelesain ini di mana?" Aku nggak mau debat panjang. Ego dan harga diriku melarang ku untuk ikut kek orang gila kayak dia di sini.

Abyan mengusap pelan punggung tanganku, seakan ngasih tau.. 'Aku nggak punya hubungan apa-apa sama cewek sin in the ting ini! (Sinting)'

"Mau pulang aja dek?" Tanya Abyan padaku tanpa menggubris kalimat panjang bak kereta api yang di ucapkan ntah siapa tadi.

"Iya." Aku nggak mau gelut di tempat umum. Nggak elit aja! Apalagi gegara cowok. Dieh!

"Pulang aja sana pulang! Lo takut kan sama gue! Dasar udik! Kampung! Kuman! Nggak cocok lo punya pacar sekeren Aby! Paling lama juga sebulan lo di sayang sayang sama Aby, lihat aja! Abis itu, tempat lo bukan di hatinya tapi, di tong samvah!!!" Asli.. Ini udah nggak lucu.

Aku berbalik, ambil bongkahan kelapa yang tadi aku minum. Dengan keras ku banting kelapa yang masih nyisa aernya itu di depannya. Pecah! Dia melotot. Rasa takut terbersit di wajahnya. Aku bisa lihat itu.

Lo jual, gue beli! Mau ribut di sini? Tak jabanin!