WARNING!!
INI HANYA SEKEDAR CERITA KHAYALAN SEPINTAS. TANPA MENGIKUTI NORMA HUKUM DAN AGAMA.
BIJAKLAH DALAM MEMBACA, KHUSUS YG SUDAH MENIKAH SAJA.
Apa yang harus di lakukan, jika tiba-tiba gadis yg belum menikah, dan merasa tidak pernah melakukan hubungan badan dengan seorang lelaki manapun, tetapi tiba-tiba di perut nya ada janin yang sudah tumbuh.
"Tidak,, ini semua mustahil, apa iya di jaman sekarang masih ada perempuan yang hamil, tanpa lelaki. Seperti jaman Siti Maryam."
Naura menangis sambil menekuk kakinya, dia bingung dengan apa yang menimpanya.
PENASARAN???
BACA CERITA PERTAMA AKU YA,,
MOHON MAAF, SAYA PENULIS PEMULA, PASTI BANYAK SALAH-SALAHNYA, MOHON MAKLUM, DAN JANGAN LUPA KRITIKNYA..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
Dari pintu yang sedikit terbuka, sepasang mata menyaksikan mereka dari luar. Cowok itu bergumam dalam hati. "Kalian kelihatan sudah sedekat itu. Sudah gak ada harapan lagi buat aku dapetin kamu, Ra." Lalu, cowok itu pergi, setelah melempar sebuket bunga ke dalam tempat sampah yang berada di sana.
***
"Dimas," suara cewek menghentikan langkah Dimas, saat dia sedang berada di parkiran Rumah sakit.
"Elo habis dari mana?" Dimas yang sudah memegang gagang pintu mobilnya, menoleh.
"Gue, habis jenguk teman, elo sendiri ngapain disini?"
Andin mengangguk dengan jawaban Dimas. "Gue mau ke ruangan Naura, tadi ada barang gue yang tertinggal di sana."
"Emang, Naura di rawat di sini? dia sakit apa?" Dimas yang masih merasa cemburu, pura-pura tidak mengetahui keadaan Naura.
Bohong, saat dirinya pernah mengatakan kalau cinta tidak harus memiliki, karena, tidak semudah itu menghilangkan perasaan yang pernah ada, apalagi sama orang yang pertama yang berhasil merebut hatinya.
Andin mengerutkan kening nya. Pasalnya, dia tau kalau Dimas menaruh perasaan pada Naura, jadi tidak mungkin jika dia belum mengetahui keadaan Naura yang sedang sakit.
"Lah, gue kira, lo sudah tau kal," ucapan Andin terhenti saat Dimas masuk ke dalam mobil. Cowok itu membuka kaca mobil nya. "Maaf ya, Andin, gue lagi buru-buru."
Andin mengangkat bahunya, saat melihat tingkah Dimas, yang sedikit aneh.
Setelah melihat mobil Dimas melaju. Andin melangkahkan kakinya, namun dia malah teringat kembali tingkah Dimas.
"Apa jangan-jangan, Dimas sudah tidak menyukai Naura lagi?" Andin berkata dalam hati, senyumnya terbit, membayangkan kalau Dimas beneran sudah tidak ada lagi perasaan terhadap sahabatnya. "Berarti gue punya peluang untuk mendekati Dimas lagi."
****
"Hai, Nau, ra. Eeehh ada Pak Aldi" Andin menjadi salah tingkah, saat dia masuk ke kamar rawat inap Naura, dirinya melihat Aldi yang sedang berdiri dan mencondongkan tubuhnya, hendak mencium kening Naura. Sedangkan Naura, cewek itu sudah tertidur di atas ranjangnya.
Aldi menjadi salah tingkah, pipinya terlihat merah padam, karena malu, hampir ketangkap basah.
Aldi menggaruk tengkuknya, padahal tidak gatal, "kamu siapa?"
Andin tersenyum ke arah Aldi "saya Andin, Pak. Saya sahabat nya Naura, saya juga satu kantor sama Naura."
Aldi hanya mengangguk menanggapi jawaban cewek itu.
"Maaf, saya sudah ganggu, saya cuma mau mengambil ini," Andin mengangkat ponselnya, setelah mengambil benda itu dari atas sofa.
"Permisi Pak." Naura terbangun saat mendengar sedikit keributan di kamarnya.
"Andin, lo balik lagi?" Andin baru memegang gagang pintu, menoleh ke arah Naura, cewek itu mengangguk, "iya, tapi gue mau langsung pulang kok, Ra" Andin mengedipkan sebelah matanya, setelah pamitan, cewek itu langsung keluar dari ruangan Naura.
Naura mengerutkan keningnya, melihat gelagat Andin yang menjadi aneh.
****
Dua hari setelah Naura sakit, Cewek itu sudah kembali masuk kerja. Padahal, Aldi terus mewanti-wanti supaya dirinya jangan dulu berangkat kerja. Meskipun keadaannya sudah terlihat baik, tapi Aldi merasa cemas, takut Naura kembali sakit.
Hari ini, Wajahnya terlihat sudah kembali ceria. Naura berangkat lebih pagi, dari biasanya. Dengan paper bag yang berada di tangannya, Naura menekan tombol lift.
Ting...
Pintu lift terbuka, Naura melangkahkan kakinya ke luar, cewek itu sedikit membungkuk ke depan cowok yang sedang duduk di depan meja kerjanya, Naura tersenyum ke arah cowok itu "maaf, Pak Riko, apa Pak Vino nya sudah datang?"
****
Naura sedikit salah tingkah saat berhadapan dengan Vino, "maaf Pak, saya ke sini mau mengembalikan pakaian yang waktu itu saya pakai."
Vino melirik paper bag yang baru di simpan di atas meja kerjanya.
"Kamu, mengembalikan barang yang sudah bekas?" Naura mendadak gugup, "taapi, waktu itu saya cuma meminjamnya, saya juga sudah mencucinya, jadi sekarang sudah bersih."
Naura menghela napasnya. Sebenarnya, dia sedikit ragu saat mau mengembalikan pakaian itu, toh Vino gak mungkin memakai pakaian perempuan kan? tapi dia sudah terlanjur berjanji untuk mengembalikannya.
Tatapan Vino menjadi sendu saat melihat mata Naura, "Saya, gak pernah nerima bekas orang, kecuali, itu pernah saya pakai, dan sekarang sedang berusaha di rebut orang lain, maka, pasti saya akan merebutnya kembali.
****
Naura duduk di kursi kantin, sambil mengaduk makanannya. Namun, tatapan cewek itu terlihat kosong, Naura teringat perkataan Vino. Entah apa maksud dari perkataan CEO nya itu, mungkin hanya Vino lah yang tau.
-
-
-
-
-
**Segini dulu ya gaess.. Nanti kalau Rank nya naik, aku Up lagi. Hhehehe
Salam.. Semangat**
emang enak🤪