"Menyingkirlah dan berhenti mengejar aku. Percuma saja, aku tak suka dengan anak kecil."
"Enak saja anak kecil, aku sudah besar, Om. Lihat saja, dada ku tumbuh dengan baik."
Darren Wisnu Abiana adalah seorang duda keren berusia 36 tahun, dia di tinggalkan oleh sang istri untuk mengejar pria lain. Patah hati yang Darren rasakan membuat nya trauma dan menutup hati nya untuk wanita mana pun.
Hingga, seorang gadis berseragam SMA datang dan mengejar nya. Meskipun dia sudah bersikap jutek pada gadis bernama Sherena itu, tapi dia tetap tidak pantang menyerah untuk mendapatkan nya.
Akankah pertahanan Darren runtuh saat melihat kesungguhan yang di lakukan oleh Sheren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 - Darren Menggila
"Mau kemana? Udah cantik aja."
"Ke rumah Om Darren, ada perlu, Ma." Jawab gadis itu sambil tersenyum.
"Ohh, ya sudah. Ini ada ayam semur, kasih ke Om Darren ya sekalian."
"Oke, Ma." Jawab Sherena. Dia tersenyum kesenangan, selalu saja ada yang ingin Mama berikan pada Darren, jadinya dia tak perlu susah-susah untuk mencari alasan yang bertele-tele.
"Sheren pergi dulu ya, Ma."
"Iya, sayang. Hati-hati."
Sherena pun keluar dari rumah nya dan menyeberang setelah melihat kanan kiri terlebih dulu. Setelah di rasa aman, Sherena pun menyeberang jalan. Dia tersenyum saat melihat kalau Darren ada di luar, dia tengah duduk di kursi yang ada di teras sambil meminum kopi.
Dia menatap Sherena dari atas hingga ke bawah, gadis itu menuruti keinginan nya. Dia mengganti cara nya berpakaian, saat ini dia memakai kaos oversize dengan celana kulot jeans yang longgar.
"Sore, Om."
"Sore, sayang." Jawab Darren sambil tersenyum, wajah Sherena seketika memerah begitu mendengar pria itu kembali memanggil nya dengan sebutan sayang.
"Ini, ayam semur dari Mama."
"Wah, kebetulan. Saya memang belum makan."
"Jam segini belum makan? Sheren udah makan tiga kali jam segini, Om." Jawab Sherena.
"Sebanyak itu?"
"Gak banyak itu, Om."
"Hmm, tak apa. Justru lebih bagus kalau kamu agak gendutan sedikit, biar lebih kenyal." Jawab Darren dengan senyum menggoda nya. Sherena mendelik kesal ke arah pria itu, lebih kenyal katanya? Apanya yang kenyal?
"Ayo temani saya makan."
"Gak aahh, Males." Jawab Sherena, dia bersiap untuk pergi. Tapi, dengan cepat Darren menarik tangan Sherena dan membawa nya ke dalam rumah. Dia membawa wadah bekal yang di berikan oleh Sherena, lalu mengunci pintu nya. Sherena melotot, kenapa pintu nya harus di kunci? Darren takkan melakukan hal itu kan?
"K-enapa pintu nya di kunci, Om?"
"Biar kamu gak kabur." Jawab Darren dengan wajah datar nya.
"Isshh, kabur juga cuma ke seberang doang. Gak usah nyari kemana-mana lagi, soalnya aku pasti ada di rumah. Kalo gak di rumah ya pasti di sekolah." Ketus Sherena, dia memanyunkan bibir nya membuat Darren gemas setengah mati. Dia mendekat dan tanpa basa-basi lagi, dia langsung mencium bibir Sherena kilat.
"Apa sih, Om? Nyosor aja terus."
"Suka, kamu yang ajarin saya nyosor begini, sayang."
"Lho kok Sheren sih, Om?" Tanya Sherena, dia tak ingat siapa yang pertama kali mencium Darren seperti nya.
"Yang cium pipi saya di mobil, lalu mencium bibir saya disini, siapa hmm?"
"Eehh, hehe.." Sherena cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang padahal tidak gatal sama sekali.
"Sudahlah, ayo temani saya makan."
"Kenapa harus di temenin sih, Om?"
"Cepetan."
"Isshh, iya-iya." Akhirnya, mau tak mau pun Sherena mengikuti pria itu ke dapur. Darren mengambil nasi dan lauk yang di berikan oleh Sherena. Gadis itu juga duduk di samping Darren. Dia mengedarkan pandangan nya, area dapur nya terlihat sangat bersih dan nyaman sekali. Barang-barang dan perabotan nya tertata rapih di sana.
"Kenapa, sayang?"
"Tidak apa-apa, Om suka memasak?"
"Hmmm, kadang saya masak sendiri. Kadang juga beli lauk jadi aja, wajarlah saya kan duda jadi gak ada yang masakin." Jawab Darren membuat Sherena menganggukan kepala nya.
"Om mau Sherena masakin gak?"
"Emang bisa?" Tanya Darren, pria itu menatap ragu ke arah Sherena. Dia tak yakin kalau gadis itu bisa memasak.
"Om ngeraguin aku? Gini-gini juga, aku jago masak lho." Sherena membanggakan dirinya sendiri di depan Darren, membuat sudut bibir pria itu terangkat ke atas membentuk sebuah senyuman manis.
"Ohh ya? Masak apa?"
"Aku bisa masak rendang, aneka soto, ayam." Jawab gadis itu membuat Darren benar-benar tidak menduga. Apa benar kalau Sherena bisa memasak?
"Wahh, hebat juga ya kamu bisa masak rendang."
"Bisa dong, gampang. Tinggal rebus doang, terus kasih bumbu."
"H-aahh? Tunggu-tunggu, rendang apa yang tinggal di rebus doang?" Tanya Darren dengan kening yang berkerut heran.
"Gak tahu ya? Ada lho, Om."
"Apa iya?"
"Iya, Om. Mie instan rasa rendang." Jawab Sherena yang membuat Darren tersedak, gadis ini benar-benar tidak terduga. Pantesan saja dari awal dia meragukan kalau Sherena bisa memasak, ternyata oh ternyata.
"Haha, Om pedcaya ya?"
"Iya, soalnya yang ngomong kayak meyakinkan banget." Jawab Darren membuat Sherena tergelak. Dia senang karena bisa menggoda Darren.
"Maaf ya, Om. Sheren cuma bercanda."
"Hmm, jadi kamu gak bisa masak?" Tanya Darren.
"Bisa kok, masak mie instan sama telor." Jawab Sherena, bukankah memasak mie instan juga termasuk memasak? Karena harus menghidupkan kompor dan mendidihkan air.
"Astaga, bisa masak nasi goreng?"
"Kayaknya bisa, kenapa?" Tanya gadis itu sambil tersenyum.
"Belajarlah memasak, sayang. Aku ingin punya istri yang bisa memasak." Jawab Darren.
"Baiklah, aku akan belajar sama Mama. Biar jadi istri idaman nya Om."
"Hmm, terimakasih, sayang."
"Iya, Om." Jawab Sherena sambil tersenyum manis.
Setelah selesai makan, Darren pun menggandeng tangan Sherena kembali ke ruang tamu. Sherena sih senang-senang saja, siapa sih yang gak bakalan suka kalo tangan nya di pegang sama pria pujaan? Pasti seneng dong, sampe hati nya berbunga-bunga sekarang ini.
"Ini barang yang kamu inginkan, sayang." Darren mengulurkan sebuah benda yang dia beli untuk menutupi bekas kemerahan yang ada di leher dan dada Sherena.
"Apa ini?" Tanya Sherena, dia mengambil benda itu dari tangan Darren.
"Apa ya? Aku lupa nama nya, tadi kata mbak nya ini bisa buat nutupin jerawat. Jadi, aku pikir bisa juga buat menyamarkan tanda kemerahan di leher kamu, sayang." Jawab pria itu.
Sherena memutar-mutar benda itu, dia mencoba menutupi tanda lahir yang ada di tangan nya, benar. Tertutupi sempurna, dia juga mencoba menggosok nya tapi benar-benar tidak mudah luntur.
"Hufftt, baguslah ini cukup efektif untuk menyamarkan bekas cupaang mu itu." Jawab Sherena.
"Karena sekarang sudah menemukan penawar nya, jadi aku akan membuat nya lagi yang banyak."
"Ihhh jangan dong, Om! Sakit tahu, ini juga masih perih." Jawab Sherena yang membuat pria itu tertawa. Tapi, beberapa detik kemudian dia malah menerkam Sherena.
"Aaaaa, Om.." Sherena memekik saat tiba-tiba saja Darren menerkam leher nya, dia menggigit-gigit nya hingga meninggalkan bekas kemerahan. Dia membuatnya beberapa, hingga membuat gadis itu meringis karena perih yang dia rasakan karena gigitan pria tampan itu.
"Om, sudah dong. Sakit ini."
Bukan nya berhenti, dia malah menyerang bibir Sherena dan beberapa kali menggigit bibir gadis itu.
"Eempphh.."
Darren benar-benar kehilangan kendali, dia menyibak kaos oversize yang di kenakan oleh Sherena dan mengeluarkan salah satu buah kenyal milik gadis itu dan menyesap puncak nya, seperti bayi yang tengah menyusu.
"Aaaahhh.." Sherena mendesaah tertahan karena perlakuan Darren yang benar-benar membuat dirinya menggila.
"O-om, sudah.."
......
🌻🌻🌻🌻