Hasrat Satu Malam With Hot Daddy

Maura menggeliat pelan, dia meraba kasur sebelahnya, dimana biasanya Daniash berbaring sambil memeluknya, memberikan nya kehangatan dari dingin nya angin malam.

"Daddy kemana ya?" Gumam Maura sambil mengusap kedua mata nya yang terasa berat untuk terbuka.

Gadis itu memaksakan langkah, membuka pintu kamar mandi namun kosong, tak ada tanda-tanda keberadaan pria itu disana. Lalu dia melihat gordeng yang terbang tertiup angin, dia yakin jika pria itu ada disana karena pintu balkon terbuka. 

Maura mengganti pakaian nya lebih dulu, tidur menggunakan celana jeans, mana nyaman? Setelah selesai berganti pakaian, barulah dia menyusul Daniash.

Pria itu duduk dengan sebelah kaki yang dia angkat, mata nya lurus menatap ke depan, memandang pemandangan kota di malam hari yang memang sangat indah, tapi angin malam sangat tak cocok untuknya.

"Lagi ngapain, Dad? Melamun sendirian di balkon, malam-malam lagi." 

Pria itu menoleh ke arah Maura, dia tersenyum lalu merentangkan tangan nya, meminta gadisnya duduk di pangkuan nya. Maura menurut, dia duduk manja di pangkuan sang Daddy. 

Daniash mengecup singkat bibir Maura, membuat gadis itu ikut menyunggingkan senyuman manis nya, lalu melingkarkan kedua tangan nya di leher kokoh Daniash.

"Kenapa bangun, hmm?" Tanya pria itu sambil membelai wajah gadisnya, membuat Maura terpejam sejenak menikmati sentuhan lembut Daniash.

"Dingin, Dad. Kan biasanya Maura tidur nya sambil di peluk, Daddy." Jawab Maura apa adanya, dia nyaman saat Daniash memeluk nya. Rasanya aman dan dia merasa di sayangi oleh pria dewasa itu, sayang sekali dia tak boleh berharap untuk bisa memiliki nya, karena pria di depan nya ini adalah pria beristri.

"Daddy lagi ngapain sih? Udah hampir tengah malam, masih aja ngelamun disini. Angin malam gak baik buat kesehatan Daddy, nanti masuk angin." 

"Bawel nya gadisku, ya sudah ayo tidur." 

"Pengen itu.." tunjuk Maura pada bibir Daniash yang terlihat seksii di mata nya. 

"Buat apa?"

"Buat di cium dong, ciuman yuk?" Ajak Maura tanpa malu, mata nya menatap nakal pada Daniash.

"Mulai nakal ya kamu, Bby." 

"Emang kenapa? Gak boleh ya? Kan Maura gini sama Daddy, kalo aku minta ciuman sama cowok lain, Daddy pasti marah kan?" Goda Maura sambil memainkan tonjolan yang berada di leher Daniash dengan manja. 

"Berani sekali membahas hal semacam itu saat bersamaku, hmm? Mau Daddy hukum?" Tanya Daniash, gantian kini dia yang menatap Maura dengan tatapan nakal.

"Kalo hukuman nya belanja, ngabisin uang Daddy, aku mau Dad." 

Daniash menggelengkan kepala nya, meski terdengar matre, tapi Daniash malah menyukai nya. Toh selama ini tak ada yang membantunya menghabiskan uang, dia terus saja memupuk uang nya tapi tidak dia gunakan. 

"Ayo Dad, bibir Maura gatel pengen di cium Daddy." Rengek Maura, membuat Daniash terkekeh.

"Yaudah, nih.." 

Alisa tersenyum senang, lalu menangkup wajah pria itu dan mulai mencium bibir Daniash dengan sensual penuh kelembutan, semakin lama permainan bibir Maura semakin bagus, karena dia belajar dari ahlinya langsung.

Daniash tersenyum kecil di sela ciuman nya, lama-lama dia terbawa suasana romantis yang di ciptakan oleh Maura. Di temani hembusan angin malam yang dingin menusuk kulit, kedua insan itu saling bertukar saliva dengan mesra nya. 

Di saksikan cahaya bulan yang mengintip malu-malu di balik awan hitam, seperti nya sebentar lagi akan turun hujan, tapi hal itu tak menyurutkan kedua insan itu untuk bermesraan. 

Tangan Daniash yang semula mengelus paha mulus gadisnya, kini beralih menyusup ke tengkuk Maura, menekan nya sedikit untuk memperdalam ciuman mereka. 

"Eemmhh.." Maura melenguuh pelan saat merasakan tangan besar Daniash mulai merayap kemana-mana dengan nakal nya, sekarang tangan yang tadi berada di tengkuk nya, kini berada di dada nya. Meraup gundukan kenyal milik Maura dengan sedikit meremaas nya dengan lembut. Membuat tubuh Maura terasa seperti tersengat aliran listrik, ini pertama kalinya ada yang menyentuh dada nya. 

Ciuman itu terlepas, Daniash menatap wajah Maura yang terlihat memerah karena kehabisan nafas, gadis itu kelimpungan dia menghirup oksigen dengan rakus. 

"Kamu terlihat sangat menggairaahkan saat seperti ini, cantik."

Blushing…

Wajah Maura semakin memerah saja di buat nya, anggap saja perkataan Daniash barusan adalah pujian untuknya. 

"Buka kan untukku, sayang.." bisik Daniash, membuat Maura menatap pria itu dengan tatapan yang entah apa artinya. Tapi gadis itu akhirnya menurut, membuka kancing piyama nya dan terlihat sudah dua bukit kembar montook yang sedikit menyembul dari wadahnya. 

"Lain kali, jangan pakai braa kalau malam."

"Oke Dad." Jawab Maura pelan.

"Buka." 

"H-ahh?" 

"Buka, kasian dia terlihat sangat sesak." Daniash mengusap buah ranum itu dari balik penutup nya. 

Karena Maura tak menurut, Daniash berinisiatif membuka nya sendiri, tangan nya merayap nakal ke punggung sang gadis, menyentuh kaitan braa milik Maura dan dalam sekali tarikan dia berhasil membuka nya. 

Pemandangan yang sangat menggugah selera. Sangat putih, mulus dengan puncak kecoklatan, ukuran nya pas di tangan nya. 

"Sempurna, kenapa montook sekali? Apa sudah ada yang menyentuh nya selain aku, baby?" Tanya Daniash dengan suara serak nya.

"Belum, Daddy yang pertama." 

Pria tampan itu tersenyum puas saat mendengar jawaban sang gadis, dia kembali mencium bibir Maura, tangan nya terus meremaas buah ranum dan kenyal itu dengan lembut, membuat Maura mendesaah kecil di balik ciuman pria nya. 

Aneh, area bawahnya terasa berkedut manja. Perasaan semacam apa ini? Rasanya geli, tapi bercampur dengan rasa nikmat sekaligus. Dia sendiri bingung menjelaskan rasa apa ini sebenarnya, tapi dia menikmatinya. 

......

🌻🌻🌻🌻