Looking For Murder

Geo segera menuju mobilnya. Melaju dengan cepat menuju rumah sakit. Sesampai di rumah sakit, Geo mendapati Takagi sudah berada di lobi. Dengan langkah lebar ia menuju Takagi yang sedang berbincang dengan seorang petugas polisi berseragam.

"Bagaimana keadaan adikku, Detektif" Katanya dengan wajah cemas.

"Tuan Geo. Selamat pagi. Anda sudah datang. Ayo kita duduk dulu. Akan aku jelaskan kondisinya"

Takagi mengajak Geo duduk di kursi tunggu rumah sakit.

"Duduk dulu, Tuan" Geo menuruti permintaan Takagi.

"Jadi begini Tuan. Sekitar pukul 12 tadi malam, kami mendapat Telepon dari seorang pendaki yang kemalaman di kaki gunung Kongo, 2 jam dari sini. Kami langsung menuju ke lokasi yang berada di kaki gunung. Di sebuah rumah kosong yang telah lama di tinggal penghuninya, adik anda di temukan telah meninggal dunia di dalam bak mandi."

"Ya Tuhan.." Geo terkejut, tak percaya, mimpinya menjadi kenyataan. Tubuh Geo seketika melemah. Ia duduk tertunduk dengan kedua tangannya menutup wajahnya. Air matanya seketika tumpah menembus telapak tangannya yang besar. Bayangan mimpinya subuh dinihari tadi kembali menari di pelupuk matanya.

"Kami ikut berduka cita, Tuan" Takagi mencoba memberi penghiburan. Ia mengusap punggung Geo memberikan kekuatan.

"Boleh aku melihatnya, Detektif?"

"Untuk sekarang belum bisa, Tuan. Jenazah harus steril. Dikhawatirkan nanti jika Tuan melihatnya sekarang, bisa menghilangkan bahkan mengaburkan barang bukti yang melekat di tubuh korban"

"Siapa yang telah tega melakukan semua ini

pada adikku, Detektif?"

"Kami sedang menyelidikinya, Tuan. Kemungkinan ada hubungannya dengan 2 peristiwa Sebelum nya"

"Berhubungan dengan pembunuhan Cho?"

"Besar kemungkinan begitu Tuan "

"Ya Tuhan. Sekarang adikku yang menjadi korban"

"Kami sedang berusaha, Tuan. Seluruh team sedang bekerja keras. Karena itu aku minta kesediaan Tuan untuk mengizinkan dilakukannya proses otopsi terhadap jenazah Nona Adriana"

Geo menghapus air matanya dengan saputangan yang diambil dari saku depan jasnya.

"Apa menurutmu ini akan membantu menemukan pembunuh adikku?"

"Sangat membantu, Tuan "

Geo terdiam. Hatinya hancur. Pikirannya kacau. Ia tidak tau apa yang harus dilakukan. Keputusan apa yang harus ia ambil. Ia juga belum memberitahukan kepada kedua orang tuanya yang saat ini berada di Perancis. Bagaimana caranya memberitahukan kepada mereka, sedangkan mereka telah menitipkan Adriana padanya untuk dijaga.

Sementara dari kejauhan Keiko melihat berapa hancur hati mantan suaminya itu. Ia dapat merasakan kesedihan yang sedang menyelubungi hati Geo. Keiko tau persis, betapa Geo sangat menyayangi adiknya walau pun ia terkesan cuek dan tidak perduli. Bahkan ketika Adriana yang terang-terang menyatakan ketidaksukaan pada dirinya, Geo sama sekali tidak memarahi adiknya itu, bahkan terkesan membela dengan mengatakan bahwa Adriana kurang pandai beradaptasi dengan orang baru.

"Dokter Keiko "

Panggilan itu seketika membuyarkan lamunannya.

"Iya, Detektif"

"Mana salinan surat pernyataan kesediaan dilakukan otopsi. Tuan Geo bersedia menandatanganinya"

"Sebentar, aku ambil ada di mejaku"

Keiko masuk ke ruangannya. Dia mengambil salinan surat pernyataan yang telah disiapkan di atas meja kerjanya.

"Ini Detektif"

"Setelah Tuan Geo tanda tangan, kau bisa mulai melakukan tugasmu"

"Baik. Sora juga sedang bersiap-siap"

"Ok. Aku bawa ini dulu ke Mr. Geo"

Takagi membawa berkas itu dan memberikan nya pada Geo.

"Silahkan dibaca dulu, Tuan"

Dengan perasaan campur aduk, Geo membaca surat itu, dan menandatanganinya.

"Sudah. Ini Detektif" Geo menyerahkan berkas itu pada Takagi.

"Baik. Terimakasih Tuan. Aku pergi dulu. Aku harus ikut proses otopsi yang sebentar lagi akan di lakukan"

"Baiklah Detektif"

Baru beberapa langkah Takagi meninggalkan Geo..

"Detektif, siapa yang akan melakukan otopsi pada adikku?"

"Dokter Keiko, Tuan"

"Apakah Dokter Keiko Kitagawa?"

"Ya. Benar Tuan"

Takagi melanjutkan Langkahnya. Geo kembali terduduk di kursi tunggu rumah sakit. Dari kejauhan ia melihat Keiko melintas dengan mengenakan pakaian kerjanya.

Seketika rasa bersalah menyelubungi hatinya. Wanita yang telah ia sia-siakan. Wanita yang telah ia sakiti hatinya. Wanita yang ia rendahkan profesinya itu, yang akan mengungkap kebenaran dan membantu mendapatkan keadilan untuk adiknya.

Geo yang diutus ayahnya untuk menjalin kerjasama dengan pengusaha sukses asal Jepang, mendarat di negeri matahari terbit itu dengan membawa misi besar. Perusahaan milik keluarga Geo berniat mengembangkan usaha mereka ke Jepang. Salah satu caranya adalah dengan menjalin kerjasama dengan pengusaha lokal. Perusahaan ayah Geo perlu berekspansi ke Jepang, negara di asia yang terkenal dengan tekhnologi tinggi yang dimilikinya. Jika perusahaan mereka bisa menjalin kerjasama dengan perusahaan asal Jepang itu, akan semakin mengukuhkan perusahaan mereka sebagai perusahaan terbesar di Jerman yang sukses berekspansi ke luar negeri.

Tuan Himura pemilik perusahaan elektronik sukses di Jepang, tidak mau menjalin kerjasama dengan perusahaan milik keluarga Geo, jika Geo tidak menikahi seorang wanita Jepang baik-baik. Syarat yang tidak masuk akal bagi Geo. Tapi itu lah bisnis.

Pertemuan tanpa sengaja dengan Keiko di bandara waktu itu merupakan bantuan Tuhan padanya. Maka Geo gencar mendekati Keiko yang ia ketahui berprofesi sebagai seorang

dokter. Geo berhasil membuat Keiko jatuh cinta padanya. Sedangkan bagi Geo Keiko bukanlah cintanya. Geo beranggapan cinta pada wanita hanya lah sebatas da da dan se lang kang an. Tidak lebih dari itu. Itu lah sebabnya Geo dengan sangat mudahnya melepaskan Keiko begitu tujuannya tercapai.

"Apakah ini maksud dari perkataan nenek misterius tadi pagi? Tuhan menegurku melalui musibah yang menimpa adikku? Tapi kenapa harus Adriana yang menanggungnya? Kenapa bukan aku saja?Ya Tuhan..." Geo kembali mengusap wajahnya. Dengan menguatkan hati, Geo mengambil ponselnya. Melakukan panggilan kepada ayahnya.

Sementara itu, di dalam ruang otopsi, Keiko dan Sora melakukan proses otopsi.

"Kau tidak apa-apa, Dokter?"

"Aku baik-baik saja Sora. Ayo kita lakukan"

Dengan wajah iba, Keiko yang didampingi Sora, melakukan tugasnya. Memulainya dengan memeriksa bagian luar tubuh jenazah Adriana. Keiko berusaha objektif dalam bekerja. Menguraikan semua gumpalan emosi yang menyelubungi hatinya. Bagaimana pun juga, Adriana adalah mantan adik iparnya. Walaupun hubungan mereka tidak baik karena Adriana lah yang mengambil jarak, dan menjauh darinya. Entah kesalahan apa yang diperbuat Keiko, sehingga Adrian begitu sangat tidak menyukainya. Sekarang orang yang sombong dan angkuh itu, ada di hadapannya. Terbaring tak bernyawa. Membutuhkan keadilan atas musibah yang menimpanya. Dan di tangan Keiko lah perempuan itu bergantung untuk menyingkap tabir misteri kematiannya.

Satu jam berlalu Geo masih menunggu selesainya proses otopsi. Geo telah memberitahukan pada kedua orang tuanya atas apa yang telah terjadi pada adiknya. Setelah proses otopsi selesai, Geo akan langsung membawa jenazah Adriana ke Cologne. Orang tuanya akan mempersiapkan upacara pemakaman di tanah kelahiran mereka. Urusan mencari keadilan untuk Adriana, mereka menyerahkannya pada kepolisian Osaka. Geo lah yang ditugaskan mengawal proses itu sampai selesai.

Drttt.. Drttt... Drttt..

Ponsel Geo bergetar. Ada panggilan dari nomor lokal tanpa nama yang menghubunginya.

"Ya Halo"

"Apakah aku berbicara dengan Tuan Geoffrey Lafayette ?"

"Ya benar. Aku sendiri"

"Kami dari rumah sakit Ikeda, Tuan. Mohon maaf sebelumnya, kami mendapatkan nomor Tuan dari mendiang Nona Cho. Nona Cho pernah berpesan, kalau terjadi apa-apa dengan dirinya, kami bisa menghubungi nomor ini"

"Ya. Ada apa?"

"Nyonya Akane, neneknya mendiang Nona Cho baru saja meninggal dunia pukul 6 pagi ini, Tuan. Karena beliau saat ini sebatang kara, kami merasa perlu memberitahukan kepada Tuan mengingat pesan yang pernah Nona Cho titipkan pada salah seorang perawat kami"

"Ya Tuhan. Kenapa bisa hampir bersamaan begini?" Geo kembali terduduk lemas di kursi tunggu rumah sakit.

"Jadi Bagaimana, Tuan. Apakah jenazah Nyonya Akane mau dibawa pulang?"

"Begini Nona. Aku sebenarnya bukan siapa-siapa. Bukan kerabat juga bagi Nyonya Akane. Aku kebetulan berteman dekat dengan mendiang Nona Cho. Bisakah aku minta tolong pihak rumah sakit untuk menyelenggarakan proses pemakaman Nyonya Akane? Semua biaya administrasi, bisa dibebankan kepadaku"

" Oh bisa Tuan. Kami akan segera mengurusnya. Apakah Tuan akan datang ke acara pemakaman?"

"Akan aku usahakan"

"Baiklah Tuan. Kami akan segera mengurusnya "

"Terimakasih sebelumnya. Nanti aku ke sana. Saat ini ada hal penting yang harus aku kerjakan"

"Baik Tuan. Kami menunggu kedatangan Tuan ke sini. Kapan kira-kira Tuan bisa datang?"

"Sebentar lagi. Aku kan ke sana. Tolong lakukan semua yang terbaik"

"Baik Tuan."

***